Amber baru saja akan pulang ketika tiba-tiba Choi Seonsaengnim memanggilnya. Rupanya, guru olahraga itu meminta tolong padanya untuk membeli peralatan olah raga untuk inventaris kelasnya selama satu semester untuk dikumpulkannya lusa. Kebetulan saat itu, teman-teman sekelas Amber telah pulang lebih dulu.

“Bagaimana ya, saya harus bekerja, Choi seonsaengnim. Lagi pula saya hanya sendirian dan saya tak memiliki kendaraan pribadi, uang kas kelas pun tak ada di saya, dan saya tak punya cukup uang untuk membeli keperluan yang Choi seonsaengnim sebutkan tadi,” papar Amber panjang lebar.

Choi seonsaengnim terlihat kebingungan, sesungguhnya Amber tak tega. Apalagi memang sudah merupakan kewajiban kelasnya untuk membeli inventaris tersebut. 

“Saya akan menemani Amber, Seonsaengnim,” tiba-tiba Myungsoo datang dan melingkarkan tangannya pada bahu Amber. 

Meskipun terlihat bingung akan kelakuan Myungsoo yang menurutnya jarang terjadi itu, wajah Choi seonsaengnim terlihat lebih cerah dari sebelumnya. “Ah, syukurlah kalau begitu, ini adalah catatan keperluan apa saja yang harus dibeli, saya minta tolong ya Amber,” kata Choi seonsaengnim. Amber menarik napasnya. “Baiklah, akan saya usahakan.”

Setelah Choi seonsaengnim pergi, Amber pun langsung berbalik badan dan berjalan menuju gerbang sekolah. Ia merasa agak kesal dengan Myungsoo. 

Myungsoo yang merasa tak dihiraukan berusaha menyusul dan menyejajarkan langkahnya dengan gadis itu.  “Ya, Amber, kau mau kemana?”

“Pulang,” jawab Amber singkat.

“Bukannya kita harus membeli inventaris untuk kelasmu itu?”

“Besok, jam 10.”

Myungsoo yang tak mengerti maksud Amber menahan pergelangan tangan Amber. Amber menatap Myungsoo malas. “Besok, jemput aku jam 10.”

Dengan sumringah Myungsoo melepaskan genggamannya pada tangan Amber. “Baiklah, besok, jam 10,” ulang Myungsoo. Amber pun kembali melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.

“Kau tak mau ku antar?” teriak Myungsoo.

“Tidak, Chanyeol ada di Café sore ini!” 

“Amber, apa kau sibuk besok?” tanya Chanyeol. Ia sedang membantu Amber menyelesaikan cucian piring yang menumpuk. 

“Kenapa memang?”

Chanyeol mematikan keran air, ia lalu menyenderkan tubuhnya pada dinding di samping wastafel sambil memperhatikan Amber yang masih sibuk mencuci piring. “Aku ingin mengajakmu pergi.”

“Tak bisa, besok aku ada urusan,” kata Amber. Ia meletakkan piring terakhir yang telah dicucinya kemudian mengeringkan tangannya.

“Kemana?” tanya Chanyeol penasaran. Jarang sekali Amber pergi di hari minggu, biasanya gadis itu sibuk bekerja di Café Lee Ahjussi.

Amber agak gugup menjawabnya. “Itu, a, aku …”

Chanyeol menatap Amber curiga. “Kemana?”

“Aku harus ke pasar, iya ke pasar,” jawab Amber setelah tak sengaja melihat sayur-sayuran yang baru di bersihkan di dekat wastafel.

Chanyeol terlihat agak kecewa. “Ah, begitu…” Amber merasa sedikit tak enak pada sahabatnya itu. “Maaf Chanyeol, lagi pula bulan lalu kita kan sudah berlibur bersama, ya, kan?”

Chanyeol menganggukan kepalanya. “Bicara soal liburan kemarin, kau akhir-akhir ini seperti menjauhi L.Joe, kemarin saat ia datang kemari kau tak mau bertemu, saat ia ke rumahmu juga kau menghindar, ada apa sebenarnya?”

Wajah Amber berubah muram. “Tidak ada apa-apa,” katanya.

Tentu saja Chanyeol tak percaya begitu saja. Tak mungkin tak terjadi sesuatu di antara keduanya. L.Joe pun sudah sebulan ini uring-uringan dibuatnya. Pria itu juga tak ingin bercerita apapun padanya maupun Mark. 

“Kau pembohong yang buruk,” ejek Chanyeol. “Pasti terjadi sesuatu pada saat di Pulau Jeju bulan lalu, kan?” 

Amber mendesah pelan. “Sudahlah, aku tak ingin membahasnya.”

Chanyeol pun tak memaksa Amber lagi meskipun sebenarnya ia masih sangat penasaran. Pria itu memutuskan untuk membantu Amber membereskan Café yang sudah tutup tersebut.

Please Subscribe to read the full chapter