Meet You

Mr.Coffee

“Hi, Himchan-ssi...” sahut Jieun saat mata mereka saling bertemu.

“Jieun-ah, kau terlihat sangat berbeda. Kau benar-benar sangat cantik” Himchan tersenyum sambil mendekati Jieun, memandangi gadis itu dari atas hingga kebawah.

“Hyung kenapa kau ada disini? Kau membiarkan Kim Ahjumma menunggu sendirian dibawah?” tanya Junhong tiba-tiba.

“Karena kau lama sekali menjemput Jieun jadi terpaksa aku harus menyusul kalian keatas. Sudah berapa kali kubilang agar bekerja lebih cepat ‘kan?” balas Himchan pada Junhong.

“Ah ini bukan kesalahan Junhong, aku yang tidak terbiasa menggunakan sepatu seperti ini jadi ia harus berjalan pelan untuk menuntunku” sahut Jieun membela Junhong.

“Sepertinya kalian berdua langsung jadi dekat, ya?” kata Himchan melirik pada Junhong.

“Ya, Junhong-ah adalah saeng yang baik. Meskipun aku tidak memiliki adik laki-laki tapi sepertinya akan sangat menyenangkan kalau bisa menjadikan Junhong sebagai dongsaengku” sahut Jieun sambil tersenyum menatap Junhong, membuat Junhong merasa sedikit tersipu mendengar pernyataan nunanya.

“Selain itu Himchan-ssi, kau berhutang banyak padaku karena hari ini kau bahkan tidak memberitahuku rencana yang kau buat. Pertama tentang Junhong yang menjemputku untuk belanja dan kedua tentang makan malam ini. Kenapa kau tidak menghubungiku saja?” tanya Jieun langsung, membuat Himchan menjadi salah tingkah.

“Ah maafkan aku Jieun, ini semua langsung terjadi tanpa rencana yang pasti karena sebenarnya aku ingin secepatnya mempertemukanmu dengan temanku itu. Dan langkah pertama tentu saja aku harus memperkenalkanmu pada ummaku karena ia sangat ingin mengetahui tentangmu, selanjutnya umma yang akan menceritakan semua hal tentangmu pada ibu temanku itu” jawab Himchan.

“Tapi Himchan-ssi, kenapa bisa sejauh ini? Kau bilang akan menunggu kepastianku hingga minggu depan ‘kan?” tanya Jieun lagi.

“Ya Jieun, semua keputusan akan kuterima minggu depan nanti yang terpenting saat ini adalah pendekatan dengan keluarga ‘kan?” sahut Himchan sambil tersenyum, membuat Jieun seketika mengunci mulutnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi saat Himchan mulai menuntunnya menuju ruang makan.

“Umma, ini Jieun” sahut Himchan tiba-tiba, membuat Jieun yang sedari tadi melamun langsung tersadar dan menatap wanita paruh baya didepannya.

“A,Annyeong namaku Song Jieun” kata Jieun terbata-bata sambil membungkukkan badannya, memberi salam.

Sementara wanita paruh baya itu hanya tersenyum sambil ikut membungkukkan badan memberi salam. Pembawaannya yang keibuan dan senyumannya yang terukir indah di wajah paruh bayanya membuat sosok wanita itu terlihat sangat bijaksana di mata Jieun, mengingatkannya pada ummanya yang telah tiada.

“Annyeong Jieun-ah, terimakasih karena telah menerima undangan makan malam kami. Mari duduk” sahut wanita itu sambil memberi isyarat pada semuanya untuk segera duduk di tempat  mereka masing-masing.   

“Kudengar dari Himchan kau adalah salah satu karyawan di perusahaannya, dan ia bilang tertarik pada kinerja dan profesionalismemu. Himchan bahkan sangat memujimu seperti ia memuji calon istrinya saja, jadi aku penasaran denganmu dan ingin bertemu secepatnya. Apakah kau tidak keberatan kalau nanti aku akan bertanya banyak hal padamu?” sahut nyonya Kim sambil tersenyum, membuat Jieun merasakan kebaikan yang terpancar dari wanita itu.

“Ah tidak nyonya, saya sama sekali tidak keberatan” jawab Jieun seadanya.

“Kalau begitu mari kita makan dulu, setelah itu kita akan membicarakan semuanya” sahut nyonya Kim lagi.

 

Selanjutnya para pelayan mulai menghidangkan makanan diatas meja. Mereka pun makan dalam suasana tenang dan tidak ada seorang pun yang berbicara, hal ini membuat Jieun menjadi sangat canggung. Ia bahkan beberapa kali hampir menumpahkan air minumnya. Junhong dan Himchan yang melihat hal itu hanya bisa saling pandang, meskipun Junhong merasa khawatir dengan keadaan nunanya yang seperti terbelenggu saat ini.

Setelah makan malam usai mereka semua mulai berbincang diruang keluarga. Meskipun nyonya Kim  selalu melemparkan banyak pertanyaan tentang kehidupan Jieun namun entah kenapa Jieun bisa menjawabnya dengan mudah, ia mulai terbiasa dengan gaya bicara nyonya Kim dan mulai saling mengerti satu sama lain. Pada akhirnya tidak ada lagi suasana canggung diantara Jieun dan nyonya Kim, mereka berbicara layaknya anak dan ibu sambil sesekali bersenda gurau. Himchan dan Junhong pun hanya bisa mendengarkan kedua wanita itu yang terus-terusan mengobrol tanpa berkata apa-apa. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam...

“Ini sudah larut, sebaiknya aku pulang” sahut nyonya Kim  sambil berdiri dari duduknya.

“Umma mau kuantar?” tanya Himchan sopan, sambil ikut berdiri menghampiri ibunya.

“Ya, sebaiknya kau mengantarku pulang sambil memberi salam pada appamu nanti. Lalu, untuk malam ini biarkan saja Jieun beristirahat dirumahmu, Himchan. Ia kelihatannya sangat lelah” sahut nyonya Kim pada Himchan.

“Ah tidak usah nyonya, aku pulang saja. Lagi pula besok aku juga harus bekerja” jawab Jieun sambil tersenyum.

“Tidak perlu Jieun-ah. Karena anakku sudah banyak merepotkanmu jadi besok kau tidak usah bekerja dulu, kalau Himchan berani memecatmu aku yang akan memberinya pelajaran dengan tanganku sendiri” sahut nyonya Kim, membuat Himchan dan yang lainnya tersenyum mendengar gurauan itu.

“Umma, bagaimanapun juga aku tidak akan memecat Jieun” balas Himchan.

“Ya sudah, aku harus segera pulang. Jieun, anggap saja ini sebagai rasa terimakasihku jadi beristirahatlah disini untuk malam ini. Junhong, kau harus menjaga nunamu ya” sahut nyonya Kim pada Junhong.

“Baiklah Ahjumma” jawab Junhong sambil tersenyum.

“Baiklah aku pergi dulu” sahut nyonya Kim kemudian. Himchan pun segera membukakan pintu mobil untuk ibunya, sementara Jieun dan Junhong mengantarkan nyonya Kim ke pintu depan hingga mobil mereka meninggalkan tempat itu.

“Nuna pasti lelah sekali ‘kan, biar kuantar kekamarmu nuna” sahut Junhong pada Jieun.

“Junhong-ah, sepertinya aku harus menerima permintaan Himchan dan nyonya Kim untuk menikah” sahut Jieun tiba-tiba.

“Jadi nuna sudah membuat keputusan?” tanya Junhong mendengar pernyataan nunanya.

“Hmm, aku tidak bisa menolak permintaan nyonya Kim. Ia sepertinya terlihat sangat senang kalau aku bisa menerima perjodohan ini. Lagi pula aku juga ingin tahu bagaimana rasanya menjadi seorang istri” kata Jieun lagi sambil tersenyum.

“Kalau memang begitu aku akan mendukung apapun keputusan nuna, selama nuna merasa itu yang terbaik” sahut Junhong ikut tersenyum.

“Nuna juga bisa menghubungiku kalau nuna membutuhkan bantuan, mulai sekarang nuna bisa mengandalkanku”  sambung Junhong lagi membuat Jieun menatap saengnya itu.

“Gomawo Junhong-ah” kata Jieun, tersenyum.

“Cheonma nuna” jawab Junhong, membalas senyuman nunanya.

 “Ngomong-ngomong Junhong-ah, apakah kau tahu teman Himchan itu seperti apa orangnya? Sejujurnya aku sangat penasaran karena Himchan tidak pernah memberitahukan identitas sebenarnya dari orang itu” sahut Jieun pada  Junhong.

“Kalau masalah itu nuna tidak perlu khawatir, nuna akan tahu sendiri ia orang seperti apa saat melihatnya langsung” jawab Junhong tersenyum.

“Aishh berarti kau tidak mau memberitahukannya padaku?” tanya Jieun lagi.

Junhong hanya menggelengkan kepalanya, membuat Jieun memasang wajah cemberutnya.

“Lebih baik saat ini nuna beristirahat, aku juga sudah mengantuk. Selamat malam nuna” sahut Junhong kemudian.

“Selamat tidur Junhong-ah” sahut Jieun tersenyum, sambil menutup pintu kamarnya.

 

Sementara itu Himchan dan ibunya...

“Bagaimana menurut umma? Jieun gadis yang manis ‘kan?” tanya Himchan pada ibunya.

“Ya, ia juga baik dan sopan. Meskipun aku turut prihatin dengan keadaannya sekarang ini, ia seharusnya tidak bekerja sekeras itu sambil kuliah. Kenapa kau tidak membantunya saja, Himchan?” tanya ummanya kemudian.

“Aku baru mengenalnya beberapa hari ini umma, dan itu juga dikenalkan oleh salah satu temanku. Lagi pula Jieun bukan tipe gadis yang mudah menerima sesuatu begitu saja.” jawab Himchan.

“Ya sudahlah, aku akan membicarakannya nanti dengan Eunjae. Kurasa kalau aku menyetujuinya dia juga pasti setuju dengan pilihanmu. Lebih baik kau urus saja semuanya dengan cepat, ya. kalau kau membutuhkan bantuan umma, kau bisa langsung mengatakannya.” Sahut nyonya Kim.

“Yang jelas kali ini kau harus berhasil membuat Yongguk menikah, aku tidak mau melihat Eunjae terus-terusan bersedih karena anak keras kepala itu.” sambung nyonya Kim lagi.

“Ne arasso, umma” sahut Himchan pada ibunya.

 

Dua hari kemudian...

“Jieunnie apakah kau sudah membeli semua barang-barangnya?” Hyosung berkata dari seberang telepon.

“Ya unnie, aku sudah membeli semua yang dibutuhkan. Aku sedang mengantri dikasir” sahut Jieun sambil menunggu antrean kasir di swalayan.

“Aigoo maafkan aku karena harus merepotkanmu terus. Berhubung dongsaeng bodohku itu suka makan banyak aku harus memintamu belanja, maafkan aku Jieun-ah” jawab Hyosung menyesal.

“Ah gwenchana unnie, aku senang membantumu belanja. Lagi pula kau dan Hana juga sibuk memasak macam-macam dirumah, aku jadi tidak enak kalau melihat kalian saja.” Balas Jieun sambil tersenyum.

“Kau terlalu baik Jieun-ah, terimakasih sudah mau membantu kami.” Kata Hyosung kemudian.

“Ne unnie, aku harus membayar belanjaan dulu. Ya, sampai nanti.” Sahut Jieun, ia lalu menutup teleponnya. Setelah membayar semua belanjaan ia pun segera keluar dari swalayan itu.

                “Aigoo belanjaannya benar-benar banyak, belum sampai ke halte bus saja tanganku sudah pegal” Jieun terus berjalan menuju halte bus didepannya. Karena belanjaannya yang begitu banyak tanpa sadar ia menyebrangi jalan saat lampu merah menyala untuk pejalan kaki.

 

TIIIINNNN

BRRRAAAAKKKK

                Sebuah mobil menabrak palang pejalan kaki hingga ringsek. Kap depan mobilnya pecah dan asap mulai keluar dari bagian mesin mobil. orang-orang yang berada disekitar tempat itu mulai berdatangan dan melihat kejadian itu.  

               “Ahh...gawat...” Jieun yang baru saja membuka matanya langsung tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Karena kecerobohannya menyebrang jalan sebuah mobil yang nyaris menabraknya malah menabrak palang pejalan kaki. ia sedikit bersyukur karena nyawanya masih selamat, tapi entah kenapa saat ini perasaan takut mulai melandanya.

                Seorang namja keluar dari mobil itu. keadaannya masih baik-baik saja, ia menatap mobilnya yang ringsek akibat kejadian itu. Dengan marah ia mendatangi Jieun yang sekarang sudah berada dipinggir jalan bersama kantung belanjaannya.

                “! Kau lagi?!” sahut namja itu pada Jieun.

                “Ka-kau...” Jieun tergagap saat melihat namja didepannya.

‘Bang Yongguk...’ kata Jieun dalam hati. Sekarang perasaan takutnya menjadi dua kali lipat dari sebelumnya.

                “Lihat apa yang telah kau lakukan pada mobilku!”  sahut Yongguk kesal sambil menunjuk mobilnya.

                “Ma-maafkan aku...” jawab Jieun tergagap, ia tidak dapat berhenti ketakutan melihat namja mengerikan didepannya.

                “Maaf?! Kau pikir maaf bisa membuat mobilku kembali seperti semula? Aku minta ganti rugi” balas Yongguk, kali ini membuat Jieun melotot kaget.

                “Ta-tapi...”

                “Aku tidak peduli kau punya uang atau tidak, kau harus ganti rugi” potong Yongguk dengan kesal.

                Jieun terdiam sambil menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk mengganti rugi biaya kerusakan mobil Yongguk. Ia bahkan tidak memiliki uang sepeserpun saat ini. Bahkan jika ia harus mengumpulkan gajinya selama setahun tidak akan bisa mengganti kerugian mobil mahal itu.

                “Kenapa diam, hah? Kau tidak mau tanggung jawab?” sahut Yongguk membuat Jieun makin menundukkan kepalanya.

                “Ma-maafkan aku...aku akan menggantinya tapi tidak sekarang. Aku...”

                “Kau belum menerima gajimu, begitu? Entah kenapa saat aku bertemu denganmu hidupku langsung menjadi sial. Apa kau ini memang pembawa sial?” sahut Yongguk membuat Jieun menatap namja itu. ia tidak percaya kalau Yongguk akan berkata sekasar itu padanya.

                “Hah! Lupakan saja, kau membuatku frustasi. Kuharap ini yang terakhir kali, jangan sampai kita bertemu lagi karena aku tidak ingin terus-terusan mendapat kesialan karena gadis sepertimu.” Yongguk pun kembali ke mobilnya yang ringsek, ia  sibuk menelepon jasa lalu lintas untuk membawa mobilnya ke bengkel. Sementara itu Jieun masih terdiam di tempat, kantung belanjaannya dibiarkan tergeletak di dekat kakinya. Saat ini perasaannya campur aduk karena kejadian barusan.

 

Rumah Himchan...

                “Ada apa denganmu? Pakaian dan wajahmu terlihat kusut. Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanya Himchan pada Yongguk yang baru saja tiba bersama Junhong.

                “Aku bertemu dengan wanita sialan yang membuat mobilku harus direparasi selama sebulan” jawab Yongguk sambil duduk di sofa. Ia memijit keningnya sambil menghela nafas panjang, terlihat seperti orang yang benar-benar frustasi.

                “Di reparasi? Ada apa sebenarnya?” tanya Himchan lagi.

                “Mobil Yongguk hyung menabrak palang pejalan kaki, tadi ia meneleponku untuk menjemputnya dibengkel. Katanya ia nyaris menabrak seorang gadis yang ceroboh menyebrang jalan” sahut Junhong pada Himchan.

                “Begitu? Berarti ini hari yang cukup melelahkan ya, Yongguk” kata Himchan sambil tersenyum.

                “Gadis sialan, seharusnya aku tidak bertemu lagi dengannya. Dunia ini sempit sekali.” Kata Yongguk lirih sambil memejamkan matanya, menyandarkan tubuhnya pada sofa diruang tamu Himchan yang luas.

                                                                    

Sementara itu dirumah Hyosung...

                “Ya! Jieunnie, kenapa kau menangis seperti ini?! Siapa yang membuatmu menangis, hah?!” Hyosung kaget melihat Jieun yang pulang sambil menangis. Saat ini ia dan Hana sedang berusaha menenangkan Jieun yang terus-terusan menangis tanpa berkata apa-apa.

                “Jieun, ada apa? Ayo ceritakan pelan-pelan” sahut Hana sambil mengusap pundak Jieun, ia merasa sangat sedih melihat sahabatnya itu menangis tanpa henti. Namun berapa kalipun Hyosung dan Hana bertanya pada Jieun ia tetap tidak mau bicara dan terus menangis, sampai pada akhirnya Jieun tertidur dengan sendirinya di kamarnya dan Hana.

                “Unnie, sebenarnya ada apa dengan Jieun? Ia tidak pernah menangis sampai seperti itu” sahut Hana cemas sambil menutup pintu kamarnya dengan pelan.

                “Entahlah Hana, mungkin ia baru saja mengalami sesuatu yang buruk” jawab Hyosung prihatin.

                “Apa itu? bahkan setelah kejadian ia hampir diperkosa ia masih bisa tersenyum seperti biasanya. Sesuatu yang buruk itu sebenarnya apa?” tanya Hana lagi, ia benar-benar khawatir dengan keadaan Jieun yang terlihat sangat menyedihkan.

                “Aku tidak tahu apa itu Hana, tapi...itu pasti sesuatu yang benar-benar buruk untuk Jieun” balas Hyosung dengan sedih, ia merasa bersalah karena membuat Jieun harus belanja dan mengalami hal yang buruk karenanya.

 

TING TONG

                Suara bel itu membuat Hyosung dan Hana segera turun kelantai satu. Hyosung pergi kedapur karena tahu siapa yang akan datang sementara Hana membukakan pintu, menampakkan sesosok namja dengan koper dan tas ransel dipunggungnya.

                “Annyeong nuna, lama tidak bertemu” sahut namja itu sambil tersenyum.

                “Masuklah Daehyun, kau bisa langsung meletakkan barang-barangmu. Kamarmu ada dilantai dua” sahut Hana pada namja bernama Daehyun itu.

                “Ternyata rumah Hyosung nuna lumayan bagus. Kurasa aku bisa tenang kalau tinggal disini” sahut Daehyun sambil melihat-lihat seisi rumah.

                “Meskipun tidak sebesar rumah di Incheon tapi ini juga bagus” sambung Daehyun lagi.

                “Sudahlah, cepat letakkan barang-barangmu dikamar dan pergi ke dapur. Hyosung unnie sudah menunggumu.” Balas Hana sambil mendorong tubuh Daehyun untuk naik keatas tangga.

                “Oh apa makanannya sudah siap? Aku benar-benar lapar sekali saat ini. Apa ada ramen juga?” tanya Daehyun dengan mata berbinar.

                “Letakkan barang-barangmu, Daehyun!” bentak Hana, membuat Daehyun langsung berlari naik keatas tangga.

                ‘Yang mana kamarku?’ tanya Daehyun dalam hatinya. Tanpa berpikir panjang ia lalu masuk kesalah satu kamar. Matanya melotot kaget saat ada gadis asing yang sebelumnya belum pernah ia lihat tertidur diatas kasur dengan wajah sembab seperti sehabis menangis. Daehyun pun berusaha menutup pintu itu lagi dengan perlahan, namun tiba-tiba saja sebuah suara menghentikannya.

                “Aku bukan pembawa sial...umma dan appa bilang aku bukan pembawa sial...aku bukan pembawa sial...”  Daehyun memperhatikan gadis itu yang merintih dengan wajah ketakutan. Ia terdiam sesaat memperhatikan gadis itu hingga berhenti mengigau, lalu kemudian kembali menutup pintu kamar dengan pelan.

                “Ya! Daehyun! Jangan makan seperti itu! kau sedang tidak dikejar sesuatu ‘kan!” Hyosung berteriak kesal pada Daehyun saat ia mulai makan dengan berantakan. Semua yang ada dimeja dilahapnya tanpa terkecuali.

                “Nuna sudah susah-susah membuat semua ini, aku ingin menghabiskan semuanya sekaligus” jawab Daehyun sambil kembali memakan makanannya.

                “Tapi tidak perlu sampai seperti itu! Lihat! Kau membuat mejanya kotor! Akh! Daehyun! Berhenti makan dengan cara seperti itu! Daehyun!” Hyosung berteriak kesal pada Daehyun namun tetap saja dongsaengnya itu tidak menghiraukan sama sekali.

                “Unnie, biarkan saja ia makan seperti yang ia inginkan. Percuma kalaupun kau memukul kepalanya yang keras itu ia tidak akan berhenti makan” sahut Hana dengan malas sambil mengambil sekotak jus dari kulkas didepannya.

                “Aishh anak ini memang menyebalkan” geram Hyosung lagi.

                “Nuna, siapa gadis yang tertidur dikamar itu?” tanya Daehyun tiba-tiba, membuat Hyosung melotot kaget.

                “Mwo?! Kau masuk kekamar mana, hah?! Seenaknya saja!” bentak Hyosung pada Daehyun.

                “Bukan salahku, Hana nuna yang tidak memberitahuku yang mana kamarku” jawab Daehyun memasang tampang tidak bersalah.

                “Hana! Apa-apaan kau ini? Daehyun malah masuk kekamarmu dan Jieun. Kau tidak memberitahunya?” tanya Hyosung pada Hana.

                “Ahh aku lupa memberitahunya unnie, soalnya dia menyebalkan sekali” jawab Hana sambil menepuk jidatnya.

                “Berhubung kau sudah melihatnya, nama gadis itu Jieun dan dia temanku dan Hana. Mulai sekarang dia juga akan jadi nunamu, jadi bersikap baiklah padanya, ya.” sahut Hyosung sambil menepuk pundak Daehyun.

                “Baiklah, tapi tadi dia...”

                “Ah Jieun, kau sudah bangun?” Hana memotong perkataan Daehyun saat melihat Jieun yang berjalan ke dapur. Wajahnya yang sembab kini sudah terlihat segar kembali.

                “Oh apakah kau habis mandi?” tanya Hyosung lagi memerhatikan rambut Jieun yang basah dan pakaiannya yang baru diganti.

                “Ya unnie, maafkan aku sudah membuat kalian khawatir” kata Jieun sambil tersenyum.

                “Kalau kau memang tidak mau cerita tidak apa-apa Jieun, sekarang ayo ikut makan bersama kami” sahut Hana kemudian.

                “Annyeong, apakah kau Daehyun?” tanya Jieun pada namja yang duduk di seberangnya.

                “Nae Daehyun imnida” jawab Daehyun sambil sedikit membungkukkan badannya memberi salam.

                “Jieun imnida. Apa kau berniat masuk ke universitas yang sama dengan kakakmu?” tanya Jieun lagi yang hanya dibalas anggukan dari Daehyun, membuat Jieun tersenyum melihat namja yang kembali sibuk dengan makanannya itu.

              “Ya pabo! Kau seharusnya bersikap lebih sopan pada nunamu! Aku benar-benar malu punya dongsaeng sepertimu” sahut Hyosung kesal.

                “Tidak apa-apa unnie, ia kelihatannya benar-benar lapar. Aku memang tidak seharusnya bertanya padanya saat ia sedang makan.” Kata Jieun.

                “Dia memang selalu lapar, Jieun. Kedatangannya kesini hanya akan membuat kita bangkrut.” Sahut Hana menambahkan. Namun apapun yang mereka katakan, Daehyun tetap sibuk dengan makanannya.

                “Oh ya, besok adalah hari dimana kau dan teman tuan Kim itu bertemu ‘kan?” tanya Hyosung pada Jieun.

                “Ya, kemarin manajer juga bilang kalau besok kita akan buka jam sembilan karena hal itu. Apa nantinya tidak membuat pelanggan yang biasa minum kopi marah?” tanya Jieun balik.

                “Manajer ‘kan hanya mengikuti perintah tuan Kim, jadi kau tidak perlu cemas. Yang perlu kau pikirkan adalah pakaian yang akan kau pakai besok ‘kan? aku dan Hana akan menemanimu belanja kalau kau mau.” Sahut Hyosung sambil tersenyum.

                “Ah itu tidak perlu unnie, kemarin Himchan-ssi memaksaku untuk membeli baju, jadi aku akan memakai baju yang dibelikannya saja” balas Jieun.

                “Baiklah kalau begitu, semoga kau berhasil ya Jieunnie. Fighting! ” sahut Hyosung lagi.

                “Ini hanya pertemuan saja kok unnie, bukan sesuatu yang luar biasa” kata Jieun sambil tersenyum.

                “Pertemuan apa?” tanya Daehyun tiba-tiba.

                “Hei! Siapa yang menyuruhmu berhenti makan, hah?!” bentak Hyosung pada Daehyun.

                “Aku sudah kenyang” jawab Daehyun dengan wajah datar.

                “Kalau begitu lekas pergi kekamarmu dan tidur.” Sahut Hyosung lagi.

                “Kau bahkan lebih mengerikan dari pada umma” kata Daehyun sambil beranjak dari tempat duduknya dan pergi kekamarnya.

                “Dasar bocah sialan” geram Hyosung membuat Jieun tertawa pelan melihat kakak beradik itu.

 

Esoknya, Routte Cafe 07.00 AM...

                “Ah unnie, apa benar hari ini Jieun unnie dan teman tuan Kim itu akan bertemu untuk membicarakan pernikahan?” Sunhwa mendekati Hyosung yang berada di dekat lemari penyimpan barang.

                Sunhwa baru saja tahu setelah dua hari yang lalu Jieun dan Hyosung membicarakan masalah pernikahannya dan teman tuan Kim. Ia sangat terkejut karena calon suami Jieun adalah pengusaha muda yang sukses, meskipun ia juga senang mendengarnya.  

                “Ya, mereka akan bertemu disini. Kita bisa mengintip mereka dari balik dapur, jadi kau jangan ribut ya.” sahut Hyosung pada Sunhwa.

                “Tenang saja unnie, aku juga sangat penasaran dengan pria beruntung yang akan menikahi Jieun unnie nantinya. Kuharap ia pria yang baik.” Kata Sunhwa sambil tersenyum.

 

KLINING

                Suara lonceng selamat datang itu membuat Hyosung dan Sunhwa bergegas melakukan aksi mereka, mengintip dari balik dapur.

                “Untuk apa kita kesini, Himchan? Papannya masih bilang kalau tempat ini tutup ‘kan?” tanya Yongguk sambil duduk disalah satu kursi pelanggan.

                “Tenang saja, mereka juga nantinya akan membuka tempat ini.” Jawab Himchan, ikut duduk di sebelah Yongguk.

                “Sebenarnya siapa orang yang akan kita temui? Kau tidak pernah mau mengatakannya sejak awal.” Kata Yongguk lagi membuat Himchan tersenyum.

                “Kita akan menemui calon istrimu, Yongguk.” Balas Himchan kemudian.

                “Apa kau bilang?!” sahut Yongguk tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

                “Aku bilang kita akan menemui calon istrimu, Yongguk.” Kata Himchan lagi, dengan nada yang jelas.

                “Apa maksud dari semua ini?” tanya Yongguk sambil menatap tajam pada sahabatnya itu.

                “Aku tidak bermaksud apa-apa, hanya ingin membantumu sebagai sahabatmu.” Jawab Himchan sambil tersenyum tanpa dosa.

                “Unnie, apa pria bersuara berat itu adalah calon suami Jieun unnie? kenapa sepertinya dia tidak tahu kalau ia sedang dijodohkan?” bisik Sunhwa pada Hyosung, mereka masih mengintip dari balik dapur.

                “Sepertinya ya Sunhwa, dan aku juga tidak mengerti tentang masalah itu” jawab Hyosung seadanya.

                ‘Mungkin saja semua ini rencana Himchan, ia tahu kalau Yongguk tidak akan datang jika dia mengatakan yang sebenarnya makanya ia menutup-nutupinya. Tapi kenapa sepertinya suara orang bernama Yongguk itu tidak asing, ya? apa aku pernah mendengarnya disuatu tempat?’ sahut Hyosung lagi dalam hati.  

                “Ini semua memang permintaan ummamu, oleh karena itu sebaiknya kau duduk dan lihat dulu bagaimana calon istrimu itu.” Sahut Himchan sambil menahan Yongguk yang ingin beranjak dari kursinya.

                “Aku tidak peduli dengan permintaan umma atau bukan, masih banyak hal penting yang harus kulakukan dari pada mengurusi hal seperti ini.” Balas Yongguk kemudian.

 

KLINING

                “Hyung, kami sudah datang” tiba-tiba saja Junhong masuk kedalam kafe bersama Jieun.

                Himchan tersenyum melihat kehadiran dua orang itu, sementara Yongguk terkejut dengan apa yang dilihatnya, wanita yang tidak ingin ia temui untuk selamanya sekarang berada tepat didepan matanya lagi. Jieun juga tidak kalah terkejutnya, ia tidak bisa berhenti menatap namja yang ada didepannya, namja yang tempo hari membuatnya menangis dan merasa tersakiti. Dua orang itu kini saling berpandangan tanpa mengatakan apa-apa, mereka masih tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh satu sama lain.

                “Yongguk, ini Jieun calon istrimu kelak. Dan Jieun, ini Yongguk, temanku yang akan menjadi calon suamimu.” Sahut Himchan membuat suasana di kafe itu menjadi hening seketika. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...