1 [일]
TROUBLE
"Amber-ssi, aku tidak membayarmu untuk berdiam diri seperti itu. Cepat selesaikan pekerjaanmu!" aku tersentak ketika mendengar teriakan bosku. Sepertinya aku akan terkena masalah hari ini.
“Ah, ne Lee ahjussi,” kataku seraya kembali ke dapur. Banyak cucian yang harus ku selesaikan, “Cepat selesaikan, lalu aku bisa pulang dan tidur,” gumamku. Tiba-tiba ada seseorang disampingku yang ikut membantuku mencuci piring.
“Dasar si tua bangka itu cerewet sekali. Padahal kan kau hanya duduk sebentar,” aku menoleh, rasanya aku ingin memukul kepalanya, “Chanyeol-ah jangan begitu, bagaimana pun juga dia adalah ayahmu.
"..."
# Sudut pandang orang ketiga #
“Tapi dia bukan ayahku,” gumam Chanyeol.
“Kau bilang apa?”
“Ah tidak. Oh iya, pekerjaanmu sudah selesai kan?” Chanyeol melihat Amber mulai menaruh piring-piring di raknya, “Iya begitulah.”
“Aku akan mengantarmu pulang. Ini sudah larut malam.”
Amber tidak bisa menolak ajakan sahabatnya itu. Setelah bersiap-siap, dengan patuh ia mengikuti Chanyeol melangkah keluar dari restoran sederhana itu setelah sebelumnya berpamitan pada Lee ahjussi sang pemilik restoran.
Mereka berjalan beriringan melewati jalanan yang mulai sepi. Angin malam yang dingin mulai mengusik tubuh mereka. Amber mengeratkan jaketnya agar tubuhnya tetap hangat. Sementara Chanyeol mengusap-usapkan kedua telapak tangannya.
“Musim dingin sebentar lagi sepertinya akan datang. Malam ini dingin sekali,” kata Chanyeol memulai pembicaraan.
“Sepertinya begitu,” balas Amber singkat, “Oh ya, pulang selarut ini, apa kau tidak sekolah besok?” lanjutnya.
“Sekolah kan sedang libur. Sebentar lagi tahun ajaran baru dimulai.”
Amber hanya mengangguk pelan tanda mengerti. Sejenak keheningan kembali menyeruak diantara mereka. Sampai Chanyeol mengajukan pertanyaan yang membuat Amber bergeming.
“Hei, sampai kapan kau mau berhenti sekolah?”
Amber terdiam mendengar pertanyaan sahabatnya. Ia sendiri tak tahu akan sampai kapan ia putus sekolah. Yang di pikirannya saat ini hanyalah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk menghidupi kehidupannya sendiri. Apalagi sekarang ia tak memiliki satu pun keluarga. Kalaupun ada, mungkin ia sudah tak diakui lagi sebagai keluarga. Mengingatnya membuat Amber tersenyum pahit.
“Kau itu pintar. Kau bisa saja mengambil jalur beasiswa,” lanjut Chanyeol lagi.
“Kalau aku sekolah, bagaimana aku bisa membeli seragam? Alat tulis? Buku? Dan keperluanku yang lainnya? Makan saja susah, apalagi harus membeli semua itu. Sekolahnya memang gratis. Tapi alat-alat penunjangnya itu membutuhkan uang,” kini Chanyeol lah yang terdiam setelah mendengar penuturan Amber. Ia lupa, bahwa sahabatnya itu berbeda darinya.
“Setelah orang tuaku meninggal, aku harus mengurusi hidupku sendiri. Kakakku? Aku sudah tidak menganggap orang brengsek
Comments