Myungsoo menyunggingkan senyumnya. Ia menatap orang yang menghalangi jalannya dengan tampang santai. Berbeda halnya dengan Amber yang telah panik bukan kepalang. Gadis itu berusaha menyembunyikan tubuhnya di balik punggung Myungsoo. Meskipun ia tahu hal itu adalah sia-sia karena pastilah lelaki yang menghalangi jalan mereka itu telah melihatnya dengan jelas. 

Dengan malas Myungsoo melepaskan helmnya. “Kau menghalangi jalan kami, pergilah!” Lelaki itu tetap bergeming. Pandangan matanya terarah pada Amber seorang. Banyak pertanyaan yang memenuhi kepalanyanya saat ini. 

Myungsoo melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Yah, kau tak lihat ini jam berapa? Kami sudah terlambat, jadi lebih baik kau minggir, aku sedang tidak mood untuk memulai pertempuran denganmu,” kata Myungsoo dengan nada yang di buat-buat. 

Tanpa berkata apa-apa lelaki itu memilih untuk beranjak pergi dengan motor sportnya. Namun matanya masih menatap Amber dengan pandangan tak suka. Amber menatap kepergiannya dengan perasaan lega sekaligus panik. Sementara itu Myungsoo tersenyum penuh kemenangan. 

‘Ini baru pemanasan, kita akan lihat yang lebih menyenangkan.’

Pria yang kerap di panggil L itu pun segera memakai helmnya dan tancap gas menuju sekolah mereka. 

L.Joe menyusuri lorong kelas dengan perasaan tak karuan. Gemuruh memenuhi rongga dadanya. Kejadian tadi pagi terus terngiang di kepalanya. Niat awalnya yang hanya ingin bertemu Amber karena khawatir pada gadis yang di lihatnya kemarin menangis sesenggukan di pelukan sahabatnya menjadi sebuah pertemuan yang tak di harapkannya. 

Bagaimana bisa Amber bersama dengan orang itu? Pikirnya. Sungguh rasanya L.Joe ingin melepaskan emosinya saat itu. Namun melihat Amber membuat amarahnya tertahan namun meletup-letup di dalam dadanya. 

Belum lagi masalahnya dengan Chanyeol selesai, ia telah dihadapkan dengan masalah baru. Memang saat ini ia dan Chanyeol masih belum bicara satu sama lain sejak kejadian kemarin. Mark dibuat pusing oleh keduanya, ia tak tahu harus berpihak dan berada di sisi siapa. Jadi ia pun memutuskan untuk tidak mencampuri urusan keduanya dan memilih mengamati dari jauh saja. 

“Tak seperti yang aku duga, ternyata kau memiliki banyak penggemar.”

Amber menatap Myungsoo malas. Mereka kini sedang duduk di ruangan yang biasa menjadi tempat Myungsoo dan teman-temannya berkumpul. Gadis itu masih dilanda rasa khawatir. Bagaimana jika L.Joe mengadukannya pada Chanyeol? Atau malah lelaki itu marah padanya?

Myungsoo bangkit mendekati Amber dan mensejajarkan dirinya dengan gadis itu. “Kau tahu? Hal itu membuatku semakin tertarik padamu, Nona Liu.”

“Katakan saja apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?” Myungsoo tertawa mendengarnya. Amber memang belum mengetahui rencananya. “Kau tak perlu tahu apa yang ku inginkan.”

“Ah, dan satu hal yang perlu kau tahu, Nona. Ketika seorang pria telah kalah dalam urusan wanita, maka ia akan mudah di kalahkan dalam segala hal,” Myungsoo mengedipkan matanya pada gadis itu. Ia pun meninggalkan Amber yang menatapnya bingung. Gadis itu tak mengerti maksud ucapan Myungsoo.

Amber keluar dari ruangan itu dengan tampang lesu. Makin bertambah saja masalahnya. Ia berjalan dengan malas. Samar-samar terdengar suara para murid perempuan yang menggunjingkannya. Amber menoleh pada sumber suara. Ah masa bodoh, katanya dalam hati. 

Peniel yang dari kejauhan tak sengaja melihat Amber yang berwajah kusut itu pun menghampirinya. “Hey putri kerajaan, kenapa wajahmu jelek begitu?”

“Putri kerajaan?”

Peniel menganggukkan kepalanya. “Iya puteri kerajaan, kau ini kan sekarang kekasih L. Jadi kau ini adalah putri SMA Kirin,” paparnya. Amber lupa bahwa hanya Ailee lah yang mengetahui yang sebenarnya antara ia dan Myungsoo. Peniel tak tahu menahu soal itu. Jadi pria itu pasti berpikir bahwa Myungsoo benar-benar mencintai Amber. 

“Jangan sebut aku seperti itu.” 

“Kau memang menjadi putri kan sekarang, Sayang.” Entah darimana tiba-tiba Myungsoo telah berada di samping Amber dan merangkulnya mesra. Peniel yang melihat hal itu merasa tak enak dan pamit pergi.

Amber berusaha melepaskan tangan Myungsoo dari bahunya, namun Myungsoo malah mengeratkannya. “Kenapa? Bukankah seharusnya kau senang mendapatkan kehormatan untuk mendampingi pangeran SMA Kirin?”

“Aku merasa sangat tersanjung Pangeran Kim Myung Soo memilih rakyat jelata sepertiku untuk dijadikannya pendamping,” kata Amber meladeni permainan Myungsoo. Myungsoo sendiri agak kesal mendengar Amber dengan beraninya menyebut nama aslinya.

“Kena