Part 15
Thank You (Bahasa Indonesia)Thank You Episode 15 update para pemirsah~~ :p
Sepertinya saya akan menyetujui saran dari Feelgyo alias Pil h**a (mehrong) untuk memasukkan genre sinetron (drama) di fic ini hehehehe. Fic ini aku buat dalam kondisi tidak stabil YKWIM :p, jadi mohon maaf kalo plotnya juga agak ga stabil..ato beneran kacau..ahahaha OTL
Nah.. here you go! Thank You part 15!
PS: Tolong jangan 'bunuh' saya! :p
Hyesung POV
06.58 am
Aku membuka mataku. Ada yang beda.. Rasa sakit itu kini semakin menjadi-jadi. Kenapa? Padahal aku yang terlah menyakiti. Kenapa malah aku yang merasa sakit?
Lalu, bagaimana dengan dia? Dia yang kusakiti?
Aku meringkuk di atas kasurku. Masih tidak mau beranjak dari tempat tidur yang entah kenapa, hanya ini tempat yang bisa membuatku nyaman.
Beep Beep Beep
Alarm jam weker ku berbunyi. Wah.. sejak kapan aku bisa bangun lebih awal dari jam wekerku sendiri?
Tap
Aku mematikannya. Lalu menapakkan kakiku ke lantai. Berjalan gontai menuju kamar mandi. Yah.. aku akan memulai hariku yang baru. Setidaknya, aku harap begitu.
**
“ Hyesung-ah!!!” Jongjin berseru kencang ketika melihat aku memakirkan motor di samping cafe. Dia segera berlari dan memelukku dengan sangat erat.
“ Oh sayang! Aku merindukanmu!” ucapnya dengan gaya yang menjijikkan seperti biasa.
“ Yah! Hentikan! Orang-orang melihat ke arah kita!” aku memukul pelan kepalanya namun dia masih tidak bisa melepaskan pelukkannya
“ Aku bahagia kau datang, Hyesung-ah...” kali ini suaranya terdengar pelan, dan aku merasakan sedikit getaran dari suaranya
“ Yah...”
“ Baiklah! Karena kamu bolos beberapa hari, giliranmu membersihkan toilet, dapur, dan mencuci piring sebelum pulang nanti! Oke?” Jongjin tersenyum jahil seperti biasanya, dan aku hanya menghela nafas panjang.
“ Baiklah-baiklah..”
“ Nah, sekarang bersihkan toilet! Dia menunggumu sejak satu juta tahun lalu! Hahahaha”
Dan seketika aku menyesal telah menyetujui hal itu
**
Hyunjung POV
06.58 am
Aku membuka mataku... Perasaanku aneh. Ada yang berbeda. Seperti separuh nyawaku sedang tercabut paksa dan dibawa pergi entah kemana. Aku merasa sesak, sangat. Bahkan dari dada hingga naik ke tenggorokan.
Aku merasa ingin menangis, saat ini juga...
Kenapa?
Kenapa aku merasa kehilangan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah menjadi milikku?
Beep Beep Beep
Aku melirik alarm jam weker yang berbunyi nyaring. Hanya kulirik, tanpa ada keinginan untuk ku matikan. Hidupku terasa sunyi sekarang... mungkin dengan membiarkan alarm tersebut berteriak nyaring bisa membuat duniaku terasa sedikit ramai.
Aku menutup mataku. Menghela nafas kembali. Sesak itu semakin menjadi-jadi, pada akhirnya.. semua yang mengganjal hingga ke tenggorokanku pun keluar bersama dengan air mataku.
Aku mencintainya.. sangat.. bahkan ini terasa seperti membunuhku perlahan.
Lalu, kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa dia tiba-tiba pergi tanpa menjelaskan apapun padaku? Apa yang dia sembunyikan? Apa yang omma sembunyikan padaku?
Bahkan dia bilang dia membenciku, membenci omma, membenci seluruh keluargaku.
Apa yang terjadi?
Kenapa aku tidak tahu sama sekali??
Kenapa takdir mempermainkanku hingga sejauh ini??!
**
Back to Hyesung POV
12.28 pm
Jam makan siang adalah jam tersibuk yang kami miliki. Aku bersyukur pada akhirnya aku bisa menyingkirkan sedikit bayangannya dari kepalaku dan terfokus pada pekerjaanku. Yah..setidaknya aku berharap begitu, namun sialnya...tanpa sadar aku terus saja menoleh ke pintu masuk untuk melihat siapa yang datang. Jantungku berhenti berdetak ketika datang seorang pengunjung yang mirip seperti Hyunjung..
Aku bersyukur sekaligus kecewa mendapati bahwa orang itu bukan dirinya..
Aneh.. aku merasa sakit lagi di dadaku..
“ Hyesung-ah..” sebuah tepukan pelan menyentuh pundakku
Aku menoleh dan kudapati Sungjin dengan wajah polosnya seperti biasa.
“ Iya..”
“ Jongjin bilang kau harus segera ke dapur membantunya dan aku yang menggantikanmu” ucapnya
Aku mengerjapkan mataku beberapa saat dan mengangguk. Aku berjalan menuju dapur dan kutemukan Jongjin sedang sibuk mengangkut kardus dan menaruhnya di gudang penyimpanan.
“ Hha.. Hyesung-ah, tolong bantu aku. Aku tidak tega menyuruh Sungjin mengangkat semua bahan baku ini.”
Ah.. hari ini adalah hari memasok barang.
“ Ada berapa banyak?”
“ Ntahlah.. Manager Park bilang musim dingin seperti ini membuat orang cepat lapar dan kita memasok bahan baku lebih banyak dari biasanya. Aiguu... pinggangku sakit.. Kau harus memijatku pulang nanti hahaha” Jongjin
“ Hei, kenapa aku harus melakukannya itu padamu?” ucapku dan mengambil satu kardus berisi bahan pasta. Ah, memang berat..
“ Karena kau menyayangiku, Hyesung-ah~~”
“ Menjijikkan!”
Jongjin terbahak dengan cukup keras hingga dia terbatuk-batuk. Aku tersenyum kecil melihat orang bodoh di hadapanku.
“ Kau menertawaiku bukan?! Iya kan?! Kau harus memijatku selama 1 bulan!”
“ Yah!! Bukannya kau yang menertawakanku? Aku hanya tersenyum! Tersenyum, bodoh!” aku membalas ucapannya
Jongjin membesarkan matanya, lalu kembali terbahak.
“ Hyesung-ah~~ Aku benar-benar merindukanmu!!!” Dan dia segera memelukku dengan sangat erat.
Aku menghela nafas panjang. Orang ini mungkin cocok kalau berteman dengan sekelompok host aneh yang ku kenal itu. Ah..kenapa aku harus berteman dengan orang-orang aneh? Atau jangan-jangan aku memang aneh?
Jongjin pun melepaskan pelukkannya, dan segera kembali mengangkut kardus.
“ Hyesung-ah, ayo kita adu siapa yang mengangkut kardus paling banyak! Yang kalah harus membersihkan toilet selama 1 bulan penuh!” Dia menaikkan alisnya dan tersenyum sombong. Aku merasa sedikit kesal dengan senyumannya itu.
“ Siapa takut!!!” seruku dan segera berlari mengambil mengangkut kardus yang ada di luar.
“ Yah! Shin Hyesung! Kau curang!!!”
**
“ Aku membencimu, Hyesung-ah!!!!”
Aku mengelap keringatku setelah mencuci hampir 3 lusin piring. Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore dan saatnya aku pulang.
“ Kau yang kalah, dan kau harus menerimanya..” ucapku sekenanya dan mengambil jaketku
“ Kau curang! Kau yang lebih dulu curang! Aku tidak bisa menerimanya!” Jongjin mulai mengeluarkan tantrumnya yang menyebalkan itu
“ Kita tidak pernah menyepakati tidak boleh berlaku curang bukan?” Aku menjulurkan lidah dan terkekeh kecil.
“ Kau... Hhaa.. Kau bayangkan..bagaimana jadinya wajahku yang tampan jika harus membersihkan toilet setiap hari selama 1 bulan?!”
“ Wajahmu akan seperti toilet” Aku tidak bisa menahan tawaku ketika melihat raut wajah Jongjin yang berubah menjadi ketakutan.
“ Kau kejam!”
Aku masih saja terus terbahak hingga air mataku keluar.
“ Kau senang?”
“ Eh? Iya..aku sangat senang sekali..hahahaha”
“ Tsk, kau senang melihat orang lain menderita..hha...”
Aku masih saja terus terkekeh
“ Setidaknya itu lebih baik, hehehe” ucapnya dan menggaruk bagian belakang kepalanya
Aku menghentikan tawaku dan menatap Jongjin. Dia tersenyum tipis dan menepuk pelan pundakku. Seketika aku mengerti apa yang dia maksud.
“ Junjin yang memberitahumu?”
Dia mengangguk, “ Aku yang bertanya duluan. Jangan memarahinya”
Aku tersenyum
“ Terima kasih.. kebodohanmu membuatku sedikit melupakannya hari ini. Dan.. karena kebodohanmu pula yang membuatku jadi mengingatnya kembali” aku memasang tampang kesal dan seketika ekspresi Jongjin pun berubah menjadi panik.
“ Be..ah! Aku..Ah! Kenapa aku malah membuatmu mengingatnya lagi?? Arrghh!! Kebodohankuuu!! Aku memang bodoh Hyesung-aaahhh!!!” Jongjin berteriak histeris dan membuat Sungjin masuk ke dalam dapur. Aku segera memukul kepala Jongjin dan dia langsung terdiam, meringis kesakitan.
“ Ada apa? Kenapa kalian berisik sekali? Apa ada sesuatu?”
Aku menggeleng, “ Tidak ada. Kebodohan Jongjin yang membuatnya berteriak kencang seperti itu”
Sungjin tampak kebingungan lalu mengangkat bahunya dan kembali ke tempatnya semula.
“ Kenapa aku selalu berurusan dengan orang aneh sepertimu..hhaaa” aku tidak bisa menghitung lagi berapa banyak aku menghela nafas karena orang ini.
“ Itu sudah takdirmu, hahaha. Terimalah~. Ah, waktu pulangmu sudah lewat. Ayo, segera pulang! Malam ini kau pasti akan kelelahan meladeni Nyonya-Nyonya kaya yang pasti mengkhawatirkan kondisimu”
Aku kembali teringat akan peran yang harus ku jalani lagi. “ Ah.. Iya.. aku harus datang ke bar malam ini. Wah.. aku tidak sabar mulai berakting di depan para klienku. Ku harap dengan sedikit ‘sentuhan’ mereka akan memberiku banyak tips....” aku tersenyum tipis dan Jongjin melihatku dengan ngeri. Aku pun berlalu dari hadapannya dan terkekeh kecil.
**
Aku memacu pelan motorku, melewati jalanan kota Seoul yang cukup padat. Aku berhenti di persimpangan lampu merah dan menunggu warna lampu berubah menjadi hijau. Para pejalan kaki pun cukup ramai lalu lalang melewati etalase toko dan cafe. Lampu hijau menyala, dan aku pun memacu kembali motorku. Aku melewati jalan yang memang biasa ku lalui, namun aku merasakan ada sedikit perbedaan kali ini. Jalan ini, beberapa bulan yang lalu, dimana aku pertama kali bertemunya secara tidak sengaja.
Aku tersenyum getir dan mengutuk diriku, mengapa aku harus lewat jalan yang membuatku kembali mengingatnya?
Angin sore kota Seoul di musim gugur ini entah kenapa terasa sedikit sendu. Awan tampak mendung, matahari masih saja malu-malu keluar sejak seminggu lalu. Dedaunan pepohonan di pinggir jalan dan perumahan kini berwarna oranye cerah. Aku menarik nafasku dalam-dalam. Rasa sakit dan sesaknya masih saja terasa.
Aku membelokkan motorku ke arah kanan menuju kompleks perumahan tempat aku tinggal. Dan entah karena aku yang tidak fokus, atau memang takdir yang membawa alur cerita hidupku ke sini, sebuah truk berukuran besar muncul, dan..
BRAK!!!
Aku pun merasa seperti sedang melayang terbang, sebelum akhirnya tersungkur dan kepalaku menghantam tiang listrik. Oh sial, sakit... dan aku baru sadar bahwa helm yang kukenakan terlepas. Aku menyesal kenapa aku tidak mengenakan full helm seperti biasanya. Aku ingin berangkat, tapi tidak bisa. Lalu aku merasakan ada cairan merah mengalir di pelipis kiriku lalu ke telingaku dan aku kembali mengutuki nasibku. Ini gawat... aku harus terus sadar..
Sialnya, aku benar-benar tidak bisa menggerakkan badanku. Nafasku pun semakin memendek dan membuatku tersengal. Aku merasa sangat sesak, bahkan lebih sesak dari sebelumnya. Kakiku juga sakit, aku merasa bahwa cideraku kembali terbuka. Aku ingin sekali berteriak karena sakit yang luar biasa datang menyerang, tapi untuk bernafas saja susah apalagi berteriak!
Lalu, aku melihat seorang laki-laki paruh baya menghampiriku dengan wajah yang pucat, panik. Tak berapa lama, ada sekitar dua sampai tiga orang yang datang dan mengerumuniku.
“ Dia masih sadar! Cepat bawa ke rumah sakit!” seorang perempuan berkata dengan panik, dan seketika aku merasa tubuhku di angkat
“ Astaga! Darahnya banyak yang keluar! Cepat! Cepat!”
Benarkah?! Oh Tuhan... tolong....
Jangan...
Jangan..
Darah...
Entah bagaimana, perlahan-lahan aku mulai merasa lemas... nafasku semakin memendek, kepalaku pusing seperti diputar kencang, aku mual.... Lalu, semuanya pun gelap. Aku mendengar samar-samar suara orang-orang yang entah kenapa terdengar panik.
Kenapa mereka panik? Padahal mereka tidak mengenalku..
Ah.. iya.. Entah kenapa, aku tiba-tiba merasa rindu pada omma yang ku benci..
Para host yang sangat bodoh tapi sebenarnya mereka pintar..
Jongjin, Sungjin.. dan manager Park..
Ah..
Lalu..
Gadis yang seperti matahari itu
Ji Hyunjung
Aku tiba-tiba ingin bertemu dengannya...
Aku memejamkan mataku
Anehnya, aku melihat dia
Sedang tersenyum dan menggenggam bunga matahari
Sangat cantik, sangat cerah..
.........
**
Comments