Part 13

Thank You (Bahasa Indonesia)

*sob sob*

Akhirnya saya bisa apdet ni fic setelah satu bulan lewat 9 hari :')

Terima kasih pada para pembaca setia #eaaa. Saya menghaturkan terima kasih, Thank You! TvT. Yu ar mai hiroooo :**
Mungkin awalnya agak aneh..sudah lama tidak menulis rasanya kaku, hahaha. Pokoknya, selamat membaca yaaa!!^^

Here you go! Thank You part 13!! (OmO!! udah episode ke-13 aja, hihihi :p )


Aku kembali terbangun kedua kalinya dengan peluh di pelipis dan dahiku. Lagi. Aku memimpikan kejadian kemarin malam. Aku menghela nafas panjang dan menutup wajahku dengan lengan kurusku.

Aku sedikit merasa pusing, dan ku lirik jam dinding yang kini menunjukkan jam 5 pagi.

Ternyata aku hanya berbaring saja sejak kemarin tanpa mempedulikan waktu yang berjalan meninggalkanku. Bagian ulu hatiku pun tiba-tiba terasa seperti mendapat tusukan tajam, lalu aku merasakan kram di perut.

Sial.

Sepertinya maag ku kambuh..

Tentu saja..

Aku tidak memasukkan sedikit pun makanan sejak kemarin malam, lebih tepatnya aku tidak makan selama kurang lebih dua hari!

Percuma saja, walaupun harus, aku tidak memiliki nafsu makan sekarang. Sepertinya semua gairah kehidupan ku terhisap habis hingga aku hanya memilih untuk terbaring tak berdaya, lalu menutup mata dan mencoba menghilangkan rasa sakit yang ada didiriku saat ini.

Aku mencoba bangun dari tempat tidur dan kepalaku pun terasa sangat pusing. Mulutku kering dan tenggorokanku sakit. Aku butuh air.

Aku berjalan tertatih, terseok-seok perlahan untuk menggapai kenop pintu. Ketika akan membuka pintu kamarku, aku mendengar bunyi berisik dari dapur. Seperti seseorang sedang berusaha membuka pintu dapurku.

Hah!

Sepertinya ada seorang pencuri yang ingin merampok diriku yang miskin ini. Apa dia membawa senjata? Haruskah aku melawannya? Aku sangat berterima kasih sekali jika dia membawa pisau, atau benda seperti pistol lalu menembak tepat di kepalaku.

Lalu aku berpikir kembali. Apakah aku harus bergulat dulu dengannya? Haruskah aku memberinya tendangan memutarku? Atau melakukan gerakan taekwondoku padanya yang kupelajari sebagai bentuk pelampiasan atas kekesalan dan kemarahan yang masih memuncak di dadaku ini?

Dan tiba-tiba saja aku mendengar suara kaki, mengendap-endap dan semakin mendekat. Lalu, langkah tersebut berhenti di depan pintu kamarku. Aku menahan nafas. Aku melihat kenop pintu yang bergerak pelahan, lalu pintu terbuka sedikit. Sosok manusia bertubuh tinggi muncul di balik pintu dan aku masih menahan nafas, berusaha tidak bergerak dan tidak mengeluarkan suara.

Ketika orang ini memalingkan wajahnya ke arah tempat ku berdiri, secara refleks kakiku melakukan tendangan memutar lalu tepat mengenai wajahnya.

Ahh.. sepertinya takdirku menginginkan aku melakukan pilihan yang kedua.

Bruak!

Orang itu pun jatuh tersungkur, dan aku mendengar erangan dari bibirnya. Dia laki-laki!

“ Ughh... Hye..Hyesung-ah...” laki-laki itu memanggil namaku dan seketika aku dapat mengenali suara laki-laki yang kini masih berusaha untuk bangun.

Aku mengerutkan dahiku, tak percaya.

“ Eric?”

“ Hyesung-ah~~!!!!”

Ah... rengekan itu! Pasti dia! Eric Mun!

“ Ya!! Apa yang kau lakukan di rumahku?!!” aku berteriak kesal dan seketika membuat tubuhku semakin lemas. Sepertinya energiku hampir habis, dan tenggorokanku masih terasa sangat sakit.

“ Hyesung-ah... to-tolong bantu a-aku berdiri...” rintihan dan rengekan menjadi satu. Sebenarnya aku masih merasa kesal, tetapi aku segera membantunya berdiri. Sepertinya tendanganku berakibat fatal pada orang ini.

Namun, ketika aku berusaha mengangkat tubuhnya, aku pun tiba-tiba ikut tersungkur di sampingnya.

Aneh.. Tapi aku benar-benar sudah kehilangan tenaga.. Mungkinkah ketika tenagaku terhisap habis itu berarti aku akan segera mati?

“ Hyesung? Hei.. Hyesung-ah.. kau kenapa?” Eric memalingkan wajahnya dan melihat ke arahku.

Aku hanya terdiam lemas. Tubuhku tidak mau bekerja sama dan mataku pun menutup sendirinya. Aku lapar.. Maag di perutku terasa lebih sakit dari sebelumnya. Aku kehausan, mulutku kering, dan aku menyadari bahwa aku sedang berada dalam kondisi tak berdaya. Mungkin ini sekarat??

Aku bisa merasakan Eric segera bangkit dan mengangkat tubuhku.

Tsk, berarti si bodoh ini daritadi hanya berpura-pura kesakitan biar aku menolongnya? Dasar lintah!

Eric segera membopongku dan merebahkan tubuhku ke atas kasur. Aku berusaha membuka pelan mataku yang ternyata sedikit kabur. Wajah panik Eric tampak samar-samar.

“ Hyesung-ah! Kenapa?! Ada apa? Apa kau sakit? Hei..” Eric mengecek suhu tubuhku dengan menempelkan telapaknya di keningku. Dia tersentak,

“ Kau dingin! Hyesung-ah, apa kau merasa lemas? Apa kau merasa mulut dan tenggorokanmu kering? Kau tidak minum seharian? Tidak makan?” pertanyaan bertubi-tubi Eric lontarkan kepadaku dan hanya ku jawab dengan anggukan pelan.

“ Dasar bodoh!!!” makinya lantang dan aku tidak membalasnya. Bukan karena aku tidak berdaya, melainkan juga ia mengatakan hal yang benar. Iya, aku bodoh.. sangat bodoh.

Eric segera keluar dari kamarku dan segera datang dengan satu botol air mineral dan satu botol minuman isotonik.

“ Kau beruntung aku membawa ini di mobilku” gerutunya lalu segera membuka tutup botol dan memasukkan sedotan ke dalamnya. Aku hanya dapat menggerakan bola mataku, melihat perilakunya. Ia menyodorkan minuman isotonik ke mulutku dan dengan energi yang tersisa aku berhasil membuka dan meneguk pelan.

“ Kau belum makan bukan? Segera habiskan minuman ini, lalu minum air mineral. Harus habis! Kau kekurangan cairan bodoh! Aku akan membuatkan sesuatu apapun itu dari dapurmu!” Eric mengambil tanganku untuk memegang botol minuman ini. Walau masih lemah, aku masih tetap bisa memegangnya. Eric pun kembali menghilang dan aku menatap kosong ke arah botol yang isinya hampir habis. Aku menghela nafas pelan dan menghabiskan minuman isotonik ini dengan cepat.

Aku kembali menatap botol kosong di sampingku, lalu ke arah air mineral di atas laci di samping tempat tidurku. Orang aneh itu mengataiku bodoh, padahal dia juga bodoh. Dia menyuruhku untuk minum habis air yang diberikannya, tetapi dia meletakkan botol air jauh dari jangkauanku. Mana mungkin aku bisa bergerak untuk mengambilnya?!

Aku menghela nafas panjang. Perutku sakit, seperti diremas lalu ditusuk-tusuk dari dalam. Aku menutup mataku, dan tidak lama aku kembali tertidur.

**

Aroma gurih menusuk masuk ke dalam lubang hidungku. Membuat otakku kembali terjaga. Air liurku tiba-tiba menjadi banyak, dan perutku pun berbunyi pelan. Aku membuka mataku dan langsung tersentak kaget!

Wajah Eric hanya berjarak 5 cm dariku dan secara refleks aku memukul kepalanya hingga ia pun jatuh terjungkal di lantai.

“ YAH!!!”

“Shin Hyesung!!!”

Eric segera bangkit dan aku siap melempar kata-kata tajam ke arahnya, namun ku batalkan ketika dia membuatku tertegun.

“ Kau sudah sadar?! Syukurlah!!!” serunya gembira dan meloncat kegirangan.

Aku mengerutkan dahiku, “ Hei, aku hanya tertidur, bodoh”

Dia segera berhenti dan duduk di sampingku.

“ Hyesung-ah, kau pingsan! Bukan tertidur! Mana mungkin orang tidur tidak bisa dibangunkan meski kau telah ku goncang sekeras apapun! “ tampangnya terlihat sangat serius. Lalu, aku pun menyerah. Mengalah. Aku tahu persis betapa keras kepalanya orang ini.

“ Baiklah, kau menang kali ini”

Dan Eric pun langsung tersenyum sumringah, memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi. Dia segera mengambil nampan berisi mangkuk dengan asap mengepul di atasnya. Aku segera mengubah posisiku menjadi duduk.

“ Hyesung-ah! Aku membuatkanmu bubur! Syukurlah kau masih punya beberapa potong ayam, sehingga aku bisa memasakkan kaldu lezat untukmu”

Aku mendengus, “ Kaldu lezat?”

Eric langsung menyipitkan matanya, “ Kaldu terlezat yang penah kau coba!”

Aku kembali mendengus, “ Setahuku, hanya Andy atau Dongwan yang bisa memasak dengan sangat lezat. Kau pengecualian, apalagi Junjin” dan aku mengambil mangkuk berisi bubur dengan kaldu ayam tersebut. Aku menyedokkan dan memakannya.

Eric memandangku dengan puas ketika melihat ekspresi wajahku berubah. Aku tertegun, mataku membesar. Sial, masakannya benar-benar enak!

“ Bagaimana?” Dia menyeringai puas. Aku berusaha mengembalikan ekspresi normalku kembali.

“ Lumayan” dan aku kembali menyedokkan bubur tersebut ke dalam mulutku

“ Aku anggap itu sebagai pengakuan bahwa masakanku benar-benar lezat!” seru Eric girang

Aku tersenyum tipis dan kembali makan dengan lahap.

Ya...ini memang sangat lezat. Terima kasih, Eric..

**

Badanku terasa sedikit bugar setelah makan dan dipaksa kembali oleh Eric untuk meneguk dua botol air mineral dan obat maag. Apa dia tidak menyadari bahwa perutku bisa saja meledak pecah?!

“ Perutmu tidak akan bisa pecah, bodoh! Kulitmu terlalu dan sangat elastis sehingga mana mungkin akan meledak jika kau minum dua botol air mineral??”

Begitulah jawabannya ketika aku mengatakan bahwa perutku akan meledak.

Aku tersenyum tipis mengingat ekspresi dan kelakuan bodohnya. Yah..sepertinya hubungan pertemanan kami sedang dalam kondisi ‘sangat baik’ hari ini.

“ Wah...! Kau tersenyum! Kau pasti senang karena aku begitu baik padamu bukan?” Eric muncul tiba-tiba dengan membawa apel yang sudah dikupas di atas piring.

“ Dari mana kau mendapatkan apel tersebut?”

“ Tentu saja ini punyaku! Aku selalu membawa buah di mobilku jika aku tiba-tiba kelaparan! Kenapa? Kau mau? Ini hanya untukku!” Dia duduk di samping dan memakan buah tersebut dengan lahap.

“ Tsk.. benar-benar mikkulaji!” desisku pelan, tapi sepertinya Eric bisa mendengarkanku dan membuatnya memasukkan sebuah apel ke dalam mulutku. Aku hampir saja tersedak karenanya!

“ Ubh! *glek*, YAH!!!!”

“ Sama-sama Shin Hyesung” dan dia kembali mengunyah apelnya dengan riang.

Aku pun ikut mengunyah apel yang dia masukkan tadi ke mulutku. Suasana pun kembali hening. Tapi kali ini terasa nyaman.

“ Hei...” ucapnya pelan

Aku menoleh ke arahnya. Dia tidak melihatku.

“ Ada apa?” tanyannya kembali

Aku mengerjapkan mataku dan kembali teringat kejadian yang paling ingin ku hilangkan. Seketika rasa sakit yang bertubi-tubi itu kembali muncul. Menghujam tepat di jantungku.

“ Tidak ada...” sahutku pelan dan berbaring memunggunginya.

Eric menoleh ke arahku, ia meletakkan piring di atas laciku dan ikut berbaring.

“ Jangan bohong. Kau tidak bisa membohongiku bodoh” Aku merasakan sebuah lengan yang cukup kekar melingkari pinggangku. Aku tahu, Eric sedang memelukku dari belakang.

“ Lepaskan tanganmu. Kau membuatku jijik” ucapku ketus

 “ Tidak. Aku tahu kau membutuhkan ini Hyesung-ah...”

Aku diam, tidak membalas kata-katanya

“ Nah..ceritakan padaku.. apa yang membuatmu sedih?” suaranya yang tenang kini kembali terdengar.

“ Tidak ada...” aku memejamkan mataku

“ Aku tahu kau keras kepala Hyesung-ah. Tapi, kau tidak mungkin membolos bekerja di cafe selama dua hari dan tidak datang ke bar hanya karena kau ‘ tidak ada apa-apa’. Kau terlalu pelit untuk membolos demi gajimu yang tidak akan dipotong itu” Eric semakin mengeratkan pelukkannya.

Aku membuka mataku dan menatap kosong ke depan. Aku masih diam, mengunci rapat mulutku.

“ Hha.. sepertinya cara ini kurang ampuh” desah Eric dan melepaskan pelukannya.

Oh.. dia sudah menyerah?

Tapi pikiranku tersebut langsung sirna ketika dia melompatiku, berbaring di hadapanku dan segera memelukku lebih erat dari sebelumnya!! Astaga!! Wajah yang menyebalkan ini kini hanya beberapa centimeter saja di hadapanku. Mataku membesar, kaget!!

“ Yah!!! Apa yang kau lakukan?!!!” Lalu Eric menarik pelan kepalaku dan membuatku bersadar di dadanya. Kaki Eric mengunci erat kakiku, sama halnya dengan lengannya yang memeluk erat pinggangku.

Eric Mun membekapku!!!

“ Yah!!! Lepaskan aku, bodoh!! Aku tidak bisa bernafas!!!” Aku terus meronta agar bisa lepas, namun kekuatan Eric jauh lebih besar dariku! Tsk! Dasar licik! Dia mengambil kesempatan dalam kesempitan!

“ Hyesung-ah, kalau kau diam dan menceritakan masalahmu, aku akan melepaskanmu” ucapnya datar

“ Tidak!”

“ Hyesung-ah...” ucapnya pelan dan terus membekapmu dengan lebih erat.

Aku memukul punggungnya dengan tangan kananku yang bebas, tapi dia tak bergeming. Aku merasa kesal, sangat kesal! Sehingga aku ingin sekali menangis!

“ Lepaskan!”

“ Tidak, tidak, dan tidak! Sampai kau menceritakannya padaku”

Rasa kesalku semakin menjadi-jadi. Aku merasa sangat marah, tetapi juga merasa sangat sedih. Aku terus memukulnya hingga ku rasakan energiku perlahan habis. Aku menyerah.

Tanpa ku sadari, badanku pun mulai bergetar pelan sebelum menjadi getaran hebat. Air mataku tiba-tiba jatuh dan semakin deras. Aku menangis.

Ya..

Aku menangis

Di pelukan laki-laki brengsek ini.

Tapi aku merasa nyaman..

Aneh...

“ Hyesung-ah....” eric kini mengelus pelan punggungku. Tangisanku makin keras.

Sungguh, aku tidak peduli lagi jika aku menangis seperti anak kecil. Aku tidak peduli lagi jika semua harga diriku sebagai laki-laki runtuh karena sebuah tangisan. Asalkan ini dapat memberiku ketenangan, memberikanku kenyamanan, kenapa tidak?

Aku hanya ingin meluapkan emosiku yang tertahan.

Aku tidak ingin gila, aku tidak ingin sakit, aku ingin lepas...

Sejenak aku berpikir, apakah aku harus mengatakan hal yang sebenarnya atau tidak. Namun, aku merasa aku dapat mempercayai orang ini.

“ Eric... aku bertemu omma...”

Tangan Eric berhenti mengusap punggungku, lalu dia melepaskan pelukannya dan melihat ke dalam mataku.

“ Benarkah?”

Aku masih mencoba mengontrol tangisku yang sesenggukan, lalu membalas tatapannya.

“ Iya.. dan dia adalah omma-nya Hyunjung...”

**

Aku melirik jam dinding yang kini menunjukkan angka 10. Lalu mataku beralih pada sosok yang tertidur pulas di sampingku. Dasar, seharusnya aku yang tertidur pulas, bukan dia. Namun, mau tidak mau, aku pun tersenyum. Dia pasti merasa lelah setelah harus membuatku tenang dan berhenti menangis. Dia mendengarkan ceritaku tanpa berkomentar apapun.

Saat ini, aku merasa sedikit beruntung. Walaupun bisa dikatakan hidupku tidak selalu mujur dan menyenangkan, aku masih memiliki orang-orang yang peduli kepadaku. Setidaknya, aku bukan makhluk kerdil yang sendiri di dunia ini.

Aku mengubah posisiku menjadi duduk, menyenderkan punggungku ke dinding, dan menekuk kedua lututku lalu menempelkan daguku di atasnya.

Aku menjadi teringat kehidupanku setelah omma meninggalkanku di lorong sepi dan gelap itu. Ingatanku masih sangat jelas bagaimana aku menangis hingga air mataku habis, dan tubuhku lemas tak bertenaga. Lalu seorang pria berusia paruh baya menemukanku dan mengajakku pulang tanpa bertanya apapun. Ku ketahui kemudian bahwa pria paruh baya itu bernama Shin Donghee, seorang pemilik kedai teobbokki yang tidak sengaja lewat dan melihatku yang sedang terisak. Shin Ajusshi lalu mengangkatku menjadi anaknya dan menyekolahkanku. Walau dia hanya pemilik kedai kecil, tetapi dia selalu mengatakan bahwa dia mampu untuk membiayaiku sekolah dan menghidupi kami berdua. Shin Ajusshi tidak memiliki anak, istrinya telah meninggal 5 tahun lalu karena kanker serviks yang dideritanya sejak berusia 35 tahun.

Sepulang sekolah, aku akan membantu Shin Ajusshi berjualan hingga jam 10 malam. Ketika aku beranjak remaja, aku mulai menjadi pengantar susu dan koran di pagi, lalu membantunya di kedai siang hari hingga malam. Suatu hari, aku menemuinya dan mengatakan ingin mengubah namaku. Aku ingin memakai nama keluarganya di depan namaku dan menghapus semua hal-hal yang mengingatkanku akan masa laluku. Pria itu tersenyum dan menepuk pelan pundakku. Dia tidak berkata apapun, bahkan sekadar bertanya mengenai masa laluku yang sama sekali tidak pernah kuutarakan padanya. Dia mengangguk dan memikirkan nama yang pas untukku.

“ Shin Hyesung... bagaimana?” ucapnya kala itu

“ Eung? Kenapa? Nama yang jarang…”

Dia tersenyum, “ Aku ingin kau menjalani hidup ini dengan semangat dan pantang menyerah. Aku harap kau tidak pernah mundur dan terus melangkah ke depan walau sesulit apapun rintangan di hadapanmu. Seperti sebuah komet yang melajut ke depan, berpijar dan membara. Aku harap kau dapat menemukan sesuatu yang berharga dan memberikanmu kebahagiaan setiap hari”

Aku menghela nafas panjang. Nafasku tercekat. Aku sangat merindukan pria tua itu...

Shin Ajusshi meninggal tepat sehari setelah kelulusan SMA. Penyakit ginjal yang dideritanya merenggut nyawanya. Dia memaksakan diri untuk menghadiri upacara kelulusanku dan mengadakan pesta kecil malam harinya. Dia pun memaksa agar aku tidur di sampingnya. Ketika aku bangun, Shin Ajusshi sudah tiada. Dia meninggalkanku sendirian dengan senyuman puas dan bangga di wajahnya..

Aku berharap, semoga Tuhan menyayanginya di surga sana...

Setelah kepergian Shin Ajusshi, aku memutuskan untuk menutup kedai teobbokki dan mencari pekerjaan lain. Hingga akhirnya aku bekerja di cafe RoS dan bertemu dengan Junjin dua bulan kemudian. Awalnya aku mengira bahwa dia adalah anak orang kaya yang menyebalkan dan suka pesta, tetapi dia memiliki sisi lain yang terlihat sangat kekanak-kanakan, polos, dan jujur. Entah mengapa, kami pun menjadi akrab. Dia menawariku bekerja sebagai host di bar Brand New. Awalnya aku menolak, tetapi dia terus merengek dan merayuku.

“ Wajahmu itu aset! Kau bisa menarik ribuan klien dengan wajah dan tubuhmu itu! Kau bisa mendapatkan penghasilan 3 kali lipat dari kerjaanmu sebagai pelayan cafe ini!”

Aku tersenyum geli mengingat perkataannya, terutama ekspresi wajahnya yang terlalu dramatis itu. Aku tidak tahan dengan rengekannya dan mengangguk setuju.

Mulanya, aku pun tidak terlalu suka dengan kegiatan sebagain host, terutama host lainnya yang sangat berisik dan mengganggu! Eric adalah host sekaligus pemilik bar yang sering membuatku kesal dengan tingkah anehnya. Aku heran, darimana datangnya makhluk ini? Aku berani bersumpah, bahwa sebenarnya dia adalah titisan alien yang turun ke bumi dengan uang milyaran won di tangannya!!

Meskipun awalnya menganggu, lambat laun aku terbiasa dan menyukai keempat host lainnya. Mereka semuanya sangat baik, dan jika harus ku katakan, mereka GILA! Terkadang mereka akan melakukan hal konyol dan memalukan di depan umum! Anehnya, ketika menjadi host, mereka berubah 180 derajat! Sungguh sekelompok orang yang menyeramkan!

Mereka semua tahu masa laluku, karena di suatu malam mereka memaksaku minum hingga aku mabuk dan bertanya banyak hal kepadaku! Dasar licik! Pagi harinya, mereka diam dan menghindari bertemu atau sekadar bertatapan mata denganku. Sikap mereka terlalu aneh dan aku berhasil memaksa Junjin untuk memberitahuku apa yang terjadi. Meski awalnya aku sempat marah, tetapi aku membiarkannya. Toh, mereka sudah ku anggap sebagai saudaraku sendiri. Tidak selama aku bisa menyembunyikan hal ini dari mereka bukan?

Berbicara tentang mereka, aku kembali memandang pria di hadapanku ini yang masih belum sadarkan diri. Aku sedikit merasa bersalah karena tidak memberi kabar apapun dan membolos dari pekerjaanku. Namun, itu kulakukan karena aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa..

Aku tidak mau merepotkan mereka dengan masalahku..

Namun, aku seharusnya tahu bahwa mereka adalah sekelompok orang pemaksa dan selalu ingin tahu urusanku. Lihat saja Eric yang mengendap masuk ke dalam rumahku pagi ini! Mereka selalu punya alasan klise yang berhasil membuatku diam

“Bukankah kita adalah saudara? Kita ini keluarga!”

Hmm... keluarga...

Jika mereka benar-benar keluarga, apakah mereka dapat membantuku?

Lalu aku menoleh ke arah Eric dan menghela nafas pelan.

“ Hei Eric... apa yang harus ku lakukan sekarang?”

 -TBC


Note: Karna saya ricsyung shipper, bromance antara syung dan ric itu WAJIB! Ahahahahahaha

Have a nice day! Have a nice dream (?)! :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
shinfly
i don't know will update "hyung and I" story or not..because..i'm not to motivate to write it :'(

Comments

You must be logged in to comment
feelgyo #1
Chapter 17: Akhirnya bs komen pnjang2 disni~ hihihihi~~ c:
dah kangen berat sama fic yg satu ini >.<

okay, waktunya komentar~~ ♬..╰(′▿`)╮ ♬..╰(′▿`)╮ ♬

*ambil ancang2*

HUEEEEEEEEEEEE......TIDAAAAAAAKKKK.....TIDAAAAAKKKK.....TIDAAAAKKKKK....KENAPAAAA???? KENAPAAAA YIM?? (۳˘̩̩̩Д˘̩̩̩)۳
Apa salahnya Hyesung? Kenapa bs begini?? Maknya kn udh ngasi darah...kenapa yim?? Kenapa??? (۳˘̩̩̩Д˘̩̩̩)۳
kn kesian Junjinnya Yim....kesian jg ama host yg lain....hikss hiksss *salahfokus*

Ini pst gara2 Hyunjung!!!!! Щ(ºДºщ)

Aku ga prcaya bs nangis bolak/i dihari valentine OTL
knp di 2crita yg kubaca hari ini (satunya pnya junu), syungnya hrs mati dgn tragis???? (TДT)

Btw ini masi ada episode trakhir ya? Aku udh ga sanggup ngebacanya yim.....sedih bgt suer....
Kamu hrs bayar ini pake The Host Yim. Harus! (҂˘̀^˘́)9

Anyway, makasi deh yim buat airmata ini. Makasi udh bikin mewek dihari yg cerah tnpa hujan. Makasi kamu udh buat maknya Hyesung nangis nyesel (puas bgt dibagian ini xD). And lastly, makasi udh update Ayim~ <3
Liya_Heartless
#2
baru nemu ini fanfic, dan alhamdulilah bukan yay! jarang ada fic yg straight, indonesia lagi xd
clumsyblue
#3
Chapter 16: Woohooo sinetronnya berlanjuutt~~~

HantuSyung imut banget cobaa... Sini nak, main sama kakak, hantuin kakak aja boyeeh XDDD #ditendang
Idem sama ipil buat emaknya syung. Kenapa sadar di detik2 terakhiiirrrr? jdsakgdsakjdgska!!! Kenapaaaaaaaa? ? ? Terus syung kenapa menghilang? Kenapaaaaaaaaaaaaaaaa? ? ? ? ?

*cough*
Ayiimm, tengkiu udah diapdet yaaa~~~ *tjium panas*
feelgyo #4
Chapter 16: Tjih! Akhirnya nie sinetron ada kelanjutannya juga *tatap sinis penulisnya*

Sejujurnya Yim, diawal chapter aku ngakak bgt. Hyesung bener2 polos ya. Dicuekin belalang aja bs sedih(?). Pffttt...
And....... I love this chapter!!! So much!!!! Much!! Much!! Much!!! Kecuali dibagian ending. :P

Omaigottt, ini cerita bs bikin jantung mau copot! Pelis jgn 'tamatin' Hyesung dulu!!! The host yg lain blm sempat marah2 ke Syung, perkara doi bawa motor ga hati2. TT^TT
Huuuhh, maknya Hyesung (ato Hyunjung) ngeselin bgt deh! Knp hrs sadar didetik-detik trakhir?? Knp??? Knp??? *goncang2 penulisnya* *bakar rumah sakitnya* #anarkis

Pelis emaknya aja, jgn Syung... *maap, trlalu bias* XDD
Eniweyyyy, I hope this sinetron(?) tidak melakukan pembunuhan, sebab pembunuhan itu adalah tindakan keji, tindakan kriminal yang melanggar undang-undang yang berlaku dinegara kita. Ganbatte!! XD

PS: Ayim yg baikhati, baikbudi, rajin menabung, dan tidak sombong, pelis update secepatnya yak. Peluk cium dari rider paporit(?) <3
Elreya
#5
Chapter 16: Yeay~ You're come back Unnie :) Ah jangan bikin Hyesung meninggal, Kasian Hyunjung sama Ommanya let them be happy Unnie. Ayolah masa aku mau UN harus liat Angst mulu sih jadi please banget Yaaaa Unnie~ Kangen juga ga liat Unnie update kekeke
shin-pads
#6
Chapter 15: Duuuh ><

Jangan dibikin angst dong. Jangan dimatiin Pilkyo-nyaa ㅠㅠ
shin-pads
#7
Chapter 2: Akhirnya nemu juga fict dengan bahasa Indo! Huraaayyyy! *lemparbuketkamboja*


Duh duh duh... Eric perhatian banget, beliin tongkat ama bawain makanan juga~

Tapi ini bukan ya~???
Elreya
#8
Chapter 15: Yo Unnie~ Aku udah lama ga komen didini ya hahaha~ Aku liat update langsung ngeliat adegan kayak gini... malah galau sendri didepan laptop *pundung* yosh! Hyesung harus selamat! dan akhirnya hyunjung tau kenyataanya , now now how would the plot give us the ending~(gini nih orang abis stres ngerjain tugas)
clumsyblue
#9
Chapter 15: H... Hyesung aaahhhh.... Nooooooooooooooooo!!!! Kenapa golongan darahku b kenapaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Hyesungieeeeeeeeeeeeeeeee!!!

Idem sama ipil.. aku juga langsung inget mvnya syung... huaaaaaaaaa T^T
Ayiiiiimmmmmmm ;A;

Eniwei, thank you for updatiing~^^
hyuu_hikari #10
Chapter 15: aku.... semua yang mau aku bilang uda diwakilin ama Pil dibawah xDD
btw, kamu tega yah.... kemaren udah begitu, sekarang hyesung dibikin kecelakaan parah.... tapi ntah kenapa aku suka banget ama chapter yg ini...