He's My Friend

Mr.Coffee

“Lalu...bagaimana denganmu?” tanya Jieun ragu, membuat sang namja kembali menatap Jieun.

                “Bang Yongguk” jawabnya singkat.

                “Ohh hmm, apa aku harus memanggilmu oppa?” tanya Jieun lagi.

                “Entahlah, usiaku dua puluh empat tahun” jawab namja bernama Yongguk itu.

                “Ah kita seumuran Yongguk-ssi” sahut Jieun sambil tersenyum.

                “Baguslah” jawab Yongguk dingin, membuat Jieun kesal dengan sikap acuh tak acuhnya.

                “Sebaiknya aku pulang” sahut Jieun sambil beranjak dari tempat duduknya.

                “Biar kuantar” kata Yongguk sambil ikut beranjak dari kursi.

                “Ah kau baik sekali” sahut Jieun tidak bisa menyembunyikan wajah bahagianya.

                “Kau pikir ini semua gratis? Kau tetap harus berhutang padaku” jawab Yongguk lagi membuat air muka Jieun berubah menjadi cemberut.  

                Malam itu Jieun pulang kerumah Hyosung dengan diantar oleh Yongguk. Selama diperjalanan tidak ada satupun dari mereka yang saling berbicara, meskipun sudah sering kali Jieun berusaha melirik namja dingin itu.

                “Gamsahamnida” sahut Jieun sebelum beranjak dari mobil Yongguk. Mereka sudah sampai didepan rumah Hyosung saat ini. Walaupun seperti itu Yongguk tidak menjawab, ia hanya mengulurkan tangannya, memberi isyarat seolah meminta uang.

                “A-ah maafkan aku Yongguk-ssi tapi sepertinya kali ini aku belum bisa membayarmu. Aku belum merima gajiku” jawab Jieun sambil menunduk malu membuat Yongguk menghela nafas panjang.

                “Sudah kuduga, dan sepertinya uang yang kuambil tempo hari itu adalah seluruh sisa uangmu bukan?” tanya Yongguk dingin. Sementara Jieun hanya mengangguk malu.

                “Baiklah, kau tidak perlu membayarnya. Aku hanya berharap ini pertemuan terakhir kita, jangan sampai kita bertemu lagi” sahut Yongguk membuat Jieun tercengang. Entah kenapa tapi Jieun merasa dirinya tidak melakukan apa-apa yang membuat pria itu harus berkata kejam seperti itu.

                “K,kenapa kau bicara seperti itu?” tanya Jieun memberanikan dirinya menatap mata Yongguk yang sinis.

                “Kau hanya membuatku repot, itulah hal yang selalu kualami saat bertemu denganmu. Baiklah selamat tinggal” Yongguk segera menginjak gas meninggalkan tempat itu sebelum Jieun sempat membalas kata-katanya.

                “Aisshh bisa-bisanya ia memandangku dengan tatapan menyebalkan seperti itu, dasar namja aneh!” kata Jieun sebal, ia lalu segera masuk kerumah Hyosung. Ia ingin secepatnya membersihkan tubuhnya lalu pergi tidur, hari ini benar-benar hari yang melelahkan baginya dan ia ingin melupakan semuanya, meskipun ia masih terbayang akan wajah dingin Yongguk yang menyelamatkannya.

 

                Keesokan harinya Jieun dan Hyosung kembali bekerja di kafe seperti biasa. Meskipun Hyosung sempat cemas mendengar apa yang dialami Jieun semalam tapi Jieun hanya membalasnya dengan senyuman. Sementara Sunhwa hanya mendengarkan dari dapur tempat ia bekerja tanpa berkata-kata.

                “Aigoo aku benar-benar takut saat namja bersuara y itu mengangkat ponselmu. Kupikir kau diculik Jieun-ah, tapi setelah itu ia menjelaskan semuanya padaku dan aku sempat panik lagi karena ia bilang kau hampir diperkosa. Aku benar-benar minta maaf Jieun, tidak seharusnya aku ,menyuruhmu menunggu ditempat seperti itu” sahut Hyosung dengan ekspresi menyesal.

                “Gwenchana, aku masih baik-baik saja unnie. meskipun seperti itu tapi namja itu tidak sebaik yang kau pikirkan,unnie” jawab Jieun sambil mengelap meja pelanggan didepannya.

                “Benarkah? Tapi entah kenapa aku langsung mempercayai namja itu, makanya aku menitipkanmu padanya” sahut Hyosung lagi.

                “Dia itu namja kasar yang tempo hari kuceritakan padamu unnie, aku bahkan tidak menyangka kalau ia benar-benar sekaya itu. lagipula ia itu sangat sensitif, egois, dingin dan juga seenaknya” kata Jieun dengan kesal berusaha mengingat kata-kata Yongguk semalam.

                “Mwo? Dia pria kasar itu? tapi tetap saja aku masih belum bisa mempercayainya kalau ternyata ia sebaik itu. ia bahkan menyelamatkanmu dan mengantarmu pulang ‘kan? kupikir ia sebenarnya orang yang baik hanya saja terlihat cukup kasar. Ia benar-benar pria ideal Jieun-ah” sahut Hyosung dengan girang membuat Jieun memutar bola matanya mendengar pernyataan unnienya.

 

KLINING

                Tiba-tiba saja seorang pria yang tidak asing masuk ke kafe itu membuat Jieun, Hyosung, dan Sunhwa kembali terkejut.

                “Annyeong” sahut pria itu dengan senyumnya yang bersinar membuat Jieun, Hyosung dan Sunhwa membeku ditempat.

                “T,tuan Kim. K,kenapa anda datang sepagi ini?” tanya Jieun tergagap membuat pria itu mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan di kafe itu dan benar saja ia adalah pelanggan pertama.

                “Oh aku lihat papannya sudah buka jadi aku masuk. apa tidak boleh? Atau mungkin aku salah membacanya?” sahut namja itu, ia kemudian beranjak ke pintu keluar membuat Jieun, Hyosung, dan Sunhwa berlari  menangkap lengan namja itu bersamaan.

                “K,kami sudah buka tuan Kim. Silahkan duduk, ayo silahkan” sahut mereka hampir bersamaan membuat namja itu tersenyum lagi.

                “M,mau pesan apa, tuan?” tanya Jieun masih tergagap, membuat pria bernama Himchan itu tertawa kecil.

                “Aku pesan yang biasa Jieun-ah, moccacino latte dan cheese-choco toast” sahut Himchan sambil tersenyum.

                “Baiklah tunggu sebentar, tuan” sahut Jieun, ia lalu bergegas menuju tempat Hyosung.

                “Ini pesanan tuan Kim, unnie” Jieun memberikan catatan menu kepada Hyosung yang  tersenyum tidak jelas, membuat Jieun mengerutkan dahinya.

                “Ada apa unnie? kenapa kau senyum-senyum begitu?” tanya Jieun polos.

                “Tidak ada apa-apa, aku hanya senang karena orang seperti dia bisa datang untuk yang kedua kalinya ketempat ini” jawab Hyosung sambil membuat moccacino latte.

                “Hmm benar juga, entah kenapa tapi kalau melakukan inspeksi hanya perlu sekali saja ‘kan? kenapa tuan Kim bisa datang untuk yang kedua kalinya?” tanya Jieun bingung.

                “Ah kau ini, kenapa selalu mencurigainya sih? Sejak awal kau juga mengatakannya orang aneh, sudah kubilang ‘kan kalau namja tampan sepertinya tidak mungkin orang aneh” balas Hyosung.

                “Tapi tetap saja unnie...”

                “Sudahlah, kau antarkan pesanannya saja. Ini” sahut Hyosung memotong pernyataan Jieun.

                “Aishh unnie memang sudah tertarik sejak awal padanya” kata Jieun  sebal, sambil membawa nampan berisi moccacino latte dan cheese-choco toast, sementara Hyosung hanya tertawa girang tidak jelas.

                “ini pesanannya tuan” sahut Jieun dengan sopan sambil meletakkan pesanan diatas meja Himchan.

                “Gomawo Jieun-ah” balas Himchan sambil tersenyum.

                Jieun hanya mengangguk sambil ikut tersenyum, ia lalu bergegas kembali kedapur tempat Hyosung berada, tapi tiba-tiba saja Himchan menahannya.

                “Jieun-ah, boleh aku minta waktu sebentar?” tanya Himchan, membuat Jieun merasa takut.

                “T,tapi aku masih harus bekerja tuan” jawab Jieun terbata-bata.

                “Tidak apa-apa, aku sudah mengatakan pada manajermu kalau hari ini kau khusus melayaniku” sahut Himchan lagi.

                “A,apa maksudnya tuan?” tanya Jieun tidak mengerti, membuat Himchan tertawa.

                “Hahaha, kau memang sangat manis. Sepertinya aku tidak salah memilihmu Jieun-ah” jawab Himchan disela-sela tawanya, membuat Jieun semakin tidak mengerti.

                “Kemarilah sebentar” sahut Himchan dengan isyarat menyuruh Jieun duduk diseberangnya. Ia kemudian mengangguk pelan sambil berjalan mendekati Himchan, Jieun pun duduk dengan ragu wajahnya masih menampakkan ekspresi tidak mengerti.

                “Kau pasti bertanya-tanya mengapa orang sepertiku datang ketempat seperti ini, jadi aku ingin menjelaskan semuanya padamu. Kuharap kau tidak akan menganggapku orang aneh lagi setelah ini” sahut Himchan dengan pelan, membuat Jieun kembali merasakan pipinya terbakar karena malu.

                “Pertama-tama, bisakah kau berhenti memanggilku ‘tuan’?” tanya Himchan, membuat Jieun kaget.

                “Kita seumuran, kau bisa memanggilku layaknya teman. Maksudku, tidak perlu ada formalitas diantara kita, karena setelah ini aku akan terus-terussan meminta bantuanmu” Himchan berkata dengan suara yang pelan, sehingga tidak ada orang yang dapat mendengar pembicaraan mereka.

                “T,tapi tuan...”

                “Tidak perlu pakai tuan, cukup Himchan saja” potong Himchan, membuat Jieun semakin bingung.

                “B,baiklah Himchan-ssi...”

                “Bagus, dengan begini aku bisa sedikit merasa lega” sahut Himchan lagi sambil menghela nafas.

                Jieun yang kebingungan hanya bisa terdiam sambil memasang raut wajah bodoh. Ia benar-benar tidak mengerti dengan permintaan orang penting didepannya itu.

                “Baiklah, selanjutnya adalah pokok permasalahannya. Kau tahu kalau aku adalah pemegang saham utama Routte Cafe ‘kan?” tanya Himchan yang hanya dibalas dengan anggukan dari Jieun.

                “Itu berarti aku bukan satu-satunya pemegang saham, maksudku aku memang memiliki hampir lima puluh persen dari total saham yang ada tapi masih ada beberapa orang lagi yang juga menanamkan saham mereka, yah... meskipun tidak banyak tapi mereka tetap penanam saham juga” kata Himchan panjang lebar, dan Jieun masih menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

                “Sebenarnya ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaanmu, hanya saja aku langsung tertarik padamu saat datang kesini, jadi aku membicarakannya pada manajer dan ia memberitahuku semua hal tentangmu sejak kau bekerja disini. Setelah itu aku semakin tertarik padamu, jadi aku ingin memintamu melakukan hal ini” sahut Himchan semakin pelan.

                “Sebenarnya apa yang ingin kau katakan Himchan-ssi? Aku semakin tidak mengerti” jawab Jieun sambil mengerutkan keningnya.

                “Yah...maksudku, apakah kau mau menikah dengan...?” tanya Himchan ragu, membuat Jieun terkejut.

                “A,apa maksudnya?! menikah?!” Jieun berteriak kaget, membuat Himchan reflek membungkam mulut gadis itu dengan tangannya.

                “Ssstt! Bisakah kau pelankan suaramu?” kata Himchan dengan panik, Jieun yang dibungkam hanya bisa mengangguk pelan. Matanya masih melotot karena pertanyaan Himchan barusan.

                “T,tapi...menikah? d,dengan Himchan-ssi?” tanya Jieun dengan suara yang sangat pelan.

                “Bukan, bukan denganku, tapi dengan temanku” jawab Himchan sambil tersenyum.

                “D,dengan temanmu? Siapa?” tanya Jieun lagi.

                “Ya, dia juga adalah salah satu pemegang saham Routte Cafe. Meski persentase saham yang ditanamnya tidak begitu besar, tapi dia juga termasuk orang penting. Dia juga punya perusahaan miliknya sendiri, dan itu sangat besar. Kau tahu, dia itu adalah pengusaha muda yang sukses. Ia punya segalanya, harta dan kedudukan bukan apa-apa baginya. Tapi sebenarnya dia hanya makhluk keras kepala yang berpikiran kolot. Ia tidak pernah mau mendengar perkataan orang lain dan dia juga sangat egois, yang dia pikirkan di otak besarnya itu hanyalah bagaimana caranya agar ia selalu menjadi orang yang selalu menang atas apapun. Bermain game saja dia tidak pernah mau kalah.” Sahut Himchan menggerutu membuat Jieun terhenyak mendengar penjelasan Himchan.

                “Lalu... apa hubungannya dengan menikah?” tanya Jieun tiba-tiba.

                “Sebenarnya aku dan dia sudah berteman sejak kecil, dan orang tua kami juga sangat dekat. Akhir-akhir ini ibunya suka mengadu pada ibuku sambil menangis. Sudah sering kali ibunya berusaha menjodohkannya dengan wanita manapun tapi ia tetap bersikeras untuk menolak bertunangan, sampai saat ini pun ia juga tidak pernah berdekatan dengan wanita manapun bahkan saat kami berkumpul di klub malam. Oleh karena itu ibuku juga memintaku untuk membantunya agar membuat si kepala batu itu bertunangan lalu menikah secepatnya. Karena itulah aku meminta bantuanmu Jieun-ah” Himchan berkata sambil memasang wajah memelasnya.

                “T-tapi kenapa harus aku?” tanya Jieun lagi.

                “Sudah kubilang kalau aku tertarik padamu, entah kenapa tapi aku yakin kalau kau pasti akan cocok dengannya. Apalagi dengan sifatmu yang suka bekerja keras itu, paling tidak kau akan sedikit meluluhkan hatinya yang sekeras batu” jawab Himchan.

                “Tapi aku tidak merasa begitu Himchan-ssi, lagipula ini masalah hati. Aku tidak yakin orang sepertinya akan luluh seperti yang kau katakan”  sahut Jieun ragu.

                “Ayolah Jieun, biasanya pilihanku tidak pernah salah. Aku melakukan ini juga karena aku peduli padanya dan padamu Jieun-ah” kata Himchan lagi.

                “Peduli padaku? Apa maksudmu Himchan-ssi?” tanya Jieun balik.

                “Yah...aku tahu ini dari manajer kalau sebenarnya kehidupanmu sangat sulit.  Kau tinggal sendirian di Seoul ‘kan? selain itu kau juga bekerja keras untuk membiayai kehidupan dan uang kuliahmu, aku tahu itu pasti sangat berat untuk gadis sepertimu. Oleh karena itu, menikahlah dengan temanku itu” jawab Himchan.

                Pernyataan Himchan itu seketika membuat Jieun terdiam. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan permintaan orang didepannya. Sejujurnya ia belum mau menjalin hubungan dengan pria manapun karena sampai saat ini ia belum mendapatkan apa yang dicita-citakannya, namun kalau ia menolak permintaan orang penting seperti Kim Himchan ia takut kalau pekerjaannya akan terancam, lagi pula namja itu juga sudah mengatakan kalau ia tertarik dengan Jieun dan sudah membicarakannya dengan manajer, itu artinya Himchan serius dengan perkataannya.

                “Bolehkah aku memikirkannya dulu?” tanya Jieun tiba-tiba tanpa mengurangi sikap sopannya.

                “Tentu saja, lagi pula seperti yang kau katakan ini masalah hati ‘kan? aku akan membawa temanku itu kesini minggu depan, setelah itu kau bisa putuskan semuanya Jieun-ah” jawab Himchan sambil tersenyum, membuat Jieun sedikit lega.

                “Terimakasih Himchan-ssi” sahut Jieun balas tersenyum.

 

08.30 AM, Gedung pusat Bang Corp.

 

                “Permisi pak, ini beberapa proposal yang harus ditandatangani” seorang sekretaris muda yang anggun masuk kedalam ruangan Yongguk sambil membawakan sebuah map berwarna biru. Yongguk yang masih sibuk dengan beberapa map lain diatas mejanya hanya mengangguk tanpa menatap sekretarisnya.

                “Letakkan saja disana” sahut Yongguk, sambil mengisyaratkan sekretarisnya untuk segera keluar.

                “Maaf sebelumnya pak, tapi ada yang mencari anda” sahut wanita itu.

                “Sudah kubilang ‘kan, aku tidak bisa diganggu hari ini. Suruh saja ia datang lain kali” jawab Yongguk, masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya.

                “Tapi yang mau bertemu adalah...”

                “Aku yang mau bertemu denganmu, orang paling sibuk didunia” suara itu membuat Yongguk menghentikan pekerjaannya sambil menatap orang yang barusan masuk keruangannya tanpa diberi aba-aba.

                “Kau lagi...sebenarnya apa maumu?” tanya Yongguk dengan wajah kesal.

                “Hanya ingin mengunjungi sahabat kecilku” jawab namja itu, Kim Himchan sambil tersenyum tanpa memikirkan tatapan sinis Yongguk.

                “Kau boleh keluar” sahut Yongguk pada sekretarisnya, yang dijwab dengan anggukan sambil membungkuk sopan sebelum keluar dari ruangan itu.

                “Aku tidak percaya kau bahkan tidak tertarik dengan sekretarismu yang cantik itu, kau memang menyebalkan Bang Yongguk” kata Himchan sambil membanting dirinya duduk di sofa berukuran besar di seberang meja Yongguk.

                “Tidak ada waktu memikirkan hal seperti itu” sahut Yongguk sambil kembali membaca rangkaian proposal di atas mejanya.

                “Itulah mengapa hidupmu menjadi begitu suram, kau tidak pernah sekalipun bersantai dan bersenang-senang. Yang kau lakukan hanyalah bekerja, bekerja dan terus bekerja tanpa henti. Mungkin sebentar lagi wajah menyeramkanmu itu akan semakin menyeramkan saat kau memasuki usia kepala tiga” balas Himchan membuat Yongguk kembali menatap sahabatnya itu dengan sinis.

                “Kalau yang kau lakukan disini hanya untuk mengganggu pekerjaanku sebaiknya kau pergi saja, aku tidak mau mendengar pembicaraan diluar pekerjaanku” jawab Yongguk dingin.

                “Aku ini bukan hanya sahabatmu, tapi rekan kerjamu. Tidak seharusnya kau mengusirku begitu saat aku ingin memberimu penawaran.” Sahut Himchan jengkel, membuat Yongguk kembali menghentikan pekerjaannya.

“Penawaran? Apa itu?” tanya Yongguk penasaran.

“Aku ingin kau bertemu dengan seseorang, kuharap kau menyukainya karena aku sangat menginginkan kau dan dia bisa menjalin hubungan dengan baik” jawab Himchan, membuat Yongguk mengerutkan keningnya.

“Maksudmu kerja sama dengan perusahaan lain?” tanya Yongguk lagi.

“Kalau kau mau tahu minggu depan ikutlah denganku. Ingat ya, ini hanya kesempatanmu sekali seumur hidup jadi jangan sampai kau tidak datang” sahut Himchan sambil tersenyum, ia lalu segera berdiri dan keluar dari ruangan itu tanpa berkata apa-apa lagi, membuat Yongguk semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

“Hyung, sudah selesai urusannya dengan Yongguk hyung?” seorang namja berperawakan dewasa menghampiri Himchan yang baru saja keluar dari ruangan direktur utama. Cara berpakaian modernnya dan wajahnya yang tampan membuatnya menjadi perhatian beberapa karyawan wanita ditempat itu.

“Ya aku baru memulai semua ini Junhong-ah” sahut Himchan sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Apa maksudnya? sudah mendapatkan wanita yang cocok dengan Yongguk hyung? Dan Yongguk hyung mau begitu saja?” tanya namja bernama Choi Junhong itu.

“Kalau ia mau-mau saja bukan Yongguk namanya, kita harus sedikit memaksanya dan kau harus membantuku mulai saat ini” sahut Himchan lagi sambil berjalan menuju pintu keluar dari gedung itu yang hanya diikuti oleh Junhong.

“Hyung apa kau serius mau mencoba menjodohkan Yongguk hyung? Kalian bisa berkelahi karena masalah seperti ini ‘kan?” tanya Junhong lagi.

“Tentu saja Junhong-ah, kau tahu aku akan gunakan segala cara agar mereka berdua bisa menjadi satu. Apapun caranya” sahut Himchan tersenyum ganjil, membuat Junhong hanya bisa terdiam mendengar pernyataan hyungnya. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...