Part 17

Thank You (Bahasa Indonesia)

Tuhan...

Apakah kau mendengarkanku?

Ini pertama kalinya aku berdoa padamu...

Ada orang yang kucintai..

Tapi ku tahu.. Aku takkan pernah bisa cukup untuk membahagiakannya

Sebesar apapun keinginanku untuk terus memandang wajahnya

Memeluknya...

Aku tahu...

Aku tak bisa melakukannya lagi...

Tuhan...

Kau tahu apa keinginanku bukan?


Hyunjung-ah...

 

Tap!

Hyunjung membuka matanya. Pandangannya kabur. Lalu dikerjapkannya beberapa kali dan masih saja tetap kabur. Indera pendengarannya pun belum berfungsi penuh. Sebuah keheningan, itulah yang dirasakan oleh Hyunjung. Namun, lamat-lamat muncul suara yang terdengar halus, dan semakin keras dan akhirnya mampu ditangkap oleh telinganya.

Jung.... Hyunjung...

“ Hyunjung-ah....”

Hyunjung mengerutkan dahinya, lalu samar-samar akhirnya ia dapat mengenali suara dan juga wajah dari orang yang memanggil namanya.

“ A...appa...” suaranya terdengar pelan dan serak

“ Hyunjung-ah! Oh Tuhan! Terima kasih...! Akhirnya kau sadar nak...” suara Ji Abonim terdengar sangat bersyukur sekali. Dia menekan tombol yang ada di sebelah kiri atas ranjang Hyunjung.

“ Hyunjung-ah... apa kau masih lelah?”

Hyunjung mengerjapkan matanya, mencoba berpikir mengenai alasan mengapa dirinya ada di ruang rawat dan bersama ayahnya.

Lalu, ingatan sebelum dirinya jatuh pingsan pun muncul kembali. Tiba-tiba saja kesedihan menyeruak ke dalam dirinya. Hatinya menjadi sangat sakit, dan tanpa dia sadari dia mulai pilu kembal, menangis.

“ Hyunjung-ah! Ada apa? Apa yang sakit?” Ji Abonim sangat cemas sekali dan memegang erat jemari Hyungjung yang kini mencengkeram jarinya dengan kuat.

Hyunjung masih saja tersedu, air matanya tidak bisa berhenti. Dia merasa lelah, tapi kesedihan membuat dirinya terus menerus menangis.

Hyunjung sedang bingung, gusar, sedih, dan sangat ketakutan. Semuanya bercampur menjadi satu dan membuatnya tidak tahu harus berbuat apa kecuali menangis.

Ji Abonim mengusap pelan jemari anaknya.

“ Hyunjung-ah...”

“ Appa..... Hyesung oppa......” isaknya masih dengan suara yang sangat parau

Ji Abonim menarik nafas dalam-dalam, dan kini tangannya membelai rambut anak perempuannya tersebut.

“ Hyunjung-ah... semuanya akan baik-baik saja...” ucapnya lembut dan masih mengelus kepala anak perempuannya itu.

“ Appa.... Aku melihat Hyesung oppa..”

“Appa... aku takut... sangat takut sekali...” Air mata Hyunjung masih belum juga mereda, dan Ji Abonim sama sekali tidak tahu harus berbuat apa untuk menghilangkan air mata itu.

Dan di ruangan tersebut, hanya terdengar tangisan sendu dari seorang perempuan yang kini hatinya lebih hancur daripada sebelumnya.



“ Hyung....”

Eric menoleh ke arah Junjin yang memanggilnya. Saat ini, hanya mereka berdua yang menunggu di luar kamar perawatan Hyesung. Mereka tidak diijinkan masuk karena Hyesung berada di ruang ICU. Dongwan dan Minwoo sedang keluar membeli makanan, dan Andy menuju bar Brand New untuk mengurusi beberapa hal dan menutup bar untuk sementara waktu.

“ Ya?”

Ada jeda sebelum Junjin membuka mulutnya.

“ Aku... takut...” Junjin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Eric mendongak ke atas, menatap langit-langit rumah sakit yang putih dan tampak mengerikan baginya saat ini.

“ Jin-ah... kau percaya Tuhan?”

“........ sepertinya aku percaya...”

“ Berdo’alah...”

Suasana pun kembali hening. Kedua pria tersebut sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Gundah, cemas, dan ketakutan. Semua perasaan dan emosi negatif tersebut datang bertubi-tubi dan membuat diri mereka tidak nyaman.

“ Sudah 5 jam, hyung... Tidak ada perubahan...”

Eric memejamkan mata dan menghela nafas panjang.

“ Tunggu saja... Shin Hyesung adalah orang yang kuat dan keras kepala. Aku yakin, dalam keadaan tidak sadar pun dia pasti akan menggunakan sifatnya yang keras kepala itu untuk berjuang...”

Junjin terkekeh pelan

“ Ya.. kau benar hyung... dan ketika dia bangun nanti, aku berani bertaruh kata yang pertama kali dikeluarkannya adalah ‘brengsek’. Hahaha”

Eric tersenyum tipis, mengangguk.

“ Si bodoh itu... berani-beraninya dia membuatku cemas. Mungkin aku harus memotong gajinya sebesar 50%!”

“ Hahaha! Hyung! Kau keterlaluan! Hyesung hyung pasti akan menendangmu hingga kamu tersungkur!”

“ Ck! Kau pikir aku selemah itu?? Beberapa hari ini aku sudah latihan kick boxing! Jika kami harus bertanding, dia tidak akan bisa mengalahkanku!” seru Eric

Junjin terus saja terkekeh, “ Hahaha. Kita lihat saja nanti!”

“ Hoi! Dua pria menyedihkan di sana!” seru Dongwan dan melambaikan tangan kirinya dengan semangat. Sedangkan tangan kanannya menenteng kantung plastik berisi makanan.

“ Kami menemukan warung Jajangmyeon di dekat sini, dan kata Dongwan ini adalah favoritnya Hyesung! Aku ingin sekali mencobanya” ucap Minwoo dan duduk di samping Eric sambil memberikan bungkusan dari tangannya.

“ Oh! Kedai Jajangmyeon Ttok Ttok itu??” tanya Junjin

“ Yup! Namanya aneh! Tapi aku pernah makan di sana bersama Hyesung dan rasanya sangat enak!” sahut Dongwan

“ Hmmm.. aku ingin segera mencobanya~” ucap Eric dan mengambil satu mangkuk Jajangmyeon

“ Hei, dimana Andy?” tanya Minwoo yang sibuk membagikan Jajangmyeon

“ Aku di sini, hyung” Andy berjalan mendekat dan memandang lekat ke arah Jajangmyeon yang dipegang oleh Minwoo. Dia baru saja sampai.

“ Beres?” tanya Eric

Andy mengangguk

“ Thank you, Andy-nim~” ujar Eric kembali

“ Setidaknya berikan aku dua porsi Jajangmyeon~” jawab Andy yang disambut pukulan pelan di kepalanya oleh Eric

“ Sakit....” rengek Andy dan langsung meyambar bagiannya

“ Hmm... sayang sekali Hyesung di rawat di ruang ICU.. Aku ingin sekali pamer kepadanya soal Jajangmyeon ini! Dia pasti iri sekali dan akan marah karena kita makan tanpa dia!” Dongwan berdiri dan berjalan menuju ruang ICU, melihat Hyesung dari balik jendela.

Junjin mengikuti Dongwan dan berdiri di sampingnya. Dia mengangkat mangkuk Jajangmyeon dan berseru,

“ Hyesung hyung! Ini Jajangmyeon kesukaanmu!! Bangunlah! Kau pasti ingin makan ini bukan?? Nah.. sekarang kau memang tidak bisa, tapi saat kau bangun dan sadar kembali, aku akan mentraktirmu hingga perutmu pecah!”

Seruan Junjin membuat host lainnya terdiam. Semua menghela nafas panjang, dan Junjin masih terpaku memandang Hyesung dari balik jendela yang tertutup rapat. Sebelumnya, mereka memohon kepada dokter untuk membuka tirai jendela agar bisa melihat Hyesung dari balik jendela tanpa perlu masuk ke dalam ruang ICU, dan dokter mengijinkannya.

Junjin tidak menyadari bahwa air matanya kini sudah mengalir dari kedua pelupuk matanya. Pemandangan yang ada di hadapannya sungguh menyayat hati. Hyesung terbaring tak berdaya dengan selang-selang dan alat bantu lainnya menempel di sekitar tubuhnya yang kurus. Layar monitor menunjukkan deretan grafik yang meyakinkan diri Junjin bahwa Shin Hyesung masih bernafas, setidaknya jantungnya masih berdetak.

“ Jin-ah...” Dongwan menepuk pelan pundaknya

“ Hei...” ucap Minwoo yang kini ada di sampingnya. Ditarik Junjin ke dalam pelukannya dan dipeluknya laki-laki itu dengan sangat erat.

Semua orang tahu, Junjin sangat menyayangi Hyesung lebih dari apapun. Hyesung bagaikan seorang kakak laki-laki untuknya.

Junjin tersenyum tipis dan melepas pelukkan Minwoo. Dia menyeka air matanya dan berjalan menuju tempat duduk, di samping Andy.

“ Ayo makan.. Wah... aku tidak sabar mencoba makan ini” ucapnya pelan.

Kelima host tersebut pun makan dalam diam.

“ Aku... jadi ingat saat pertama kali aku bertemu dengan Hyesung hyung di Cafe. Saat itu, aku berpikir akan sangat disayangkan jika wajahnya yang tampan itu  hanya digunakan untuk menjadi seorang pelayan cafe. Aku melihat...banyak sekali wanita yang datang ke sana hanya untuk melihat Hyesung hyung... hahaha. Lalu, aku mengajaknya bergabung menjadi host di bar kita..hehehe” cerita Junjin sembari menyeruput Jajangmyeon di tangannya

Eric tersenyum tipis mendengarnya.

“ Dan kalian tahu, dia menolak, tentu saja! Lalu, aku mengatakan bahwa dia bisa mendapat gaji dua kali lipat daripada saat dia bekerja menjadi pelayan. Dan... tada! Dia pun muncul malam itu di bar” sambung Junjin

“ Aku masih ingat, pertama kali dia melihat kita melayani para klien.. dia memberikan pandangan jijik kepada kita! Bahkan saat Eric berusaha mengajar cara menjadi host yang ‘baik’, dia langsung menendang Eric! Hahahaha” tawa Dongwan

“ Ya! Kau pikir itu lucu?? Laki-laki brengsek itu membuatku tersungkur dan rasanya sakit sekali!” gerutu Eric

“ Hahahaha! Kau sendiri yang bodoh! Bagaimana bisa kau mempraktekkan melayani klien dengan menjadikan dia sebagai model ?? Tentu saja itu membuatnya jijik!!” seru Minwoo

“ Ya! Aku hanya ingin membuat dia cepat paham!” Eric mencoba membela diri

“ Hahaha. Hyung! Saat itu aku takjub sekali karena posisimu tersungkur terlihat seperti orang yang bodoh! Aku masih punya fotonya!” Andy pun ikut menimpali.

Eric menekuk wajahnya, cemberut.

“ Kalian jahat.... itu karena Hyesung memiliki tempramen yang kasar.. Hhaaa”

“ Yaah, dia memang agak kasar, tapi hanya kepadamu! Dia selalu baik kepadaku, bahkan sering mengajakku makan bersama~” Dongwan berkata dengan sangat bangga.

“ Benarkah??? Dia tidak pernah mengajakku makan bersamaaaa!” teriak Eric

“ Hyung, kau tahu kan kalau Hyesung sangat sangat sangat membencimu~” ujar Junjin, bercanda

“ Mana mungkin dia membenciku! Dia bahkan memakan apa yang ku masak untuknya saat dia sakit beberapa waktu lalu~”

“ Benarkah??” tanya Minwoo tidak percaya

“ Tentu saja! Shin Hyesung itu adalah best friendku! Bahkan Gomdori pun sangat menyukainya~~”

“ Eiiii aku tak percaya!” sahut Andy yang mengunyah Jajangmyeonnya dengan pelan

“ Kau hanya berhalusinasi, Eric-ah..” Dongwan menepuk pelan pundak Eric dengan tatapan kasihan.

“ Jangan terlalu berharap, Eric-ah..” sambung Minwoo

Junjin hanya mengangguk-angguk setuju.

“ Ya!! Kenapa kalian begitu kejam???”



Sudah 3 hari sejak Hyesung mengalami kecelakaan dan masih belum sadar. Para host terus menerus menunggu dan bar Brand New masih tutup untuk sementara waktu. Beberapa klien datang menjenguk (dan menangis tersedu sembari memberkan beberapa karangan bunga dan buah). Jongjin, Sungjin beserta pelayan cafe R.o.S dan manajer Park pun datang melihat. Namun, hanya ada satu orang wanita yang sangat berarti di hidup Hyesung yang sampai saat ini masih belum muncul.

Ji Hyunjung.

Gadis yang bersinar cerah bagai matahari itu..

Hyunjung tidak mau keluar dari kamarnya sejak hari itu. Dia terus mengurung diri dan sama sekali tidak mau berbicara dengan siapapun. Park Minseok sudah kembali ke rumah sejak kemarin dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh puterinya.

Hyunjung merasa sangat takut sekali. Banyak hal yang berkecamuk di pikirannya dan membuat dirinya terus menerus tersedu. Dia sangat ingin sekali melihat keadaan Hyesung, tetapi dia terlalu takut melihat kondisi Hyesung yang dia sendiri tidak mau membayangkannya. Bagaimana bisa hal mengerikan terjadi kepada orang yang dicintainya itu??

Hyunjung tidak sanggup melhat Hyesung yang tak berdaya, terbaring dengan selang infus di lengannya, dan layar monitor yang menampilkan grafik detak jantungnya. Bagaimana jika ketika dia datang menjenguk, layar monitor tersebut menjadi sebuah garis konstan dengan lengkingan yang sangat mengerikan??

Hyunjung menggeleng dan menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia ingin bersembunyi. Dia tidak ingin terlihat ataupun membayangkan hal-hal mengerikan tersebut. Dia ingin tidak sadar, lalu melupakan semua khayalan mengerikan itu!

Dan.. sebuah pemikiran kembali melintas di kepalanya.

‘ Apakah omma benar-benar ibu kandung Shin Hyesung??’

Jika itu benar.... apakah dia dan Hyesung adalah saudara kandung???

Hyunjung ingin sekali berteriak dan meraung-raung! Ketakutan, kecemasan, dan pemikiran-pemikiran anehnya mulai menjadi-jadi! Dia membutuhkan obat penenang tetapi dia tahu bahwa dia tidak seharusnya melakukan hal tersebut!

Ingin sekali dia bertanya langsung kepada omma mengenai hal-hal yang membuatnya hampir gila itu, tetapi diurungkan niatnya karena dia terlalu takut dengan konsekuensi yang akan dia dapatkan. Bagaimana jika mereka adalah saudara kandung??? Apa yang harus dia lakukan saat dia benar-benar sudah jatuh hati kepada laki-laki itu??

Hyung semakin membenamkan dirinya. Berharap itu dapat membantu meredakan pikiran-pikiran yang selalu muncul dan berteriak bising di kepalanya.

“ Tuhan... tolong... tolong... hentikan ini.....” ucapnya sambil terus menangis pilu



Keesokan harinya, Hyunjung memutuskan untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Hyesung. Bagaimana pun juga, dia harus mampu menghadapi perasaan takut dan membuktikan bahwa dirinya adalah orang yang tegar. Baru saja Hyunjung ingin membuka pintu rumahnya ketika seseorang memanggil namanya.

“ Hyunjung?”

Wanita tersebut menoleh dan terlihat Ji Abonim berjalan pelan ke arahnya.

“ Mau ke rumah sakit?” tanya laki-laki paruh baya tersebut dengan lembut.

Hyunjung mengangguk.

Ji Abonim mengusap pelan kepala anaknya tersebut.

“ Appa akan mengantarkanmu, OK? Ibumu baru saja diantar oleh Myunghan ke sana”

Hyunjung terdiam sejenak, lalu mengangguk.

“ Appa......”

“ Hm?”

Hyunjung ingin menanyakan sesuatu kepada ayahnya, namun dia memutuskan untuk tidak jadi menanyakan hal tersebut.

“ Tidak ada apa-apa..”

Ji Abonim memandang lekat pada anak perempuannya.

“ Omma... wanita itu...memang benar ibunya Hyesung-ssi...”

Hati Hyunjung mencelos, perasaan takut dan rasa sakit itu kembali menyergapnya. Dia tidak ingin bertanya ataupun mendengarkan hal yang berkaitan dengan itu lagi..

“ Appa... ayo kita pergi...”



Hyunjung berjalan dengan sangat pelan. Langkahnya yang penuh dengan keraguan, bergerak menuju ruang perawatan Hyesung. Dari jauh, dia dapat melihat kelima host sedang duduk di depan ruang ICU.

“ Oh.. Hyunjung-ssi!” seru Dongwan dan mendekatinya

Hyunjung tersenyum tipis.

“ Wah... akhirnya kau datang juga...” Dongwan tersenyum kikuk

Hyunjung mengangguk sopan dan memandangi keempat host lainnya. Dia dapat melihat bahwa kelima host ini tampak payah sekali. Beda sekali dengan penampilan saat pertama kali mereka bertemu di Cafe R.o.S. Kali ini, para host sama sekali tidak memikirkan penampilan mereka. Dengan baju sekenanya, dan jenggot yang mulai muncul tipis-tipis di balik wajah tampan mereka. Terutama Junjin, dia terlihat sangat berantakan.

“ Kau ingin melihat Hyesung juga? Umm... tapi.... ada orang yang sedang di dalam.. jadi..... kau belum bisa masuk ke sana...” ucap Dongwan sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

“ Ya.. tak apa..”

Minwoo berdiri dan berjalan mendekat

“ Hyunjung-ssi, silakan duduk sembari menunggu..” ucapnya tersenyum ramah

Hyunjung menganguk dan duduk di samping Junjin yang sedari tadi tidak bergeming. Eric dan Andy melihatnya dan mengangguk pelan.

“ Apa kabar, Junjin-ssi?”

Junjin menoleh dan tersenyum lemah

“ Seperti yang kau lihat...”

Suasana kembali menjadi hening. Semua orang di sana sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Hyunjung merasa ragu. Dia ingin melihat kondisi Hyesung dari baik jendela. Namun...

Ah..

Pada akhirnya, dia berdiri dan berjalan mendekati jendela kamar. Namun, Eric segera berdiri di hadapannya.

“ Hyunjung-ssi... sepertinya saat ini-“

“ Aku tahu, Eric-ssi... Ibuku di dalam sana, bukan?” potong Hyunjung

Eric dan keempat host lainnya tampak terkejut.

“ Kau...”

Hyunjung tersenyum miris, “ Aku...sudah tahu...”

Eric menatap lekat wanita tersebut dan membiarkannya berjalan menuju jendela ruang perawatan.

Hyunjung menahan nafas saat melihat pemandangan yang ada di balik jendela tersebut. Dia tidak mampu bersuara, kepalanya menjadi pusing dan jantungnya berdetak tak beraturan.

Hyunjung berusaha menguatkan dirinya dan terus memandangi laki-laki yang dia cintai yang saat ini sedang bersama wanita yang menangis pilu di sampingnya.

“ Oh Tuhan....” bisiknya sambil menahan rasa sesak yang kini muncul di tenggorokannya.

Dari bilik sana, Park Minseok sedang menangis tersedu-sedu sambil menggenggam erat tangan anak laki-lakinya.

“ Pilkyo-ah... Maafkan ommaa....” ucap wanita paruh baya itu dengan lirih

Hyunjung sama sekali tidak bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh Minseok. Dia menutup mulutnya rapat dan menahan air mata yang mulai muncul di sudut matanya yang sembab.

“ Pikyo-ah... bangunlah... Omma mencintaimu... Omma menyayangimu... Maafkan aku..sungguh... Omma benar-benar minta maaf karena telah meninggalkanmu sendirian.... Omma tidak ingin kau pergi dengan keadaan masih membenci Omma... Berikan Omma kesempatan untuk meminta maaf padamu dan melakukan apapun yang kau inginkan... Pilkyo-ah... bangunlaaah... ku mohon...” Minseok masih saja terus tersedu. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Kesedihan, kepiluan, ketakutan dan penyesalan kini menyergap hatinya.

“ Pilkyo-ah.... Omma tidak akan merebut kebahagiaanmu lagi.. Omma akan membayar semuanya dan membuatmu bahagia.. Omma berjanji...”

Minseok terus terisak dan meremas lembut tangan Hyesung yang dingin. Hyesung masih saja tidak bergeming. Jemari Minseok menelusuri wajah Hyesung. Lalu, dengan lembut dia membelai rambut anaknya itu.

“ Pilkyo-ah.. kau bahkan tumbuh menjadi lelaki yang tampan... Kau benar-benar sangat tampan... Betapa bodohnya aku membuang dan meninggalkanmu di lorong sempit dan gelap hari itu... Kau pasti...kau pasti sangat ketakutan bukan? Bahkan, kau sampai tak bisa berjalan mengejarku.... Maafkan Omma Pilkyo-ah.... Hidupmu pasti sangat berat.. sedangkan aku...hanya memikirkan kebahagiaanku sendiri...”

“ Bukan berarti Omma tidak mencintaimu... bukan... Omma...Omma hanya sedang dalam kondisi ketakutan saat itu... Omma masih terbayang oleh laki-laki brengsek itu.. dan kenangan bagaimana dia memperlakukanku, dan juga dirimu... Omma benar-benar tidak sanggup lagi.... Maafkan Omma.. Kyo-ah... Omma benar-benar wanita hina dan lemah...”

Tangisan Minseok semakin menjadi-jadi

“ Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi padamu setelah aku pergi... Sebenarnya, Omma kembali mencarimu dua hari setelahnya..dan...dan Omma tidak menemukanmu... Pilkyo-ah... kau pun harus tahu betapa hancurnya hatiku...dan menganggap diriku sendiri sebagai seorang ibu yang jahat..dan..dan..Omma sangat ketakutan...”

“ Pilkyo-ah... saat kau muncul kembali.. bukannya aku tidak senang dan membencimu.. hanya saja..ketakutan itu muncul kembali..sungguh! Omma hanya takut....bahwa kau membenciku...dan mengatakan hal yang sesungguhnya kepada suami dan anak-anakku... Aku..aku sungguh ketakutan dan akal sehatku hilang saat itu... Maka... maka dari itu... Omma berbohong padamu.. Omma bohong mengatakan bahwa Hyunjung adalah anak kandungku... Itu bohong, Pilkyo-ah... Hyunjung menjadi anakku saat dia berusia 5 bulan.. Ibunya meninggal saat dia melahirkan Hyunjung dan aku menjadi pengasuh bayi dan merawatnya.. Hingga aku dan suamiku bertemu dan memutuskan untuk menikah 6 bulan kemudian....”

“ Sungguh... itulah kebenarannya... Jika kau mencintai Hyunjung itu.. maka bangunlah Pilkyo-ah... Aku tak akan melarangmu mencintai dirinya.. Omma tidak akan merebut kebahagiaanmu lagi.. Omma akan berbuat baik padamu.. Akan memasak masakan kesukaanmu.. bahkan.. bahkan jika kau ingin mencela, mencaci makiku, atau berteriak padaku, kau boleh melakukannnya...Aku tak peduli... Sungguh... Omma hanya ingin kau bangun... dan hidup .... Omma bohong jika omma ingin kau mati... Bagiamana bisa aku mengatakan hal mengerikan itu kepadaku, Kyo-ah......”

Minseok menelungkupkan wajahnya dan memegang erat lengan Hyesung. Tangisan dan lirihannya sangat menyayat hati.

Air matanya pun terus membasahi wajah tuanya. Sudah sejak 15 menit yang lalu dia seperti itu. Tangannya tidak pernah lepas dari tangan Hyesung. Penyesalan terasa sangat menyesakkan dan membuat dirinya hampir gila atas kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada anaknya.

“ Pilkyo-ah... sadarlah...”

Dari balik jendela sana, Hyunjung yang menyaksikan hal tersebut merasa hatinya remuk redam. Walau dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, dia tak kuasa melihat wanita paruh baya itu menangis tersedu-sedu. Walaupun saat ini dia dipenuhi kemarahan dan kekecewaan, tapi... dia tetap mencintai wanita itu dan ingin sekali memeluk tubuhnya yang rapuh itu.

Air mata Hyunjung tak terbendung lagi, dia pun ikut tersedu-sedu. Dongwan berdiri di sampingnya dan menepuk pelan pundaknya.

“ Hyunjung-ssi.... mungkin sebaiknya kamu pulang saja...”

Hyunjung menggeleng pelan, “ Tidak, Dongwan-ssi... Aku akan terus di sini. Menunggu Hyesung oppa sadar kembali..” jawabnya sambil terisak dan tak melepaskan pandangannya pada sosok Hyesung yang terbaring lemah di atas ranjang.

Dongwan menghela nafas, menyerah..

Namun, mata Hyunjung segera membulat, membesar. Dia dapat merasakan bahwa jantungnya berdegub kencang dan serasa turun ke mata kakinya. Pandangannya mendadak kabur sejenak dan otaknya tidak bisa mencerna dengan baik atas apa yang dilihatnya saat ini.

Di balik sana, Omma tampak kalut, ketakutan, dan berteriak-teriak sehingga dia pun dapat mendengarkannya. Park Minseok beberapa kali menekan tombol merah di atas ranjang Hyesung dan berteriak histeris.

Dalam sekejap, Hyunjung melihat kelima host segera bergerak dan melesak masuk ke dalam ruang ICU. Eric mendekap erat Minseok yang kini tersungkur lemas, berusaha menenangkannya. Junjin dan Minwoo mengguncang-guncangkan tubuh Hyesung yang sama sekali tak bergeming. Andy membantu Eric mengangkat tubuh Minseok yang kini tak sadarkan diri. Dongwan berlari menuju pintu, dan berteriak kencang hingga suaranya bergema nyaring di lorong kamar tersebut.

“ Dokter!! Dokter!! Tolong!!!!!”

Seorang Dokter pria bersama dua orang perawat berlari terburu-buru, melewati Hyunjung, dan melesat masuk ke dalam.

Junjin tampak lebih kacau, dia menangis, berteriak hingga Minwoo harus menahannya untuk menenangkannya.

Hyunjung dapat melihat, dokter memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan, leher Hyesung, lalu menekan dadanya.. dan Hyesung masih bergeming. Dokter segera melepaskan baju Hyesung, lalu melakukan deflibrilasi beberapa kali.

Dengan pelan, perlahan.. Hyunjung bergerak masuk ke dalam ruang ICU. Junjin masih meraung sendu, Minwoo menariknya dengan sangat kuat agar menjauh sehingga dokter dapat bekerja tanpa gangguan. Salah seorang perawat membantu Eric dan Andy mengurusi Minseok yang masih tak sadar. Dongwan melihat Hyunjung dan langsung meraih tangannya. Dia menarik Hyunjung dan memeluknya.

“ Oppa... Hyesung oppa...”

Proses deflibrasi masih terus berlangsung hingga beberapa menit. Namun, tidak membuahkan hasil. Dokter berhenti bekerja. Layar monitor yang sejak tadi menunjukkan grafik konstan tidak bergerak sama sekali. Dokter mengecek kembali nadi di leher Hyesung, membuka matanya dan melihat ke arah jam di samping.

Dia menatap lekat ke arah Hyunjung, lalu Dongwan, Minwoo, Junjin, Eric dan Andy. Dokter Yoon menggeleng pelan. Lalu, kata-kata yang diucapkan olehnya membuat keenam orang di hadapannya tersungkur lemas.

“ Pasien bernama Shin Hyesung, telah meninggal pada pukul 3.09 p.m.......”

 




Haloooo!!! I'm back!!! ^^

Long time no see, buddies! Finally! Saya bisa mengapdet kembali FF 'sinetron' ini...hehehe. Mohon maaf atas waktu apdet yang sangaaaattttt lamaaa T_____T, dan juga episode yang bisa dikatakan bukan episode yang membahagiakan :p. 

Tapii... tinggal satu episode lagi kok! Suer! Hehehe...
 

Terima kasih sudah mau menunggu, dan terus menerus mengingatkan saya apdet sejak berbulan-bulan lalu (lirik sang pemilik akun @Laras_Ayu23) hehehe. 
This chapter is for u guys.. Untuk kalian yang masih mau membaca ep ep sinetron saya ini... *sobs.. Saya terharu... :')

Sekian dulu, nanti racauan saya sambung lagi di episode terakhir yaa hahahahaha. See y! And have a nice day good people!!! :*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
shinfly
i don't know will update "hyung and I" story or not..because..i'm not to motivate to write it :'(

Comments

You must be logged in to comment
feelgyo #1
Chapter 17: Akhirnya bs komen pnjang2 disni~ hihihihi~~ c:
dah kangen berat sama fic yg satu ini >.<

okay, waktunya komentar~~ ♬..╰(′▿`)╮ ♬..╰(′▿`)╮ ♬

*ambil ancang2*

HUEEEEEEEEEEEE......TIDAAAAAAAKKKK.....TIDAAAAAKKKK.....TIDAAAAKKKKK....KENAPAAAA???? KENAPAAAA YIM?? (۳˘̩̩̩Д˘̩̩̩)۳
Apa salahnya Hyesung? Kenapa bs begini?? Maknya kn udh ngasi darah...kenapa yim?? Kenapa??? (۳˘̩̩̩Д˘̩̩̩)۳
kn kesian Junjinnya Yim....kesian jg ama host yg lain....hikss hiksss *salahfokus*

Ini pst gara2 Hyunjung!!!!! Щ(ºДºщ)

Aku ga prcaya bs nangis bolak/i dihari valentine OTL
knp di 2crita yg kubaca hari ini (satunya pnya junu), syungnya hrs mati dgn tragis???? (TДT)

Btw ini masi ada episode trakhir ya? Aku udh ga sanggup ngebacanya yim.....sedih bgt suer....
Kamu hrs bayar ini pake The Host Yim. Harus! (҂˘̀^˘́)9

Anyway, makasi deh yim buat airmata ini. Makasi udh bikin mewek dihari yg cerah tnpa hujan. Makasi kamu udh buat maknya Hyesung nangis nyesel (puas bgt dibagian ini xD). And lastly, makasi udh update Ayim~ <3
Liya_Heartless
#2
baru nemu ini fanfic, dan alhamdulilah bukan yay! jarang ada fic yg straight, indonesia lagi xd
clumsyblue
#3
Chapter 16: Woohooo sinetronnya berlanjuutt~~~

HantuSyung imut banget cobaa... Sini nak, main sama kakak, hantuin kakak aja boyeeh XDDD #ditendang
Idem sama ipil buat emaknya syung. Kenapa sadar di detik2 terakhiiirrrr? jdsakgdsakjdgska!!! Kenapaaaaaaaa? ? ? Terus syung kenapa menghilang? Kenapaaaaaaaaaaaaaaaa? ? ? ? ?

*cough*
Ayiimm, tengkiu udah diapdet yaaa~~~ *tjium panas*
feelgyo #4
Chapter 16: Tjih! Akhirnya nie sinetron ada kelanjutannya juga *tatap sinis penulisnya*

Sejujurnya Yim, diawal chapter aku ngakak bgt. Hyesung bener2 polos ya. Dicuekin belalang aja bs sedih(?). Pffttt...
And....... I love this chapter!!! So much!!!! Much!! Much!! Much!!! Kecuali dibagian ending. :P

Omaigottt, ini cerita bs bikin jantung mau copot! Pelis jgn 'tamatin' Hyesung dulu!!! The host yg lain blm sempat marah2 ke Syung, perkara doi bawa motor ga hati2. TT^TT
Huuuhh, maknya Hyesung (ato Hyunjung) ngeselin bgt deh! Knp hrs sadar didetik-detik trakhir?? Knp??? Knp??? *goncang2 penulisnya* *bakar rumah sakitnya* #anarkis

Pelis emaknya aja, jgn Syung... *maap, trlalu bias* XDD
Eniweyyyy, I hope this sinetron(?) tidak melakukan pembunuhan, sebab pembunuhan itu adalah tindakan keji, tindakan kriminal yang melanggar undang-undang yang berlaku dinegara kita. Ganbatte!! XD

PS: Ayim yg baikhati, baikbudi, rajin menabung, dan tidak sombong, pelis update secepatnya yak. Peluk cium dari rider paporit(?) <3
Elreya
#5
Chapter 16: Yeay~ You're come back Unnie :) Ah jangan bikin Hyesung meninggal, Kasian Hyunjung sama Ommanya let them be happy Unnie. Ayolah masa aku mau UN harus liat Angst mulu sih jadi please banget Yaaaa Unnie~ Kangen juga ga liat Unnie update kekeke
shin-pads
#6
Chapter 15: Duuuh ><

Jangan dibikin angst dong. Jangan dimatiin Pilkyo-nyaa ㅠㅠ
shin-pads
#7
Chapter 2: Akhirnya nemu juga fict dengan bahasa Indo! Huraaayyyy! *lemparbuketkamboja*


Duh duh duh... Eric perhatian banget, beliin tongkat ama bawain makanan juga~

Tapi ini bukan ya~???
Elreya
#8
Chapter 15: Yo Unnie~ Aku udah lama ga komen didini ya hahaha~ Aku liat update langsung ngeliat adegan kayak gini... malah galau sendri didepan laptop *pundung* yosh! Hyesung harus selamat! dan akhirnya hyunjung tau kenyataanya , now now how would the plot give us the ending~(gini nih orang abis stres ngerjain tugas)
clumsyblue
#9
Chapter 15: H... Hyesung aaahhhh.... Nooooooooooooooooo!!!! Kenapa golongan darahku b kenapaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Hyesungieeeeeeeeeeeeeeeee!!!

Idem sama ipil.. aku juga langsung inget mvnya syung... huaaaaaaaaa T^T
Ayiiiiimmmmmmm ;A;

Eniwei, thank you for updatiing~^^
hyuu_hikari #10
Chapter 15: aku.... semua yang mau aku bilang uda diwakilin ama Pil dibawah xDD
btw, kamu tega yah.... kemaren udah begitu, sekarang hyesung dibikin kecelakaan parah.... tapi ntah kenapa aku suka banget ama chapter yg ini...