2 [이]
TROUBLELagi-lagi terjadi perkelahian antar sekolah. Kali ini giliran siswa-siswa dari SMA Jaeguk menyerang siswa-siswa dari SMA Kirin. Pihak kepolisian menduga bahwa ini merupakan aksi balas dendam setelah peristiwa penyerangan yang dilancarkan siswa-siswa SMA Kirin minggu lalu. Peristiwa ini masih diselidiki oleh pihak berwajib.
“Anak jaman sekarang hanya bisa berkelahi, apa jadinya Korea kalau generasi penerusnya seperti ini?!”
Amber tersenyum kecil mendengar gerutuan bosnya itu. Saat ini, ia sedang membantu Lee Ahjussi membersihkan meja-meja sebelum restoran dibuka.
“Tapi Ahjussi, bukannya SMA Jaeguk itu tempat dimana Chanyeol bersekolah?”
“Eh, Benarkah?” Amber heran melihat Lee Ahjussi yang terkejut mendengar perkataannya, namun ia tak ambil pusing dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
“Tentu saja, ahjussi. Bukannya kau ayahnya? Mengapa terkejut begitu?”
“Ah ya, tentu saja. Maklumlah aku ini sudah tua jadi pelupa,” kata Lee Ahjussi gugup. Untung saja Amber tak menyadari gelagat aneh bosnya itu, ada hal lain yang membuatnya lebih khawatir, “kuharap kau bukan bagian dari siswa-siswa yang berkelahi itu,” gumam Amber.
Selang beberapa menit, pekerjaan Amber pun selesai. Karena sudah larut malam, ia pun pamit pada Lee Ahjussi untuk pulang ke rumahnya.
Kesunyian memenuhi salah satu jalan protokol itu. Yang ada hanyalah bekas-bekas dari keberangasan para murid berseragam SMA. Di suatu gang disamping jalan itu, terlihat dua remaja pria tertatih-tatih menahan sakit. Salah satu pria membopong pria yang lain yang tampaknya terluka parah, sementara ia juga menahan sakit yang teramat sangat. Karena tidak kuat lagi, ia pun menjatuhkan temannya itu dan tak lama ia turut menjatuhkan diri disampingnya.
“Hhh…”
“Kau itu berat sekali, tadi makan apa sih?” gerutunya. Pria itu kemudian mengambil ponsel miliknya, ia terlihat akan menghubungi seseorang.
“Heh Mark! Cepat kesini, sepertinya teman kita yang satu ini sekarat. Jemput kami di perbatasan sekolah,” setelah memastikan bahwa orang yang bernama Mark itu akan datang, ia lalu memasukkan kembali ponselnya itu kedalam saku celananya.
Tak lama, sebuah mobil Ferrari berwarna merah berhenti tak jauh dari tempatnya berada, bersamaan dengan keluarnya seorang pria yang berseragam seperti mereka
“Bagaimana keadaannya, L.Joe?”
“Parah.”
“Apa perlu dibawa ke rumah sakit?”
“Jangan, sama saja kita keluar dari kandang singa masuk ke kandang macan.”
“Lalu?” L.Joe mendengus kasar. Ia tahu, ia tak punya pilihan lain, “aku tahu seseorang yang bisa membantu.”
TOK! TOK! TOK!
“Ya… Sebentar!” Amber sedang akan bersiap – siap untuk kembali bekerja ke Café sebelum tiba – tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.
Cklek
“Amber-ssi?”
“I,iya?”
“Kalian berkelahi lagi?” L.Joe tak menjawab. Ia menatap kosong lawan bicaranya itu. Sementara Mark sibuk memainkan ponselnya.
“Sampai kapan kalian akan berbuat onar? Chanyeol, kalau sampai ayah dan ibu tahu aku tak akan bisa banyak menolongmu lagi. Ini sudah kesekian kalinya,” kata seorang wanita sambil melanjutkan pekerjaannya mengobati Chanyeol. Ia membasuh kapas dengan sedikit alkohol dan dengan perlahan mengusapkannya ke luka-luka yang ada di sekujur tubuh adiknya itu.
“ARGH, PELAN-PELAN!”
“Siapa suruh berkelahi?!”
“Mereka yang mulai duluan!”
“Tak akan nada asap kalau tak ada api! Kau pikir aku tidak tahu? Beritanya sudah tersebar kemana-mana!” Chanyeol terdiam. Ia memutuskan untuk tidak membalas omelan kakak perempuannya itu lagi. Lagipula jika diteruskan ia pasti akan kalah juga.
“Kalau Byung Hun dan Jin Young terlambat membawamu kemari mungkin kau sudah mati, kau tahu?” L.Joe dan Mark mendecak pelan. Hanya kakak Chanyeol yang berani memanggil mereka dengan nama asli mereka. Mereka memperhatikan Sun Young yang mengambil perban dan membalutkannya di luka adiknya yang mulai mengering.
“Kau pikir pekerjaanku itu hanya mengurusimu? Aku mempunyai banyak pasien lain yang harus diobati. Sekarang cepat pulang dan istirahat selama dua hari berturut-turut. Kau tidak boleh kemana-mana. Soal restoran biar aku yang menghubungi Lee Ahjussi. Byung Hun, Jin Young, tolong antar Chanyeol pulang! Terima kasih telah membantu. Dan tolong kalian juga jangan berkelahi lagi, luka kalian akan cepat kering karena tidak separah Chan Yeol.”
“Baik, terima kasih Noona,” kata mereka serempak. Chan Yeol lalu kembali dipapah oleh Mark, sementara Sun Young membereskan alat-alat prakteknya. Sebenarnya ia sangat terkejut sekaligus khawatir melihat kondisi adiknya itu, ketika L.Joe tiba-tiba memintanya datang ke rumah Mark. Sekarang, ia harus kembali ke rumah sakit, tempatnya bekerja. Namun tepat saat ia menutup tas kerja miliknya, sebuah tangan menarik lengannya pelan, “Biar kuantar.”
“Tak perlu, Jjong Oppa akan menjemputku,” dilepaskannya tangan L.Joe dari lengannya. Wajah remaja itu terlihat tak senang mendengar Sun Young menyebut nama pria lain yang memang sedari dulu dibencinya.
Comments