Look At You

Mr.Coffee

Mr.Coffee-Chapter 9.Look At You

Maaf sebelumnya, Chap. ini ratenya agak naik sedikit jadi T+ (^^")/happy reading ♥♥

 

 

“Shin Young, aku masih ada urusan diluar kantor. Jadi, jangan buat janji untuk bertemu hari ini.” Sahut Yongguk pada sekretarisnya, ia baru saja menyelesaikan meeting pertamanya.

                “Tapi setelah ini kita masih ada jadwal untuk bertemu klien dari Jepang. Mereka sengaja datang untuk bertemu dengan anda.” Sahut Shin Young pada Yongguk. Membuat Yongguk menghela nafas panjang.

                “Baiklah, setelah ini pastikan tidak ada lagi pertemuan mendadak.” Kata Yongguk kemudian. Sebenarnya dalam hatinya ia tak ingin berlama-lama meninggalkan Jieun sendirian dirumah sakit, namun sekali lagi ia harus terperangkap dalam pekerjaannya.

                                                                                                ***

                “Youngjae-ah, apa tidak apa-apa kalau kau berlama-lama disini? Bukankah jam makan siang sudah selesai?” tanya Jieun pada Youngjae yang duduk santai disebelahnya.

                “Gwenchana nuna, lagipula sudah lama aku tidak duduk dan melihat pemandangan taman dirumah sakit ini. Aku akan kembali saat ada yang memanggilku.” Jawab Youngjae sambil tersenyum.

                “Ah itu artinya dulu kau sering ke taman ini,ya?” tanya Jieun lagi, membuat Youngjae mengangguk.

                “Dulu saat aku kecil aku selalu menunggu appa disini.” Jawab Youngjae.

                “Apakah Appamu pernah dirawat disini?” tanya Jieun kemudian.

                “Ani. Appa adalah kepala rumah sakit, ia juga seorang dokter.” Sahut Youngjae.

                “Oh...daebak. kau dan Appamu adalah seorang dokter. Ia pasti bangga padamu.” Kata Jieun, kagum.

                “Hahah aku menjadi dokter bukan karena Appa. Aku bahkan tidak peduli padanya.” Youngjae memandang lurus kedepan. Senyumnya memudar seiring kalimatnya habis, membuat Jieun menatapnya dengan penuh tanda tanya.

                “Waeyo? Kau menjadi dokter karena alasan lain?” Jieun memiringkan kepalanya, menatap Youngjae yang masih terdiam sambil memandangi kolam ikan besar didepan mereka. Suasana menjadi hening untuk seketika, sampai akhirnya Youngjae tersenyum. Ia lalu menoleh menatap Jieun.

                “Yah! Jangan menatapku seperti itu lagi!” protes Jieun, namun Youngjae masih menatapnya.

                “Apa nuna pernah jatuh cinta?” tanya Youngjae tiba-tiba, membuat Jieun menggelengkan kepalanya dengan ragu.

                “Agak mengecewakan.” Sahut Youngjae sambil menghela nafas.

                “Yah! Apanya yang mengecewakan?” tanya Jieun, tidak mengerti.

                “Nuna tidak punya orang yang nuna pikirkan? Atau seseorang yang nuna tidak mau kalau ia pergi kemanapun?” tanya Youngjae lagi, membuat Jieun terdiam. Entah kenapa tiba-tiba saja ia teringat tentang Yongguk.

                “Tidak punya.” Jawab Jieun sambil menggelengkan kepalanya.

                Youngjae kembali tertawa mendengar jawaban Jieun, membuat Jieun melotot kaget melihat namja disebelahnya itu.

                “Yah! Wae?!” tanya Jieun kesal.

                “Nuna menjawab dengan ekspresi seperti itu. Apa nuna sedang berbohong?” tanya Youngjae disela-sela tawanya, membuat Jieun terkejut dengan pernyataan Youngjae.

                ‘Apa aku berekspresi tanpa kusadari?’ tanyanya dalam hati. Ia kembali mengingat Yongguk, namja itu berjanji padanya untuk kembali secepatnya namun sampai sekarang ia tak kunjung kembali, membuat Jieun kesal pada dirinya sendiri.

                “A,aku tidak bohong!” sahut Jieun terbata-bata.

                “Hahah arasso, nuna terlihat sangat manis.” Kata Youngjae sambil tersenyum, membuat pipi Jieun memerah.

                “Baiklah nuna, biar kuantar kekamarmu. Sudah cukup lama kau keluar dari ruangan ‘kan? Dokter Choi pasti akan marah nantinya.” Youngjae berdiri dari duduknya, membatu Jieun yang ikut berdiri dengan tongkatnya.

                “Gomawo Youngjae-ah.” Sahut Jieun saat mereka telah sampai dikamar Jieun.

                “Cheonma nuna, apa kau bisa naik keatas kasur sendirian?” tanya Youngjae.

                “Ah ne, aku bisa.” Jieun mencoba naik keatas kasur dengan susah payah, namun tubuhnya limbung dan hampir jatuh. Youngjae reflek mengangkat tubuh Jieun dan meletakkannya diatas kasur, membuat Jieun sekali lagi menatap namja itu.

                “Jeongmal gomawo Youngjae-ah, aku tidak tahu apa yang terjadi kalau kau tidak ada.” Sahut Jieun sambil tersenyum, membuat Youngjae ikut tersenyum menatap Jieun.

                “Siapa kau?” suara bass itu tiba-tiba saja mengejutkan Jieun dan Youngjae. Mereka berdua menoleh kesumber suara yang sedang berdiri di pintu masuk.

                ‘Yongguk...’ kata Jieun dalam hati.

                “Kau bukan dokter Choi.” Yongguk berjalan masuk mendekati kasur Jieun.

                “Ah Yongguk, dia...”

                “Aku tidak tanya padamu. Aku bertanya padanya.” Sahut Yongguk sinis, membuat Jieun terdiam.

                “Siapa kau?” tanya Yongguk dingin, pada Youngjae.

                “Aku dokter Yoo. Maafkan aku, tapi aku bertemu dengan Jieun nuna saat ia sedang kesusahan berjalan disekitar rumah sakit, jadi aku membantunya untuk kembali kekamar.” Jawab Youngjae, menjelaskan.

                “Kau keluar dari ruangan ini?!” tanya Yongguk pada Jieun, membuat Jieun ketakutan.

                “Ma-maafkan aku...” jawab Jieun sambil tertunduk lesu. Youngjae yang melihat itu merasa kasihan pada Jieun.

                “Seharusnya anda tidak membiarkannya sendirian saat ia sedang membutuhkan seseorang untuk menemaninya.” Sahut Youngjae tiba-tiba pada Yongguk.

                “Apa masalahmu? Aku tidak meminta dokter selain dokter Choi untuk membuat kakinya sembuh.” Balas Yongguk, ia mulai menatap Youngjae dengan tajam.

                “Yo,youngjae-ah, terimakasih sebelumnya, tapi sebaiknya kau harus cepat kembali bekerja ‘kan?” Jieun mencoba menengahi perdebatan diantara kedua namja itu. Youngjae terdiam menatap Jieun yang memasang ekspresi panik bercampur takut.

                “Arasso” jawab Youngjae singkat. Ia lalu segera keluar dari ruangan itu. Kini tinggal Jieun dan Yongguk saja, suasana diruangan itu menjadi hening seketika setelah Youngjae menutup pintunya.

                “Kenapa kau keluar dari ruangan ini?” tanya Yongguk pada Jieun, membuat Jieun terkejut.

                “A-aku bosan...” jawab Jieun lirih.

                “Aku sudah memperingatkanmu kan?! Kenapa kau membantah?!”  bentak Yongguk pada Jieun.

                “Tapi aku bosan!” balas Jieun.

                “Kau mau membuat kakimu itu makin parah?! Bahkan bukan hanya aku yang melarangmu, tapi dokter Choi!” Yongguk meninggikan suaranya, membuat Jieun semakin kesal dengan namja didepannya itu.

                “Tetap saja aku merasa bosan diruangan tertutup ini!” Balas Jieun, tidak mau kalah.

                “Aku tidak peduli dengan alasanmu!” Sahut Yongguk.

                “Tentu saja kau tidak peduli! Kau sibuk memikirkan urusanmu itu!”  Jawab Jieun, ikut meninggikan suaranya.

                “Kakimu patah Jieun! Apa kau tidak sadar dengan keadaanmu?!” balas Yongguk.

                “Aku sadar dengan keadaanku! Memangnya kenapa?!”

                “Memangnya kenapa? Haruskah kubuat kakimu yang satu patah juga agar kau bisa mendengarku?! Kau selalu membuatku repot!” bentak Yongguk pada Jieun yang kini menatapnya tajam.

                “Tapi aku bosan dan kau meninggalkanku sendirian Yongguk! Kau meninggalkanku sendirian ditempat ini!” Jieun berteriak kesal, ia tidak dapat membendung rasa kesalnya terhadap Yongguk sehingga membuat air matanya mengalir tanpa ia sadari. Ia menangis memandang Yongguk yang kini terdiam menatapnya.

                “Kau bilang kau akan kembali! Kau bilang akan kembali! Kau meninggalkanku padahal aku tidak bisa berjalan!” Jieun berusaha menghentikan dirinya untuk menangis, namun yang ada ia malah terisak. Ia tidak ingin Yongguk melihatnya selemah ini namun perasaan  kesalnya mengalahkan perasaan kuat itu. Perasaan kuat yang sedari dulu ia tanam untuk tidak menangis didepan orang yang selalu menindasnya.

                “Aku benci padamu! Kau jahat sekali!” Jieun melemparkan bantalnya pada Yongguk yang masih terdiam menatapnya.

                Entah kenapa namun tiba-tiba saja Yongguk memeluk tubuh Jieun dengan cepat. Ia memeluk tubuh Jieun yang masih bergetar karena menahan tangis.

                “Lepaskan aku! Lepaskan aku!” Jieun berusaha mendorong tubuh Yongguk yang kini memeluknya. Namun berapa kalipun ia berusaha Yongguk tetap memeluknya dengan erat. Sampai akhirnya Jieun hanya bisa terisak dipelukan Yongguk.

                “Maafkan aku...maafkan aku, Jieun...” sahut Yongguk pelan, ia tidak pernah berpikir kalau hatinya akan terasa sakit saat Jieun menangis didepannya. Ia bahkan tidak percaya dengan apa yang ia lakukan saat ini. Untuk pertama kalinya ia memeluk wanita selain ummanya.

                Entah sudah berapa lama waktu berjalan, Yongguk masih terus memeluk Jieun hingga gadis itu merasa tenang. Mereka tidak berbicara satu sama lain sampai akhirnya Jieun berhenti menangis, Yongguk melonggarkan pelukannya dan menidurkan tubuh Jieun yang lemah diatas kasur.

                Mereka saling menatap satu sama lain, namun tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut keduanya. Yongguk kemudian ikut naik keatas kasur. Ia membaringkan tubuhnya disamping Jieun yang kini masih menatapnya tanpa berkata apa-apa.

                Mereka saling berhadapan, menatap satu sama lain sambil sibuk dengan pikiran masing-masing. Yongguk memerhatikan wajah Jieun yang sembab sehabis menangis. Ia terus memerhatikan wajah Jieun yang mulus hingga perhatiannya berhenti pada bibir merah Jieun. Pikirannya untuk merasakan bibir itu tiba-tiba saja muncul, mengalahkan akal sehatnya.

                Jieun juga sibuk memerhatikan lekuk wajah namja didepannya itu. Ia tidak pernah sebelumnya berdekatan dengan pria manapun sedekat ini. Ia bahkan tidak mengerti ,mengapa dirinya membiarkan Yongguk berbaring bersamanya diatas kasur yang sama.

                Tidak ada dinding yang membatasi keduanya saat ini. Yongguk mendekatkan wajahnya kearah Jieun, ia sedikit mengangkat kepalanya  mencari posisi yang tepat. Tangan yang satu ia gunakan untuk mengangkat dagu Jieun sementara tangan yang lain ia gunakan untuk menumpu tubuhnya. Wajah mereka semakin dekat hingga keduanya dapat merasakan deru nafas satu sama lain. Jieun menutup matanya saat Yongguk benar-benar memiringkan kepalanya untuk menangkap bibir merahnya. Hingga akhirnya bibir mereka saling bertemu, menciptakan rasa yang belum pernah dialami keduanya.  

                Awalnya hanya kecupan ringan, namun Yongguk kemudian mengecap rasa khas favoritnya, rasa kopi dibibir Jieun. Membuatnya semakin bergairah untuk melumat bibir gadis didepannya itu. Sementara Jieun menikmati perlakuan Yongguk padanya, ia tidak mengerti mengapa ia tidak menghentikan Yongguk untuk terus menyentuhnya. Meskipun pikirannya menolak namun tubuhnya menginginkan Yongguk untuk terus didekatnya. Kini kedua tangannya reflek memeluk leher Yongguk agar tidak ada lagi jarak diantara mereka. Kenikmatan itu mengalahkan akal sehat mereka sehingga keduanya harus terjebak dalam dunia mereka sendiri.

 

                                                                                                *** 

                “Yah! Himchan! Apa-apaan kau ini? Ini sudah sore dan aku harus kerumah sakit melihat keadaan Jieun!” Hyosung berteriak kesal pada Himchan yang sejak tadi berlari-lari ditepi pantai layaknya anak kecil. Ia menendang deburan ombak kecil di pantai itu sambil sesekali menenggelamkan dirinya, membuat pakaiannya basah seketika. Sementara Hyosung masih duduk disalah satu bebatuan didekat pantai. Pakaiannya juga basah karena Himchan sempat mendorongnya jatuh kedalam air.

                “Ne nuna, sebaiknya kita harus mengganti pakaian kita dulu.” Sahut Himchan mendekati Hyosung.

                “Kau seperti anak kecil saja! Apa kau tidak pernah kepantai sebelumnya?” tanya Hyosung kesal.

                “Sudah lama aku tidak kepantai, jadi aku ingin mengajak nuna bersenang-senang disini.” Jawab Himchan sambil tersenyum.

                “Mengajakku bersenang-senang tapi hanya kau saja yang kelihatan senang.” Sahut Hyosung, menggerutu.

                “Nuna tadi sempat tertawa ‘kan? Nuna juga kelihatan senang.” Balas Himchan, membuat pipi Hyosung memerah.

                “Sudahlah! Ayo cepat kita ganti baju dan menjenguk Jieun kerumah sakit!” sahut Hyosung kemudian.

                “Ne nuna...” balas Himchan, tersenyum melihat wajah kesal Hyosung.

 

                                                                                                ***

                “Jieunnie! Bogoshippeo!”

                “Unnie? Kenapa bisa datang kesini?”

                Hyosung memeluk Jieun dengan erat begitu sampai dirumah sakit. Jieun yang kebingungan melihat unnienya itu hanya bisa membalas pelukan Hyosung.

                “Ah...tuan Kim memberitahukanku tentang keadaanmu. Maafkan aku karena datang terlambat.” Sahut Hyosung pada Jieun.

                “Ah ne, gwenchana unnie.” Balas Jieun sambil tersenyum. Matanya kemudian tertuju pada Himchan yang baru masuk keruangan itu.

                “Annyeong Jieun-ah, bagaimana keadaanmu?” tanya Himchan yang membawa sekeranjang buah dan hiasan bunga disekelilingnya.

                “Annyeong Himchan-ssi, meskipun agak sakit tapi lebih baik dari kemarin.” Jawab Jieun sambil tersenyum.

                “Syukurlah, aku sangat terkejut saat Yongguk memberitahukan tentang kau yang harus menginap dirumah sakit.” Sahut Himchan sambil meletakkan keranjang buah itu dimeja yang ada disebelah kasur Jieun.

                “Dokter Choi bilang besok aku sudah boleh pulang, Himchan-ssi.” Kata Jieun pada Himchan.

                “Baguslah, itu artinya keadaanmu tambah baik.” Balas Himchan sambil tersenyum, membuat Jieun juga ikut tersenyum.

                “Oh ya, dimana Yongguk?” tanya Himchan tiba-tiba, membuat jantung Jieun berdetak kencang tiba-tiba.

                “Yo-Yongguk...di,dia bilang ingin mencari minuman dingin.” Jawab Jieun tergagap.

                “Kalau begitu aku akan mencarinya disekitar rumah sakit.” Sahut Himchan sambil bergegas keluar ruangan.

                “Jieun-ah, apakah kau baik-baik saja? Kau tidak disakiti orang bernama Yongguk itu ‘kan?” tanya Hyosung pada Jieun.

                “A-ani, aku baik-baik saja unnie.” Sahut Jieun, memaksakan dirinya untuk tersenyum didepan Hyosung.

                “Ah syukurlah...aku dan Sunhwa sangat mengkhawatirkanmu saat namja kasar itu membawamu pergi.”  

                Hyosung ikut tersenyum sambil mengusap rambut saengnya itu, namun tiba-tiba saja perhatiannya berhenti pada leher Jieun.

                “Jieunnie, kenapa lehermu memerah seperti itu?” tanya Hyosung sambil memerhatikan bercak-bercak merah dileher Jieun, membuat pipi Jieun menjadi panas seketika.

                “O-oh ini...ini digigit serangga unnie! Tadi aku membuka jendela dan lupa menutupnya, ternyata banyak serangga yang masuk.” Jawab Jieun sambil menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal.

                “Jinja? Aigoo kenapa kau bisa lupa menutupnya? Kau mau kubelikan salep anti serangga?” tanya Hyosung lagi.

                “Ti-tidak usah unnie, nanti juga hilang sendiri. Aku tidak apa-apa.” Jawab Jieun sambil tersenyum bodoh.

 

                “Hei.” Suara sekaligus tepukan dipundak itu mengagetkan Yongguk yang sedang duduk termenung dikursi didepan box minuman. Tangannya menggenggam kaleng jus dingin sambil menoleh menatap Himchan.

                “Kau rupanya.” Sahut Yongguk singkat, ia lalu membuka kaleng jusnya dan meminumnya.

                “Apa aku tidak salah lihat? Kau membeli jus?” tanya Himchan sambil melihat Yongguk menenggak minumannya.

                “Memangnya kenapa?” tanya Yongguk balik.

                Himchan hanya tersenyum melihat sahabatnya itu, ia lalu pergi ke box minuman dan memilih kopi kaleng hangat. Ia lalu duduk disamping Yongguk sambil membuka kopi kalengnya.

                “Kau tidak menyakiti Jieun.” Sahut Himchan sambil tersenyum, ia kemudian meminum kopinya.

                Yongguk hanya diam sambil menggaruk-garuk rambut belakangnya. Himchan yang melihat itu terdiam, kini matanya tajam mengamati gerak-gerik Yongguk.

                “Apa yang kau lakukan padanya?” tanya Himchan tiba-tiba membuat Yongguk tercekat.

                “Kau lihat sendiri kan keadaannya? Aku tidak menyakiti Jieun.” Jawab Yongguk datar.

                “Kau tidak menyakitinya, kau melakukan sesuatu padanya.” Sahut Himchan, membuat Yongguk tidak dapat berkata apa-apa.

                Kini keduanya terdiam. Himchan menunggu kata-kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut Yongguk, ia menginginkan penjelasan yang jelas. Yongguk mengusap wajahnya sambil menghela nafas panjang, ia lalu menoleh menatap wajah sahabatnya itu.

                “Aku menyentuhnya Himchan...” sahut Yongguk dengan suara bassnya, membuat Himchan melotot mendengar pernyataan Yongguk.

                “Mwo?!” Himchan berusaha untuk tidak terkejut namun tetap saja ia tidak percaya dengan jawaban Yongguk barusan.

                “Apa maksudmu?! Kau tidak ‘melakukannya’ kan?!” tanya Himchan, berusaha memelankan suaranya.

                “Aku hanya menyentuhnya, tidak lebih dari itu.” Jawab Yongguk sambil mengusap tengkuknya.

                “Apa yang ada dipikiranmu? Kau tidak seperti Yongguk yang kukenal. Bahkan saat kau mabuk kau tidak pernah menyentuh wanita didekatmu. Apa sekarang kau gila?!” Himchan berusaha membuat dirinya kembali tenang, ia menenggak habis minumannya.

                “Aku...entahlah. aku bahkan tidak mengerti mengapa aku bisa berbuat seperti itu. Tubuhku bergerak dengan sendirinya...” sahut Yongguk lagi membuat Himchan terdiam.

                “Lalu...bagaimana reaksi Jieun?” tanya Himchan tiba-tiba.

                “Dia menatapku, dia hanya diam menatapku.” Jawab Yongguk, pandangannya lurus menatap box minuman didepannya.

                “Tapi dia...” sambung Yongguk lagi sambil menggigit bibir bawahnya.

                “Yah! Kau menjadi gila Bang Yongguk! Kupikir akan baik-baik saja meninggalkanmu dan Jieun berdua dirumah sakit, tapi ternyata aku salah. Kau bahkan tidak bisa mengontrol dirimu sendiri.” Himchan berkata kesal pada sahabatnya itu. 

                “Diamlah, aku bahkan tidak meminta pendapatmu.” Balas Yongguk pada Himchan.

                “Arasso, kau tidak butuh pendapatku, tapi kau butuh aturan dariku.” Sahut Himchan membuat Yongguk menatapnya dengan dahi berkerut.

                “Apa maksudmu?” tanya Yongguk tidak mengerti.

                “Yang harus kau lakukan adalah menjauh dari Jieun.” Jawab Himchan membuat Yongguk terdiam menatap sahabatnya itu.

                “Kau tidak boleh menyentuhnya lagi.” Sambung Himchan. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...