Yongguk's POV (2)

Mr.Coffee

A/N: sebelumnya author mau berterimakasih sebanyak-banyaknya buat semua yang sudah read ff ini. tidak terasa sudah chap 12 dan author bahkan tidak menyangka kalau responnya bakal cukup bagus. terimakasih sebanyak-banyaknya buat yang udah read, subscribe, comment di ff ini. terimakasih juga buat silent rider yg udah mau nyempatin baca ;w;

terimakasih buat songyongrengganisIchikawa-Amibyull98kyurikimmimonu yang udah ngasih semangat buat author untuk tetap melanjutkan ff ini meskipun author saat ini dalam masa-masa yang sulit. sekali lagi terimakasih sebanyak-banyaknyaa ;u; *bow 90 degree*

Enjoy reading :'))

 

 

                “Ohh hmm, apa aku harus memanggilmu oppa?”

                Oppa? Kedengarannya tidak buruk.

                “Entahlah, usiaku dua puluh empat tahun”

                Jawabku kemudian. Aku masih memandanginya dari sudut mataku.

                “Ah kita seumuran Yongguk-ssi”               

Sahutnya sambil tersenyum. Senyumnya benar-benar terlihat seperti malaikat. Aku menyukai senyum itu.

“Baguslah”

Sial, kenapa aku terus-terusan bersikap dingin. Entah kenapa aku tidak bisa memikirkan hal lain untuk membuka topik dengannya. Sial.

                “Sebaiknya aku pulang”

                Lihat? Ia pasti membenci orang sepertiku. Aku tidak terbiasa berbicara dengan wanita, akibatnya aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

                “Biar kuantar”

                Ide cemerlang itu langsung terlintas di pikiranku, dan benar saja itu membuatnya kembali tersenyum sambil menoleh menatapku. Sepertinya aku akan mati jika terus-terusan melihat senyum indahnya.

                “Ah kau baik sekali” sahutnya kemudian.

                 “Kau pikir ini semua gratis? Kau tetap harus berhutang padaku”

                Balasku padanya. Sebenarnya aku hanya ingin menggodanya dan sekali lagi itu membuahkan hasil. Ia memasang wajah cemberutnya padaku. Ah, aku tidak akan melupakan semua ekspresi yang pernah ia perlihatkan padaku. Semuanya terlihat sangat manis dipikiranku.

               Aku kemudian mengantarnya ketempat yang ia tunjukkan. Saat ini tidak ada seorang pun dari kami yang saling berbicara. Suasana terasa begitu hening, jadi aku mencoba untuk meliriknya sedikit.

                Kurasa sebaiknya aku menjauhinya, begitu pikirku. Aku tidak mau kalau nantinya perasaan aneh ini terus-terusan menggangguku. Aku tidak mau kalau nantinya urusan pekerjaanku akan terganggu karena terus-terusan memikirkan gadis disebelahku ini. Memang akan terasa berat untuk menjauhi malaikat sepertinya. Tapi hanya itulah satu-satunya keputusan yang harus kuambil. Aku tidak boleh bertemu dengannya lagi. Aku tidak boleh memikirkannya lagi setelah ini.

                “Gamsahamnida”

                Sahutnya saat ia turun dari mobilku. Aku mencoba untuk mengulurkan tanganku seolah meminta uang padanya, membuatnya tertunduk malu. Ah, sepertinya aku tidak bisa berhenti untuk menggodanya. Ia terlihat begitu manis. Aku sudah sering mengatakannya tapi ia benar-benar sangat manis.

                “A-ah maafkan aku Yongguk-ssi tapi sepertinya kali ini aku belum bisa membayarmu. Aku belum merima gajiku”

                Ia memanggil namaku. Rasanya sangat menyenangkan mendengar suara indahnya memanggil namaku. ‘Yongguk-ssi’... aku benar-benar jadi gila.

                 “Sudah kuduga, dan sepertinya uang yang kuambil tempo hari itu adalah seluruh sisa uangmu bukan?”

                Kataku sambil menghela nafas, mencoba untuk terlihat keren tapi sepertinya aku malah membuat diriku terlihat kasar dan dingin.

                “Baiklah, kau tidak perlu membayarnya. Aku hanya berharap ini pertemuan terakhir kita, jangan sampai kita bertemu lagi”

                Akhirnya aku bisa mengatakannya. Tapi... ‘jangan sampai kita bertemu lagi’, apa itu terdengar kasar?

                “K,kenapa kau bicara seperti itu?”

                Tanyanya sambil menatapku ragu. Tolong jangan tatap aku seperti itu, malaikatku.

                “Kau hanya membuatku repot, itulah hal yang selalu kualami saat bertemu denganmu. Baiklah selamat tinggal”

                Baiklah, aku sudah membohongi diriku berulang kali. Aku bahkan ingin terus bertemu denganmu setiap detik. Kuharap setelah ini aku bisa melupakanmu, kau terlalu berharga untuk orang sepertiku.

                                                                                                ***

 

                “Letakkan saja disana”

                Kataku pada Shin Young yang pagi itu masuk keruanganku sambil membawa map di tangannya. Semalam terasa sangat berat bagiku. Aku bahkan tidak bisa tidur karena terus memikirkannya. Sebaiknya aku tidak menyebut namanya lagi, atau aku akan jadi gila.

                “Maaf sebelumnya pak, tapi ada yang mencari anda”

                Sahut Shin Young tanpa mengurangi rasa sopannya.

                “Sudah kubilang ‘kan, aku tidak bisa diganggu hari ini. Suruh saja ia datang lain kali”

                Jawabku, tanpa menghentikan pandanganku dari membaca dokumen yang ada didepanku saat ini.

                “Tapi yang mau bertemu adalah...”

                “Aku yang mau bertemu denganmu, orang paling sibuk didunia”

                Suara yang tidak asing itu membuatku menoleh pada sumber suara. Sekali lagi orang sialan itu muncul dihadapanku sambil tersenyum tanpa dosa.

                “Kau lagi...sebenarnya apa maumu?” Tanyaku, kesal.

                Himchan sepertinya tidak bisa berhenti membuatku ingin menendangnya jauh-jauh.

                “Hanya ingin mengunjungi sahabat kecilku”

                Jawabnya sambil tersenyum, membuatku melemparkan pandangan sinisku padanya.

                “Kau boleh keluar”

                Sahutku pada Shin Young, ia lalu mengangguk dan segera keluar ruangan sambil sebelumnya menatap Himchan dengan malu-malu, sementara Himchan mengedipkan sebelah matanya pada Shin Young yang kini melewatinya. Ia memang orang brengsek yang dengan mudahnya mempermainkan semua wanita didekatnya.

                “Aku tidak percaya kau bahkan tidak tertarik dengan sekretarismu yang cantik itu, kau memang menyebalkan Bang Yongguk”

                Sahut Himchan kemudian sambil membanting dirinya di sofa.

                “Tidak ada waktu memikirkan hal seperti itu”

                Balasku sambil kembali membaca dokumen dimejaku.

                “Itulah mengapa hidupmu menjadi begitu suram, kau tidak pernah sekalipun bersantai dan bersenang-senang. Yang kau lakukan hanyalah bekerja, bekerja dan terus bekerja tanpa henti. Mungkin sebentar lagi wajah menyeramkanmu itu akan semakin menyeramkan saat kau memasuki usia kepala tiga”

                Kata-kata Himchan itu membuatku saat ini ingin melayangkan tinju kewajahnya. Ia benar-benar menyebalkan dari apapun didunia ini. Oh, ia yang kedua setelah umma yang akhir-akhir ini menyuruhku untuk menikah.

                “Kalau yang kau lakukan disini hanya untuk mengganggu pekerjaanku sebaiknya kau pergi saja, aku tidak mau mendengar pembicaraan diluar pekerjaanku.” Jawabku, dingin.

                “Aku ini bukan hanya sahabatmu, tapi rekan kerjamu. Tidak seharusnya kau mengusirku begitu saat aku ingin memberimu penawaran.”

                Perkataan Himchan barusan membuatku kembali menoleh padanya. Apa ia bilang penawaran? Sebenarnya aku tidak pernah percaya padanya selain dalam urusan pekerjaan ataupun penawaran klien yang ia berikan padaku.

“Penawaran? Apa itu?” tanyaku, penasaran.

“Aku ingin kau bertemu dengan seseorang, kuharap kau menyukainya karena aku sangat menginginkan kau dan dia bisa menjalin hubungan dengan baik”

Sahutnya lagi, membuatku mengerutkan keningku. Apa yang ia maksud bertemu dengan klien atau orang dari perusahaan lain?

“Maksudmu kerja sama dengan perusahaan lain?” tanyaku lagi.

“Kalau kau mau, tahu minggu depan ikutlah denganku. Ingat ya, ini hanya kesempatanmu sekali seumur hidup jadi jangan sampai kau tidak datang.”

Sahut Himchan sambil tersenyum, ia lalu segera berdiri dan keluar dari ruangan, membuatku kembali mengerutkan dahiku tidak mengerti. Apa yang ada di dalam pikirannya itu?

 

                                                                                                ***

                Hari ini entah kenapa kepalaku terasa berat sekali. Semua proposal yang kukerjakan sejak dua bulan yang lalu hilang begitu saja. Aku sudah menyuruh semua bawahanku dikantor untuk kembali mencari berkas-berkas yang berhubungan dengan proposalku namun mereka tidak kunjung menemukannya, membuatku meluapkan emosi kepada semua bawahanku termasuk Shin Young, aku bahkan nyaris memecahkan kaca jendela kantor karena masalah itu. Aku merasa hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku. Aku tidak terbiasa dengan kegagalan dan kekacauan walaupun itu akibat ulahku sendiri. Jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal dan beristirahat dirumah. Mungkin nantinya moodku untuk bekerja bisa kembali seperti semula.

                TIIIINNNN

                BRRRAAAAKKKK

                Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Aku nyaris menabrak seorang wanita namun untungnya aku membelokkan mobilku kearah lain. Sebenarnya sama sekali tidak ada untungnya, mobilku menabrak palang pejalan kaki dan sepertinya bagian depannya ringsek.

                “!”

                Itu adalah kata pertama yang kukatakan saat turun dari mobil dan melihat kap depan mobilku pecah. Orang-orang bahkan saat ini mulai berhenti dan melihatku dan mobilku yang penuh dengan asap.

                Dengan cepat aku menoleh untuk melihat siapa wanita bodoh yang menyebrangi jalan saat lampu merah menyala. Kalaupun ia wanita tua, aku tetap akan memarahinya hingga emosiku turun sampai batas sewajarnya.

                Dia...

                Aku sempat ingin kembali dan melupakan janjiku untuk memarahi orang yang telah membuat mobilku ringsek saat aku sadar siapa wanita yang nyaris kutabrak. Tapi aku sudah terlanjur mendatanginya. Aku harus bisa mengontrol emosiku saat ini, tapi kelihatannya tidak bisa.

                “! Kau lagi?!”

                Lihat? Aku sama sekali belum bisa mengontrol emosiku dan malaikatku kini harus ikut-ikutan merasakan amarahku.

                “Ka-kau...”

                Ia tergagap dan terlihat ketakutan saat menatapku. Aku menyukai ekspresinya, namun saat ini emosiku mengalahkan apapun yang ada didepanku.

                “Lihat apa yang telah kau lakukan pada mobilku!”

                Sahutku dengan marah sambil menunjuk mobilku yang kini terlihat sangat menyedihkan.

                “Ma-maafkan aku...”

                Baiklah, tanpa meminta maaf aku sudah memaafkannya. Aku bahkan rela membuang mobil itu demi malaikatku seorang. Tapi saat ini sepertinya tidak...

                “Maaf?! Kau pikir maaf bisa membuat mobilku kembali seperti semula? Aku minta ganti rugi”

                Banyak hal dalam diriku yang masih belum bisa kukendalikan dan salah satunya adalah emosiku saat ini. Aku tidak mengerti kenapa tapi aku tidak bisa menahan diriku sendiri.

                  Maafkan aku...  

                “Ta-tapi...”

                “Aku tidak peduli kau punya uang atau tidak, kau harus ganti rugi”

                Sepertinya aku sendiri tidak bisa menahan kata-kata yang keluar dari mulutku. Kata-kata yang kuakui seharusnya tidak kuucapkan padanya. Aku tidak bisa menahan diriku.

                 Maafkan aku...

                “Kenapa diam, hah? Kau tidak mau tanggung jawab?”

                “Ma-maafkan aku...aku akan menggantinya tapi tidak sekarang. Aku...”

                “Kau belum menerima gajimu, begitu? Entah kenapa saat aku bertemu denganmu hidupku langsung menjadi sial. Apa kau ini memang pembawa sial?”

                Setelah ini aku akan menyakitiki diriku sendiri. Aku akan menyakitiki diriku karena mengatakan hal yang kejam padanya. Aku akan menyakiti diriku sendiri.

            “Hah! Lupakan saja, kau membuatku frustasi. Kuharap ini yang terakhir kali, jangan sampai kita bertemu lagi karena aku tidak ingin terus-terusan mendapat kesialan karena gadis sepertimu.”

                Yongguk, kau berhasil membuat orang yang kau sukai jadi membencimu. Aku memang orang yang handal dalam membuat seseorang untuk langsung membenciku, meskipun aku tidak pernah ingin memiliki keahlian seperti itu.

                Setelah ini, setelah semua ini aku tidak ingin lagi menampakkan wajahku didepannya. Meskipun nantinya jika harus bertemu dengannya, aku akan mencoba memandanginya dari jauh tanpa membuatnya tahu kalau aku sedang memperhatikannya. Ia pasti akan membenciku, sangat membenciku. Dan aku tidak mau kalau nantinya ia terang-terangan memperlihatkan rasa bencinya padaku. Aku memang orang yang egois.

 

                                                                                                ***

                “Hyung, apakah kau baik-baik saja?”

                Junhong menatapku dengan cemas. Kami sedang makan siang di sebuah restoran. Entah kenapa aku kembali mengingat perkataan yang kulemparkan pada malaikatku beberapa hari yang lalu. Kuharap ia tidak tersakiti karena perkataanku. Aku benar-benar merasa menyesal sejak hari itu.

                “Ah ne, aku baik-baik saja.” Sahutku sambil mencoba tersenyum. Aku sengaja mengajak Junhong makan siang karena sejak beberapa minggu yang lalu sampai sekarang aku belum bisa meluangkan waktuku untuknya, padahal ia baru saja sampai di Korea.

                Junhong ikut tersenyum melihatku. Ia sudah kuanggap seperti dongsaengku sendiri sejak kami kecil. Tepatnya aku, Himchan, dan Junhong kami selalu bersama dulu saat di Amerika. Aku terbiasa over protektif padanya saat teman-temannya dulu sering membullynya, sekarang ia bahkan sudah tumbuh lebih tinggi dariku dan bisa menjaga dirinya. Kuharap ia menjadi pria yang tangguh, jadi aku tidak terus-terusan memposisikan diriku seperti ayahnya.

                “Junhong-ah, apa kau pernah menyukai seseorang?”

                Entah kenapa pertanyaan itu langsung muncul tanpa kusadari. Membuat Junhong kini menatapku dengan aneh.

                “Apa maksudmu ini tentang wanita, hyung?” tanyanya balik. Aku kemudian mengangguk.

                “Kalau tentang wanita, sebenarnya akhir-akhir ini ada gadis yang membuatku tertarik.” Jawabnya sambil tersenyum malu, membuatku ikut tersenyum melihat ekspresinya yang lucu.

                “Apakah ia gadis yang baru saja kau temui?” tanyaku lagi, sepertinya aku mulai tertarik menanyakan masalah ini padanya.

                “Ah ne... dia seorang nuna yang baik hati, aku tidak yakin apakah aku menyukainya atau tidak. Tapi ia benar-benar baik dan punya hati yang lembut.” Jawab Junhong sambil menggaruk belakang kepalanya dengan malu-malu. Sepertinya ia benar-benar menyukai orang yang ia maksud.

                “Hahah sepertinya kau mulai tumbuh dengan pesat.” Aku tertawa menggodanya membuatnya menatapku dengan cepat.

                “Yah Hyung!” Junhong ikut tertawa. Ia terlihat sangat bahagia akhir-akhir ini, kurasa ia akan lebih nyaman tinggal di Korea. Karena sejak dulu ia selalu terlihat murung dan sulit berbicara dengan orang lain. Kuharap ia bisa melupakan tentang masalah keluarganya yang sejak dulu tidak pernah memperhatikan dan mengerti tentang dirinya.  

                “Tapi hyung, kenapa kau tiba-tiba saja menanyakan hal ini?” tanyanya kemudian.

                “Entahlah, aku hanya ingin tahu saja.” Jawabku seadanya, membuat Junhong mengangguk sambil kembali memakan makanannya.

 

                                                                                                ***

                Entah kenapa tapi akhir-akhir ini aku terus-terusan menghadapi hal yang sama sekali tidak pernah kupikirkan sebelumnya. Berawal dari bertemu dengan malaikatku, kini aku bahkan ingin membanting kepalaku berkali-kali ketembok. Apakah aku tidak bermimpi? Apakah ini semua nyata?

                Himchan merancang semuanya dan kini aku harus menikah dengan malaikatku. Ini seperti mimpi di siang bolong, aku bahkan belum pernah memikirkan hal seekstrim ini. aku tidak pernah berani memikirkan hal seperti ini. Disisi lain aku akan jadi gila jika harus menikah dengannya, namun disisi lain aku merasa sangat bahagia. Aku tidak bisa mengatakan sebesar apa perasaan bahagiaku saat ini, aku benar-benar sangat bahagia. Kali ini aku harus berterimakasih pada Himchan atas apapun itu. Aku berterimakasih pada Himchan karena telah melakukan semua ini.

                Tapi jelas saja, semua hal buruk yang kulakukan di masa lalu tidak akan begitu saja memudar dengan cepat. Malaikatku terlihat sangat membenciku, ia bahkan menunjuk-nunjuk wajahku saat kami bertemu di kafe. Hatiku merasa sakit, tapi itu bukan salahnya karena ia memang seharusnya membenciku. Itu bukan salahnya, tapi tetap saja aku merasa kecewa jika ia terang-terangan memperlihatkan rasa bencinya padaku.

                Jadi aku ingin memperbaiki semua ini. Saat membicarakan masalah pernikahan ini, aku terus berbohong  tidak ingin menikahinya, aku terus berbohong menyesal bertemu dengannya. Karena pada dasarnya aku orang yang egois, aku sama sekali tidak ingin memperlihatkan kelemahanku di depannya. Aku ingin menyusun semuanya secara matang, membuat perjanjian pernikahan selama dua tahun, itu semua hanya omong kosong. Aku tidak akan bercerai dengannya sampai kapanpun. Aku akan terus menggenggamnya bersamaku. Aku memang sudah gila karena pergi terlalu jauh, tapi bagaimanapun juga, sampai kapanpun juga aku tidak akan pernah bisa melihatnya nanti menikah dengan pria lain. Itu adalah hal yang tidak ingin kubayangkan sama sekali, jadi aku tidak akan melepasnya sampai kapanpun. Aku akan terus mengikatmu, Song Jieun. Akan terus mengikatmu sampai kapanpun.

 

                                                                                                ***

                Aku menjadi gila hari demi hari.

                Saat melihat seorang pria yang menggendong tubuh malaikatku keatas kasur dikamarnya di rumah sakit itu, aku merasa ingin menghajar orang itu dengan cepat. Aku tidak ingin ada pria lain yang menyentuhnya, meskipun seujung jari. 

                Untungnya aku bisa mengontrol emosiku saat itu. Tapi tetap saja aku malah melemparkan kekecewaanku pada malaikatku. Aku menyalahkannya terus-menerus dan kini membuatnya menangis. Untuk pertama kalinya hatiku merasa sangat sakit saat melihat malaikatku mengeluarkan bulir air matanya. Aku tidak tahan melihatnya seperti itu sehingga tubuhku reflek memeluknya. Aku memeluknya meskipun ia sempat mencoba untuk mendorong tubuhku. Namun aku memeluknya kuat, aku ingin ia merasakan bagaimana perasaanku yang sebenarnya padanya. Aku ingin ia merasakan bagaimana jantungku terus-terusan berdetak begitu cepat hanya karena dirinya. Aku juga menginginkan diriku untuk mendekap tubuh mungilnya. Aku menginginkan saat-saat dimana hanya aku dan malaikatku seperti ini. Hanya kami berdua dikamar ini.

                Akal sehatku hilang begitu saja, aku tidak memikirkan hal lain  saat ini. Aku terus mencium bibirnya dengan segenap perasaanku, merasakan bagaimana rasa kopi di dalamnya membuatku tidak bisa berhenti untuk mengakhiri semua ini. Tidak puas sampai disana, aku turun kelehernya. Membuat teritori tersendiri, bahwa ia sepenuhnya milikku. Leher putihnya kini mulai memerah, aku tidak pernah puas untuk melakukan semua ini. Aku tidak ingin mengakhirinya sampai kapanpun, namun malaikatku kini berusaha menghentikanku. Ia tidak mengatakan apapun lewat bibirnya, namun ia menatapku. Menatapku untuk membuatku mengerti bahwa aku sudah pergi terlalu jauh.

 

                                                                                                ***

                “Kau tidak boleh menyentuhnya lagi.” Perkataaan Himchan itu terdengar mengancam di telingaku, dan sejujurnya itu membuatku sedikit takut.

                “Tidak boleh menyentuh Jieun? Hah, setelah membuatku melakukan semua ini sekarang kau malah melarangku untuk menyentuhnya.” Aku berusaha untuk sedikit mengejek ancamannya, namun kelihatannya tidak berhasil.

                “Kau mau menikah dengannya hanya karena tidak ingin membuat harga dirimu jatuh didepan banyak orang, jadi yang harus kau lakukan hanyalah menikah dan jangan pernah mendekatinya ataupun menyentuhnya seperti itu lagi.” Entah mengapa tapi tidak biasanya Himchan menatapku begitu tajam seperti saat ini. Ia serius dengan perkataannya, ia sepertinya sangat tidak menginginkanku jika aku mempermainkan malaikatku, meskipun aku tidak bermaksud sama sekali untuk mempermainkan malaikatku.

                “Tentu, aku juga sudah membicarakan semuanya dengannya. Kami akan bercerai setelah dua tahun berlalu. Selama itu aku tidak akan mendekatinya atau menyentuhnya lagi.”

                Aku terus-terusan berbohong untuk menutupi perasaanku saat ini. Entah kenapa, tapi aku tidak ingin orang-orang tahu kalau sebenarnya aku menyukai malaikatku lebih dari apapun itu. Aku tidak ingin orang-orang tahu. Bahkan Himchan sekalipun, kalau aku terlalu menyukai malaikatku.

 

                                                                                                ***

                Aku menghentikan mobilku sambil mengamati mobil Junhong dari perempatan jalan. Dari tempat itu aku dapat melihat dengan jelas Junhong dan malaikatku yang masih berada di dalam mobil. Apa yang sedang mereka bicarakan? Mereka berdua terlihat begitu serius. Aku tidak tahu kenapa aku tidak bisa berhenti mengawasi gerak-gerik mereka saat ini. 

                Sampai akhirnya Aku sadar apa yang selanjutnya terjadi. Tubuhku serasa membeku saat melihat Junhong mencium malaikatku tepat dibibirnya untuk waktu yang cukup lama. Tubuhku terasa kaku, aku bahkan hanya bisa terdiam sejenak melihat semua itu. Hatiku terasa sangat sakit, mengingat apa yang pernah Junhong katakan padaku. Nuna yang baik hati baginya, ia menyukai malaikatku. Ia menyukai malaikatku dan aku sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi. Aku tidak akan membiarkan siapapun untuk menyentuh malaikatku. Aku tidak akan membiarkan siapapun itu, meskipun dongsaeng yang kusayangi selama ini. Aku tidak akan membiarkannya menyentuh malaikatku.

                Tidak seujung jari pun...

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...