Part 2
Thank You (Bahasa Indonesia)
(Hyesung terbangun dan kaget melihat sosok wanita di hadapannya)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“ Hyungjung-ssi? Bagaimana bisa kau..ah...sepertinya aku mulai berhalusinasi...” ujarku sambil mengerjapkan mataku
“ Hahahaha, tidak. Kau tidak berhalusinasi, ini memang aku. Aku mendapatkan alamat rumahmu dari cafe R.o.S, uum... Jongjin-ssi yang memberitahuku.”
Aku kembali membuka mataku dan Hyunjung masih ada di depanku bersama Junjin yang menatap kami berdua dengan heran.
“ Hyung, siapa dia? Tiba-tiba saja dia mengikuti masuk ke dalam. Sungguh tidak sopan.” ujar Junjin sambil menuju ke arahku.
“ Dia orang yang kemarin mengantarkanku ke rumah sakit” jawabku pelan
“ Mengantarkanmu?” tanya Junjin lebih lanjut
“ Iya. Tiba-tiba saja kemarin dia terjatuh di depanku dan tidak bergerak sama sekali. Untung aku bisa mengangkatnya dan membawanya ke rumah sakit terdekat” ujar Hyunjung dengan tangan yang dilipat ke dadanya.
Mendengar hal itu tiba-tiba saja aku merasa malu sekali.
“ Hyung? Kau mengangkat hyung? hahaha. Tidak mungkin...”
“ Hei, kau ini tidak sopan! Bagaimana mungkin aku berbohong!” seru Hyunjung
“ Sudahlah, itu sudah terjadi kemarin kenapa harus diungkit lagi. Dan kau, Hyunjung-ssi, kenapa kau datang ke sini? Aku rasa kau tak cukup mengenalku untuk datang tiba-tiba seperti ini” tanyaku sedikit ketus karena menahan malu.
Kulihat raut wajah Hyunjung sedikit berubah. “ Yah..sebenarnya tadi pagi aku ke cafe tempat kau bekerja dan aku tak menemukanmu. Ku pikir kau pasti sedang cuti, dan aku bertanya kepada Jongjin-ssi ternyata benar. Lalu, sampailah aku di sini. Sebenarnya, mungkin karena aku calon dokter dan sangat penasaran dengan kondisimu serta mumpung hari ini aku punya waktu, jadi tak ada salahnya bukan melihat pasienku?” jawabnya sambil tersenyum simpul.
Kepalaku yang tadinya pusing, kini terasa semakin pusing. Aku tak terlalu suka ada orang yang ikut campur urusanku.
“ Lalu, apa yang kau inginkan dariku?” tanyaku lagi
“ Ku lihat kau tidak meminum obatmu, dan ku pastikan kau sekarang tidak bisa bergerak banyak” jawabnya sambil menunjukku yang sedari tadi memang dalam posisi tidur, tak berubah sedikit pun.
“ Aku lupa..” sahutku sambil menutup mata
“ Ckckck. Kalau begitu, aku akan memasakkan bubur untukmu dan setelah itu kau harus meminum obatmu. Dan kau..uum...dongsaengnya Hyesung-ssi, ku rasa kau bisa memberikan pijatan pelan di kakinya. Mungkin bisa membantu”
“ Junjin, namaku Park Junjin. Jangan memanggilku seperti itu lagi nona calon dokter.”
“ Ah..yaaa... kau juga! Panggil aku Hyunjung, Ji Hyunjung, oke? Aku pinjam dapurmu Hyesung-ssi” ucap Hyunjung kemudian pergi ke dapur meninggalkan aku dan Junjin.
“ Tipe cerewet, membuat pusing saja... Ah, bagaimana keadaanmu sekarang hyung?” tanya Junjin
“ Tubuhku kaku, mati rasa. Membuatku sebal”
“ Kau pasti belum ke kamar mandi kan? hahahahaha”
“ Ya! Sempat-sempatnya kau... Ngomong-ngomong kenapa kau datang? Aku rasa aku tidak memanggilmu hari ini?”
“ Hei.. aku ini dongsaengmu, mana mungkin aku tega membiarkan hyungku kesakitan. Lagi pula, aku sudah menelponmu 10 kali pagi ini tapi kau tidak mengangkatnya. Ketika aku datang, ku lihat kau tertidur dengan pulas, haha” jawab Junjin yang kini mulai memijat pelan kakiku.
Aku tersenyum mendengarnya, “ Terima kasih..”
“ Hahaha, oke. Bagaimana pijatanku? enak?”
“ Lebih dari itu...hahahaha” ujarku sambil tertawa. Hhaa... entah kenapa rasanya sakit dan penat yang tadi ku rasa berangsur-angsur lenyapa. Ajaib.
^^^
“ Kau orang yang cukup rapi ya Hyesung-ssi” ucap Hyunjung yang sedang melihat sekeliling ruang kamarku.
“ Hei..tentu saja. Hyung ku ini adalah laki-laki terapi yang pernah ku temui!” seru Junjin
Saat ini aku sedang memakan bubur yang dimasak oleh Hyunjung. Rasanya yah...enak juga sih. Aku sudah bisa duduk dengan bantuan Junjin dan tanganku sudah bisa bergerak dengan bebas, hanya saja kakiku masih tidak mau bersahabat terutama yang sebelah kiri.
“ Bagaimana rasanya? Enak?” tanya Hyunjung yang ku jawab dengan anggukan.
“ Makanlah yang banyak, setelah itu jangan lupa minum obatmu. Kau ini...itu tubuhmu sendiri, sayangilah” ujar Hyungjung lagi
“ Cerewet” gumamku
Hyunjung hanya tersenyum tipis dan berkata, “ Baiklah..baiklah.. tuan sok kuat, aku pergi dulu. Junjin-ssi, tolong jaga hyungmu. Byee” sahut Hyunjung yang kemudian pergi meninggalkan kami berdua.
“ Hhhaaaa... luar biasa.. ternyata ada orang aneh di dunia ini.” keluh Junjin
Aku hanya diam dan menghabiskan buburku. Kenyang sekali.
“ Oh? Kau sudah habis memakannya? Woah..cepat sekali. Kau pasti sangat kelaparan, haha” ujar Junjin
“ Benar..sejak tadi malam aku belum makan apa-apa...”
“ Nah, ini obatmu. Ayo diminum”
“ Oke..okee” aku pun meminum obat yang diberikan Junjin. Sungguh tidak enak. Hhaa.. aku ingin cepat sembuh..
“ Bagaimana dengan luka luarmu? Masih sakit?” tanya Junjin sambil melihat luka lecet di sekujur tubuhku.
“ Tidak terlalu sakit lagi. Hanya lecet saja, bukan masalah”
“ Aigoo... jadi obat untuk luka luar ini harus aku apakan hyung?” Junjin menatapku tanpa berkedip.
Aku menghela nafas. “ Baiklah..baiklah.. sesukamu sajalah” aku pun merebahkan tubuhku ke ranjang dan Junjin tersenyum penuh kemenangan. Ia kemudian meneteskan obat tersebut ke beberapa bagian tubuhku yang luka lecet. Sedikit sakit dan perih, tapi aku masih bisa menahannya.
“ Sakit..sakit...cepatlah hilang..” ujar Junjin
“ Seperti anak kecil saja” aku tersenyum melihat tingkahnya yang setiap kali meneteskan obat ke luka ku dan kemudian berkata seperti.
“ Hahaha. Ini kebiasaanku hyung” tawa Junjin
Aku pun tersenyum dan menikmati perawatan dari Junjin, hahaha. Orang ini benar-benar bisa membuat mood ku menjadi baik kembali.
^^^
Hari ini aku bangun lebih cepat dari biasanya, lebih cepat setengah jam dari jam wekerku. Moodku sedang sangat bagus dan juga badanku terasa segar. Kaki kiriku sudah tidak terlalu sakit seperti kemarin, hanya saja masih sulit untuk berjalan dengan baik. Aku rasa, istirahat seharian kemarin adalah pilihan tepat.
Aku berusaha berjalan walau masih tertatih. Ku buka jendela kamarku. Pengap, aku butuh udara segar. Ketika ku membuka tirai jendela, aku melihat seorang laki-laki memakai jumper abu-abu dan celana pendek beserta topi yang sangat tidak asing lagi bagiku. Dia membawa serta anjing cokelat yang tidak terlalu besar. Laki-laki itu duduk di pinggir jalan sambil bermain dengan anjingnya.
“ Gomdori?” aku merasa sangat kenal sekali dengan anjing tersebut. Ketika aku melihat dengan jelas wajah pemiliknya.
“ Eric? Mau apa dia di sini?” dahiku berkerut melihat ternyata laki-laki itu adalah Eric. Aku pun segera menutup tirai dan mengurungkan niat untuk membuka jendela.
Aku kembali menuju tempat tidurku, dan handphone ku mengeluarkan bunyi tanda sms masuk. Aku membuka dan sms dari Eric!
Sudah sehat? hari ini cuaca cerah
Aku mengernyitkan dahiku. Dasar orang aneh, sms pun aneh. Aku pun membalas smsnya
Lumayan
Ting!
Balasan dari Eric.
Kau sudah bangun? Aku di depan rumahmu. Aku membawa makanan enak.
Ah! Ternyata itu maksudnya dia berada di depan rumahku pagi ini. Aku berusaha berjalan menuju depan rumah dan membukakan pintu. Untunglah rumahku kecil jadi aku tidak perlu bersusah payah untuk ke depan.
Klek! Ketika aku membuka pintu, Eric dengan senyum sumringahnya mengangkat bungkusan makanan dan Gomdori di bawahnya.
“ Aku membuka pintu untukmu hanya karena kau membawa makanan, oke?”
“ Hahaha, oke..okee Hyesungie. Aku masuk dulu. Ayo Gomdori~”
Guk! Guk! Gomdori mengekor Eric di belakang. Eric langsung menuju dapur dan mengambilkan gelas, air minum dan sendok.
“ Jika kau melihat di teras depan, aku membelikan tongkat untukmu. Aku pikir kau pasti memerlukannya untuk bergerak. Berjalan seperti itu pasti membuat kakimu lebih sakit kan?” seru Eric dari dapur. Aku langsung melihat ke teras depan dan benar saja, aku menemukan dua tongkat yang biasa digunakan oleh orang-orang yang kakinya patah.
“ Ya.. kenapa kau membelikan ini untukku? Aku akan terlihat semakin payah” ujarku
“ Sudah, pakai saja. Kau memang sakit bukan? Mau pakai tongkat atau berusaha berjalan seperti biasa pun orang yang melihatmu tetap akan tahu kalau kau memiliki masalah pada kakimu” jawab Eric
Aku tersenyum dan mencoba memakai tongkat tersebut. Yah..lumayan. Benda ini membuat kaki kiriku tidak terlalu mendapatkan beban tubuh ketika berjalan. Aku berjalan menuju dapur dan Gomdori yang sejak tadi di dekatku juga ikut serta.
“ Gomdori, kau makan di bawah oke? Jangan berisik!” Eric menaruh makanan anjing di piring kecil dan diletakkannya dekat toilet.
“ Kau beli apa?” tanyaku
“ Dakjuk! Kau suka kan?”
“ Tentu saja. Aku memakan apapun” ujarku
Eric membuka plastik dan menaruh satu porsi dakjuk di depanku serta memberikanku sendok dan gelas.
“ Karena aku menumpang makan di tempatmu, sarapan hari ini gratis!”
Aku tersenyum. “ Terima kasih”
“ Ayo makan! Mun Gomdori, kau juga makan yang lahap!” seru Eric.
Kami pun makan dalam diam. Yah..memang beginilah hubungan kami berdua. Kadang kami akan terlihat bertengkar, kadang pula terlihat akrab (walau hanya terlihat seperti ini). Semuanya tergantung mood kami berdua.
^^^
“ Jadi, hari ini kau memilih untuk cuti juga?” tanya Eric sambil memeluk Gomdori.
“ Hanya di cafe saja. Walau sudah bisa bergerak, kakiku masih belum bisa diajak berjalan jauh. Apalagi pekerjaanku di cafe juga cukup membutuhkan banyak gerakan. Yah..meskipun aku bisa saja duduk di meja kasir sepanjang waktu, tapi pasti akan terasa membosankan”
“ Untuk malam ini mau ku jemput?” tawarnya
“ Tidak, Jinnie akan menjemputku. Aku sudah memintanya kemarin” tolakku
“ Hmm.. baiklah....” ujarnya sambil berdiri
“ Gomdori, ayo kita pulang! Hyesung-ah, istirahat yang cukup. Semalam Nyonya Park menanyaimu, hahaha”
Aku tersenyum tipis. “ Nenek tua itu lagi, dia pasti sangat merindukanku, hahaha”
“ Aku rasa dia akan memberikanmu lebih banyak tips jika kau datang malam ini” Eric tersenyum sinis
“ Wajahmu terlihat jahat loh?” ucapku
“ Hahaha. Baiklah... aku pulang dulu. Sampai jumpa nanti malam. Bye” ujar Eric yang kemudian beranjak pergi sambil menggendong Gomdori.
“ Eric-ah...” kataku pelan. Eric menghentikan langkah dan menoleh ke arahku
“ Gomawo, chingu-ya....” sambungku sambil tersenyum. Kali ini senyumanku benar-benar tulus. Aku sangat berterima kasih padanya.
“ Ya...hentikan. Kau malah terlihat aneh.” sahut Eric kikuk
Aku hanya tersenyum simpul. “ Menghilanglah segera kalau begitu”
Eric hanya menyengir dan berlalu.
^^^
“ Jadi...hari ini berapa?” tanya Junjin di sampingku.
Waktu menunjukkan jam setengah dua yang berarti bar Brand New sudah tutup, dan kami sedang berisitirahat sebentar sebelum pulang ke rumah masing-masing.
“ Lebih dari yang kuduga. Ini lebih banyak dari sebelumnya” ucapku sambil tersenyum ssukso
“ Wohooo.. kalau aku tahu sakit dapat membuat tips bertambah banyak, aku lebih baik menjatuhkan diri di depan bis saja, hahaha” tawa Junjin. Aku langsung memukul lengannya.
“ Ya! Kau ingin tahu rasanya badanmu tidak bisa bergerak dan merasakan sakit dalam waktu 24 jam setiap hari? Aku akan memukulmu hingga babak belur kalau begitu!” seruku
“ Ah...apoo... sakit hyung.... aku kan hanya bercanda...” ujar Junjin sambil memasang muka memelas. Bocah ini...
“ Kau bercanda di saat tidak tepat Jin-ah...” sahut Minwoo yang kini duduk di depanku.
“ Hyesung, apeunya? Nado appeuda....” ucapan Dongwan yang tiba-tiba tersebut membuatku langsung menatapnya tajam. Dongwan memang senang bercanda, tapi terkadang candaanya itu sungguh sangat tidak lucu dan membuat mood berubah.
“ Ya! Kau lagi! Coba kau tutup mulutmu itu!” seru Minwoo dan Dongwan hanya tersenyum kikuk.
Aku menghela nafas panjang.
“ Ngomong-ngomong hyung, siapa yang membeli mu tongkat itu? Aku rasa kemarin belum ada? Apa kau memesannya sendiri?” tanya Junjin sambil menunjuk tongkat yang ada di samping sofa.
Baru saja aku membuka mulut untuk menjawab, Eric muncul bersama Andy dan berteriak, “ Aku~ Aku yang membelikannya~!”
“ Eric hyung?” tanya Junjin tak percaya
“ Ya~ tentu saja...” ucap Eric dengan sumringah. Aku hanya bisa menghela nafas lagi dan memalingkan wajahmu. Junjin tersenyum simpul menahan tawa.
“ Hyung, apakah kau rutin minum obatmu?” tanya Andy yang tiba-tiba muncul di belakangku.
“ Hei...kau ini seperti hantu saja muncul tiba-tiba. Iya..tenang saja aku minum obatku..aku tidak mau mendengar omelan yang membuat kepalaku sakit” jawabku
“ Tentu saja Hyesung hyung meminum obatnya, kalau tidak tante cerewet itu pasti akan membunuhku...” ucap Junjin dan aku langsung melotot ke arahnya.
“ Tante cerewet? Siapa? Siapa? Pacarnya Hyesungie?? Ah...aku patah hati...” tanya Dongwan cepat
Aku mengepalkan tinjuku dan memandang Junjin dengan tatapan, “kau..akan mati malam ini”
“Ah..b..bukan pacarnya Hyesung hyung, tapi..aa..itu dokter yang merawatnya...benar kan hyung?” jawab Junjin sambil melirik ke arahku dengan takut.
“ Hha... iya...” jawabku pelan
Dongwan, Minwoo, Andy dan Eric masih terus memandangiku.
“ Apa? Aku tidak berbohong! Hanya dokter yang merawatku! Aish..kalian membuatku kesal...” seruku
Minwoo tersenyum, “ Baiklah..baiklah...aku percaya. Kalian, berhentilah menggoda orang yang sakit..”
“ Aku...hanya penasaran saja...” gumam Dongwan dan langsung mendapat jitakan di kepalanya oleh Eric.
“ Sudah larut, sebaiknya kalian pulang dan beristirahat. Sampai jumpa besok~” ucap Eric sambil berlalu.
Ya..Eric benar... sebaiknya aku pulang sekarang. “ Jin-ah, tolong ambilkan tongkatku..” kataku kepada Junjin.
“ Kira-kira berapa lama kau membutuhkan tongkat ini hyung?” tanya Junjin
“ Aku tidak tahu..kalau pun bisa aku tidak ingin menggunakannya..” jawabku.
Aku pun berdiri dan berjalan dengan menggunakan tongkat pemberian Eric tersebut.
“ Sampai saat aku sudah sembuh, aku akan merepotkanmu Jin-ah...” ucapku pelan
“ Hha... sudah ku bilang kau tak perlu memikirkanku..lagi pula pergi sendirian itu membosankan hyung. Aku lebih senang jika ada orang di sampingku” jawab Junjin sambil tersenyum. Dan aku pun hanya membalas dengan senyuman juga..
Comments