Yongguk's POV (1)

Mr.Coffee

“Yongguk, aku tidak mau tahu alasanmu. Aku hanya menginginkanmu untuk secepatnya menikah dan kau tidak pernah mendengarkanku. Apa yang sebenarnya ada didalam pikiranmu?! Sejak dulu aku membiarkanmu melakukan semua hal yang kau inginkan namun menuruti permintaanku kali ini saja kau bahkan tidak bisa membuka telingamu!”

                Ahjumma ini, kali ini ia kembali memaksaku untuk menuruti permintaannya. Aku tidak tahu apa masalahnya, tapi haruskah aku menikah secepat itu?

                “Umma, aku masih belum ingin menikah. Jangan terus-terusan memaksaku. Aku tidak mau menghadiri semua perjodohan yang umma adakan lagi. Masih banyak hal penting yang harus dilakukan dari pada menikah.” Aku mencoba untuk memberikan alasanku kali ini, kuharap ini akan berakhir secepatnya.

                “Sudahlah! Aku tidak ingin berbicara dengan anak sepertimu lagi! Kau memang berbeda dengan Yongnam, ia bahkan sudah bisa memberikanku seorang cucu saat ini. Urusi saja kehidupan membosankanmu itu!”

                TREK

                Pembicaraan ini selalu berakhir dengan umma yang menutup teleponnya terlebih dahulu dengan mengatakan aku berbeda dari Yongnam hyung. Walaupun kenyataannya memang begitu, tapi itu bukan masalah bagiku. Itu hanya masalah bagi umma.

                Setahun lalu umma mulai menanyakan tipe gadis idealku dan responku tentang ia yang ingin menjodohkanku dengan anak temannya. Pada akhirnya aku harus kabur dari acara perjodohan aneh itu dan kembali sibuk dengan urusan kantor. Kurasa itu lebih baik dari pada harus mengurusi ibu-ibu yang dengan bangga menyodorkan anak perempuannya padaku.

                Seminggu yang lalu Himchan mulai ikut-ikutan menanyakan tipe gadis idealku dan sering mengajakku ke klub malam. Dibandingkan dengannya yang suka di kelilingi wanita aku lebih suka duduk dan menyelesaikan urusan kantor. Ia bilang aku seorang workaholic, kurasa itu tidak salah sama sekali. Ya, aku mencintai pekerjaanku dan semua kesuksesan dan jabatan yang kudapatkan dengan jerih payahku sendiri. Itu tidak salah bagiku.

                Dua hari yang lalu Himchan kembali menanyakan tentang sudut pandang wanita bagiku. Aku menjawabnya sesuai dengan yang ada di pikiranku selama ini dan ia secepatnya merubah ekspresi wajahnya menjadi ‘Dude, are you gay?’ meskipun Himchan tidak mengatakannya namun aku paham maksudnya. Ia menganggapku payah soal wanita. Dan harus kuakui, ya.

                Wanita hanya sekumpulan manusia berbeda jenis dariku yang suka belanja dan bercengkerama berjam-jam bersama teman-temannya. Dari sisi pandang yang kulihat hanya hal itu yang bisa kusimpulkan, masih banyak lagi tipe wanita yang tidak kuketahui. Tapi ayolah, mereka sangat susah dipahami dan terlihat merepotkan. Oleh sebab itu, sejak dulu aku tidak pernah ingin mendekati mereka. Bukannya aku tidak normal atau apa, tapi bagiku belum ada gadis normal di mataku. Aku menginginkan gadis malaikat, yang tersenyum dengan indah saat aku mulai jenuh dengan urusan pekerjaanku. Apakah itu terdengar berlebihan? Semua pria pasti punya gadis impiannya, dan aku ingin satu yang seperti malaikat.

                Ponselku kembali berdering, kulihat layar ponselku dan mendapati Shin Young sekretarisku menghubungiku.

                “Ada apa?”

                “Pak, anda sudah di tunggu oleh direktur Kang.”

                “Apa? Bukannya seharusnya satu jam lagi?”

                “Beliau bilang ingin membicarakan hal yang penting dengan anda secepatnya. Ia sekarang sedang berada di ruangan anda, sebaiknya anda cepat kemari.”

                Aku segera menutup telepon itu dan bergegas keluar dari kafe secepatnya. Sebelumnya aku tidak lupa membeli kopi favoritku seperti biasanya. Seharusnya aku menikmati kopi itu sambil duduk santai saat ini tapi ahjussi sialan itu malah seenaknya mengganti jam pertemuan.

                Aku harus berjalan untuk mencapai mobilku di parkiran mobil yang ada di seberang kafe itu. Entah aku yang terburu-buru atau apa namun seorang yeoja dengan koper di tangannya menabrakku dengan kuat, membuat kopi favoritku tumpah begitu saja ke kemejaku saat ini.

                “Ma,maafkan aku tuan! Aku tidak sengaja!” yeoja itu menutup mulutnya seketika saat melihat kemejaku yang kotor karena tumpahan kopi. Dengan buru-buru ia mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasnya dan membersihkan kemejaku. Ia bodoh atau apa?

                “, sudah hentikan!” Tidak biasanya aku merasa sekesal ini, tapi aku memang sedang buru-buru dan gadis ini malah menghambatku. Gadis itu kemudian tertunduk dalam, menghentikan usahanya untuk membersihkan kemejaku yang sebenarnya memang tidak bisa di bersihkan hanya dengan sapu tangannya itu.

                “Aku minta ganti rugi.”  Entah kenapa namun perkataan itu langsung saja keluar dari mulutku. Apakah ada sesuatu yang aneh dengan otakku saat ini? Aku bahkan tidak seharusnya meminta ganti rugi, ini juga kesalahanku karena terlalu terburu-buru dan tertabrak dengannya. Tapi sudah terlanjur dan gadis itu kini menatapku. Aku bisa melihat wajahnya dengan jelas saat ini. Memang terkesan bodoh, tapi ia cukup cantik atau terkesan manis?

                “Ma,maafkan aku. Aku akan ganti rugi.” Gadis itu dengan cepat merogoh dompetnya. Saat melihat isi dompetnya wajahnya langsung berubah menjadi sedih. Sejujurnya wajah seperti itu juga terlihat sangat manis bagiku.

                Tunggu, apa yang sedang kupikirkan? Apa aku gila?  

                Sekali lagi tubuhku bergerak dengan sendirinya. Aku merampas dompet gadis itu dan mengambil seluruh uang yang ada didalamnya, lalu melemparkan dompet itu kembali padanya. Sepertinya aku memang sudah gila.

                “Hei!” gadis itu berteriak saat aku mulai berjalan meninggalkannya. Aku harus segera menjauhi gadis itu atau sesuatu yang buruk akan terjadi, begitu pikirku.

                “Hei! Tunggu!”

                , haruskah ia terus-terusan berteriak seperti itu?

                “Kubilang tunggu! Apa kau tuli?!”

                Tuli? Apa ia baru saja mengatakanku tuli?

                Dengan cepat aku berbalik menatap gadis itu. Sepertinya tingkat emosiku sangat tidak stabil hari ini, aku jadi mengingat umma yang terus-terusan memarahiku karena masalah wanita dan sekarang aku direpotkan oleh seorang wanita. Aku menghampiri gadis itu dan memberikan tatapan tajam padanya.

                “Kau bilang aku tuli?” sepertinya kali ini dia mulai takut padaku. Ia berusaha mundur beberapa langkah sambil menghindari pandangaku. Apa saat ini aku terlihat sangat mengerikan baginya? Jujur saja, gadis ini membuatku geram. Aku sendiri bahkan tidak tahu kenapa aku harus mencengkeram pipinya untuk membuatnya melihat padaku. Kini aku bisa melihat wajah cantiknya itu ketakutan karena perlakuanku padanya. Sekali lagi aku menjadi gila karena menyukai ekspresi ketakutannya itu.

                “Dengar ya, pertama kau sudah menumpahkan kopiku. Kedua bajuku kotor dan aku bisa terlambat bekerja karena hal ini. Ketiga uangmu bahkan tidak cukup untuk membayar laundry dan harga kopi yang kubeli. Sekarang kau bilang aku tuli? Aku bisa saja menyakitimu ditengah keramaian ini.” Aku berusaha memberikan tekanan disetiap perkataanku, membuat gadis itu melotot mendengar pernyataanku.

                Setelah puas melihat wajah ketakutannya itu aku lalu melepaskan cengkeramanku dengan kasar, hampir membuatnya jatuh tapi entah kenapa aku tidak begitu peduli. Ah, sepertinya aku jadi gila setelah umma memarahiku hari ini. Aku harus segera mengganti pakaianku dan bertemu direktur Kang, aku harus secepatnya kembali pada pekerjaanku agar aku bisa melupakan semua hal tentang  wanita. Terutama gadis itu, seharusnya aku tidak berlama-lama berurusan dengan seorang wanita seperti biasanya, tapi kelihatannya cukup menyenangkan melihat ekspresi gadis itu. Ia terlihat manis dalam ekspresi apapun. 

 

                                                                                                ***

                “Yongguk, ayo kita pergi ke klub.”

                “Tidak bisa, aku harus pulang dan istirahat untuk meeting besok.”

                “Yongguk, kau tidak menarik sama sekali. Berhentilah memikirkan urusan kantormu.”

                “Tidak, aku sudah bilang tidak bisa, Himchan.”

                “Tapi Yongguk malam ini ka...”

                TUUT  TUUT

                Aku terpaksa harus memutus telepon atau Himchan akan terus-terusan mengoceh tanpa henti. Akhir-akhir ini ia semakin gencar saja mengajakku ke klub malam. Apa dia berpikir semua orang menyukai klub malam?

                PLAAKK

                “Hah! Dasar jalang!”

                Aku menoleh pada sumber suara itu. Kulihat di seberang jalan yang tak jauh dari tempatku berdiri sekumpulan pemabuk dan...seorang wanita? Aku masih mencoba mengamati kejadian itu dari tempatku berdiri, karena jalanan itu memang agak gelap jadi aku tidak bisa memastikan apa yang sebenarnya terjadi disana.

                “Jangan! Lepaskan aku!”

                Tunggu, sepertinya itu memang suara perempuan. Apa yang terjadi?

                Aku  menyebrangi jalan itu untuk memastikan apa yang terjadi. Dan benar saja sebelum aku sampai beberapa meter dari tempat itu para pemabuk itu sedang berusaha merobek pakaian gadis itu sambil berusaha meraba sisi yang lainnya.

                “Hei kalian, sedang apa disana?! Cepat bantu aku!”

                ! Apakah tidak cukup bagi pemabuk dan sampah masyarakat seperti mereka? Mereka juga pemerkosa dan hanya bisa menyakiti wanita lemah.       

                DUAKK!!!

                Tanpa berpikir panjang lagi, tangan dan kakiku segera bergerak untuk menghajar semua pemabuk itu. Memang berlebihan, tapi aku terus-terusan menendangi tubuh mereka dengan emosi yang meluap-luap meskipun kini mereka telah terkapar di jalanan, tidak berdaya.

                “Brengsek! Dasar pemabuk sialan!”

                Untuk terakhir kalinya aku menginjak-nginjak tubuh para pemabuk itu, akhir-akhir ini emosiku memang sangat labil.

                Aku kemudian berjalan ke gang sempit itu, mendapati wanita yang tak sadarkan diri dengan bajunya yang robek sebagian. Melihat keadaan wanita itu membuatku jadi ingin kembali menghajar para pemabuk yang sudah tak berdaya itu. Tapi pada akhirnya aku mengurungkan niatku, aku mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke mobilku. Sepertinya sangat tidak manusiawi jika  membiarkan wanita itu sendirian di gang dengan kondisi seperti ini, jadi aku memutuskan untuk membawanya kerumahku.

                Begitu sampai dirumah, aku meletakkan tubuh wanita itu diatas sofa dengan perlahan. Ia masih tak sadarkan diri, dan penampilannya sangat kacau. Aku berusaha menyingkap rambutnya yang menutupi wajahnya, dan saat itu juga aku tak bisa menyembunyikan wajah terkejutku.

                Aku bertemu dengannya lagi, aku tidak mempercayainya tapi sepertinya pandanganku masih normal jadi aku memutuskan kalau gadis ini memang orang yang sama yang kutemui tempo hari saat bertabrakan dengannya dan membuat kopiku tumpah di kemejaku. Ia masih terlihat sama, tapi sepertinya kali ini lebih terlihat cantik dengan wajah tidurnya. Aku memandanginya dari atas sampai kebawah. Lalu kembali lagi dari bawah sampai keatas.

                 Ia terlihat sangat sempurna, benar-benar sempurna. Sepertinya  ia terlihat seperti malaikat. Tunggu, apa aku bilang ia malaikat? Tidak, ia bukan malaikat. Ia lebih dari itu. Ia sangat cantik dan tak bisa dibandingkan dengan apapun itu.   

                Yongguk, sepertinya otakmu rusak. Aku tidak seharusnya memandangi tubuhnya seperti ini. ! Aku sudah gila.

                Aku kemudian mengambil air hangat dan kemeja dari dalam lemari untuk mengganti pakaiannya. Setelah mengobati pipinya yang kebiruan aku harus mengganti pakaiannya yang robek. Sepertinya kali ini aku harus benar-benar menjaga pandanganku untuk  tidak memerhatikan hal yang tak harus kulihat. Menjaga pandanganku dari sesuatu yang tak seharusnya kulihat, ya itu benar.

                Entah kenapa tanganku langsung bergetar saat menyentuh kulit tubuhnya. Sial, apa yang sebenarnya terjadi dengan tanganku. Kenapa tubuhku jadi kaku seperti ini? Ayolah Yongguk, tidak ada hal yang tidak bisa kau lakukan termasuk hal seperti ini.

                Perlahan aku mencoba melepaskan pakaiannya dari tubuhnya, membuatku harus menahan nafas dalam-dalam. Ini pertama kalinya aku melihat tubuh seorang wanita seperti ini, jadi jelas saja aku merasa aneh ‘kan. Selanjutnya aku mencoba memasangkan kemejaku padanya, namun entah kenapa dering ponselku berbunyi dan jelas saja itu membuatku kaget setengah mati.

                Aku melihat panggilan yang masuk di layarnya. Himchan...

                “Hei, kenapa lama sekali mengangkat telepon dariku?”

                “Apa maumu?”

                “Aku tahu ini bukan jam tidurmu, jadi ikut dan bersenang-senanglah bersamaku di klub.”

                “Aku sudah mengatakan padamu sebelumnya.”

                “Ayolah Yongguk, kau seperti ahjussi tua yang tidak menikmati hidup. Kau tahu? You only live once.

                “Diamlah, aku sedang sibuk.”

                “Sibuk?”

                “Ya.”

                “Ayolah Yongguk, kau harus i...”

                TUUT TUUT

                Untuk yang kesekian kalinya aku harus berhenti berbicara dengan orang itu. Aku bahkan tidak percaya punya sahabat sepertinya, sampai-sampai harus menanamkan sahamku di perusahaannya. Aku benar-benar menyesal.  

                Baiklah, sampai dimana tadi? Aku sudah selesai memasangkan kemejaku padanya. Kini tinggal menunggunya sadar dengan sendirinya. Sepertinya aku harus menjauh darinya, entah kenapa gadis ini terlihat berbahaya bagiku. Atau lebih tepatnya aku yang akan jadi berbahaya karenanya. 

               

                                                                                                ***

                “Kau sudah sadar.” Aku kembali keruangan tengah sesaat setelah melihatnya bangun.

                “K,kau...” sesuai dugaanku, gadis itu terkejut melihatku dan itu membuatku tersenyum melihat ekspresi kagetnya yang terkesan manis. Sudah kukatakan ia terlihat sangat manis dalam ekspresi apapun.

                “Dari ekspresimu sepertinya kau mengingatku, aku benar-benar tersanjung.” Kataku lagi sambil melonggarkan dasi di kerah kemejaku. Kuharap ia merasa sangat senang dan berterimakasih padaku karena telah menyelamatkannya.

                “Hah, mana mungkin aku melupakan pria kasar sepertimu.” Sahut gadis itu membuatku mengernyitkan dahiku. Apa tadi ia bilang aku pria kasar? Apa seperti itu kesannya terhadapku? Hah, entah kenapa tiba-tiba saja hatiku menjadi sedikit sakit saat ia berkata seperti itu.

                “Hei apa seperti ini rasa terimakasihmu pada orang yang telah menyelamatkanmu? Kalau begitu seharusnya tadi aku membiarkan para bajingan itu memperkosamu saja sekalian”

                Aku kembali melontarkan kata-kata yang kasar. Pantas saja ia menganggapku kasar, tapi bagaimanapun juga aku tetap tidak menginginkan ia melihatku seperti orang yang kasar. Perasaan aneh ini membuatku menjadi sedikit gila.

                “Tuan, hei tuan tolong maafkan aku. Tadi aku tidak serius mengatakannya, tolong maafkan aku.” Gadis itu mengikutiku sampai kedapur. Aku tidak seharusnya terlihat sebegitu sensitif karena perkataannya, tapi entah kenapa aku benar-benar merasa kecewa saat ini. Aku ingin menenangkan pikiranku dengan membuat secangkir kopi.

                “Hei apa kau mau membuat kopi? Bagaimana kalau aku yang membuatkannya sebagai rasa terimakasihku padamu karena telah menyelamatkanku?” Tanya gadis itu tiba-tiba saat aku mulai mengeluarkan pemanas dari rak didepanku.

                Sebenarnya kata-katanya barusan membuatku menjadi sedikit tenang, namun entah kenapa aku tidak bisa berhenti bersikap dingin padanya.

                “Kau akan membuat kopi yang tidak enak”

                Lihat? Aku berusaha keras untuk tidak terlihat kasar di depannya namun aku terus-terusan melakukan hal itu.

                “Aku ini bekerja di kafe dan biasa memanaskan kopi dipagi hari, bahkan banyak pelanggan yang suka dengan kopi buatanku. Kau akan menyesal kalau tidak mencicipi kopi yang kubuat.”

                Perkataannya membuatku kembali memandanginya saat ini. Ia bekerja di kafe? Gadis sepertinya terlalu berharga hanya untuk bekerja sebagai pelayan, begitu pikirku. Apakah sebaiknya aku memecat Shin Young saja dan menggantinya dengan gadis ini? Apakah itu ide yang bagus? Lagi pula dibandingkan yang sering dikatakan Himchan tentang Shin Young, gadis di depanku ini seratus kali lebih menarik.

                “A,apa yang kau lihat hah?”

                Sepertinya tanpa sadar aku terus-terusan memandanginya dan membuatnya menjadi tidak nyaman, baiklah sepertinya otakku juga semakin tidak waras saja.

                “Baiklah, kau bisa membuatkan kopi untukku”

                Sahutku, aku lalu duduk di meja makan dan kembali memandanginya yang sedang memunggungiku sambil membuat kopi saat ini.

                Apa yang salah denganku? Aku tidak bisa berhenti melepaskan pandanganku darinya. Ini terlalu berbahaya. Semakin lama mungkin saja akan terjadi hal yang tidak kuinginkan, misalnya menjadi tidak fokus dengan urusan pekerjaanku dan malah memikirkannya. Sial.

                “Jeongmal gomawo”

                Gadis itu menyodorkan segelas kopinya padaku, membuatku tersenyum menatap kopi yang ia buatkan khusus untukku. Entah kenapa aku merasa sangat bahagia saat ini.

                “Tidak seharusnya seorang yeoja berjalan sendirian malam-malam begini”

                Sahutku kemudian sambil menyeruput kopi buatannya, dan benar saja rasanya menyamai kopi favoritku. Apakah ia benar-benar malaikat?

                “Aku menunggu unnieku...ah! iya Hyosung unnie, aku harus memberitahunya”

                Gadis itu bergegas kembali keruang tengah namun dengan cepat aku menahannya.

                “Kalau wanita bernama Hyosung itu ia sudah berkali-kali menghubungimu, tapi aku sudah memberitahunya kalau kau bersamaku dan sedang baik-baik saja. Ia sangat berterimakasih padaku dan menyuruhku untuk memberitahumu kalau saat ini ia sedang ada di kantor polisi karena ada insiden perampokan di swalayan yang ia datangi dan ia harus menjadi saksi untuk sementara”

                Sahutku, membuatnya kembali duduk di depanku. Ia lalu merapikan rambutnya yang kusut, membuatku tidak bisa berhenti memandanginya secara diam-diam. Ia terlihat sangat manis dan sempurna, sepertinya aku memang sudah gila tapi entah kenapa aku menyukai perasaan aneh ini.  perasaan yang belum pernah kualami sebelumnya.

                “Siapa namamu?”

                Tanyaku kemudian, membuatnya menatapku. Ah, rasanya sangat bahagia saat ia melihatku seperti itu.

                “Aku Song Jieun.” Jawabnya.

                Song Jieun, nama yang indah seperti kelihatannya.

                Aku mengangguk sambil kembali menyeruput kopiku.  

                “Lalu...bagaimana denganmu?”

                Tanyanya balik padaku, membuatku terdiam sejenak. Sepertinya aku terlalu bahagia karena ia menanyakan namaku.

                “Bang Yongguk”

                Jawabku, singkat.

                Aku benar-benar terlalu bahagia sampai-sampai tidak bisa menjawab hal lain selain namaku. Aku terlalu bahagia karena bertemu lagi dengan gadis ini. Aku tidak bisa memikirkan hal lain lagi selain namanya.

                Song Jieun...

                 Aku menjadi gila hanya dengan mengingat nama itu. Kau seharusnya tidak memberitahukan namamu. Aku menjadi gila.

                Song Jieun...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...