Another Day

Mr.Coffee

“Tidak boleh menyentuh Jieun? Hah, setelah membuatku melakukan semua ini sekarang kau malah melarangku untuk menyentuhnya.” Yongguk tersenyum mengejek sambil menyandarkan tubuhnya di bangku itu.

                “Kau mau menikah dengannya hanya karena tidak ingin membuat harga dirimu jatuh didepan banyak orang, jadi yang harus kau lakukan hanyalah menikah dan jangan pernah mendekatinya ataupun menyentuhnya seperti itu lagi.” Balas Himchan, matanya kontras menatap Yongguk yang sekarang balik menatapnya.

                “Tentu, aku juga sudah membicarakan semuanya dengannya. Kami akan bercerai setelah dua tahun berlalu. Selama itu aku tidak akan mendekatinya atau menyentuhnya lagi.” Sahut Yongguk datar sambil tersenyum menantang.

                “Perkataanmu seolah semuanya akan berakhir seperti yang kau harapkan, Yongguk.” Himchan ikut tersenyum melihat sahabatnya itu.

                “Karena aku memang ingin semuanya berakhir seperti yang kuharapkan.” Jawab Yongguk lagi, ia lalu berdiri dan berjalan menuju kamar Jieun. Himchan ikut berdiri dari duduknya sambil mengikuti Yongguk dari belakang.

               

                “Ayo makan ini Jieunnie! Kau tahu? Ini akan membuat kakimu cepat sembuh! Ayo makan brokoli ini!” Hyosung berusaha menyuapi Jieun dengan paksa, namun Jieun tetap bersikeras menutup mulutnya dengan kedua tangan.

                “Unnie sudahlah, aku tidak bisa makan sebanyak itu, sudah kubilang ‘kan kalau aku sudah makan. Lagi pula aku hanya patah kaki unnie, aku tidak perlu makan sebanyak itu.” Sahut Jieun berusaha membuat Hyosung berhenti memaksanya makan.

                “Hanya patah kaki? Kau bilang ‘hanya’? Aishh kau ini keras kepala sekali! Ayo makan ini! Cepat makan!” Hyosung berdiri dari duduknya sambil berusaha memasukkan brokoli kedalam mulut Jieun, namun Jieun masih tetap  menutup mulutnya dengan kedua tangan, tidak peduli seberapa gigih unnienya untuk menyuapinya.

                “Hyosung-ssi, kau akan membunuh saengmu jika memaksanya seperti itu.” Tiba-tiba saja Himchan muncul dari balik pintu bersama Yongguk di sampingnya.

                Jieun yang sedari tadi menatap Yongguk masuk keruangan itu kini kembali memalingkan wajahnya saat mata mereka berdua saling bertemu. Himchan yang menyadari hal itu hanya bisa tersenyum melihat wajah Jieun yang memerah dan tingkah sahabatnya yang tetap saja tak acuh dengan keadaan di sekitarnya.

                “Ah... tuan Kim, aku hanya berusaha untuk membuat anak ini makan dengan lahap. Tapi tetap saja ia selalu membuat dirinya untuk jadi kurus kering seperti ini.” Sahut Hyosung sambil tertawa canggung.

                “Sebaiknya aku mengantarkanmu pulang Hyosung-ssi, berhubung ini sudah malam.” Kata Himchan kemudian sambil memberikan kode pada Hyosung lewat matanya.

                “Ah... ya aku memang sebaiknya pulang, Hana dan Daehyun pasti mencariku nantinya.” Balas Hyosung seakan mengerti dengan kode yang di berikan Himchan.

                “Yaa unnie tidak menemaniku disini? Menginap saja disini semalam, kumohon unnie.” Sahut Jieun dengan wajah memelas membuat Hyosung merasa kasihan dengan saengnya itu.

                “Mian Jieunnie, tapi aku harus pulang. Hana pasti membutuhkanku untuk membantunya membuat makan malam untuk Daehyun.” Jawab Hyosung mencari alasan yang tepat.

                “Uh...baiklah.” balas Jieun dengan sedih.

                “Baiklah, ayo kita pergi. Sampai nanti Jieun. Kau juga, Yongguk.” Sahut Himchan tersenyum sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Ia dan Hyosung pun keluar dari ruangan itu.

                Kini hanya ada Jieun dan Yongguk di ruangan itu. Suasana menjadi hening seketika setelah Hyosung dan Himchan pergi. Jieun masih merenggut sambil menoleh kearah lain, saat ini ia bahkan tidak bisa menatap mata Yongguk. Ia takut kalau-kalau wajahnya akan berubah merah karena namja di depannya itu. 

                “Aku sudah membicarakannya dengan Himchan. Kita akan menikah dua bulan lagi setelah melihat kondisimu yang seperti itu.” Sahut Yongguk tiba-tiba. Ia duduk di sofa disudut ruangan sambil mengeluarkan ponselnya.

                “Baiklah...” Jawab Jieun seadanya. Ia masih kehabisan kata-kata untuk menjawab pernyataan Yongguk. Entah kenapa Jieun masih memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu, saat Yongguk memberikan ciuman yang lembut dan membuatnya menjadi hilang akal seketika. Ia bahkan tidak percaya kalau namja yang dingin itu bisa berubah menjadi sangat lembut saat kejadian itu berlangsung. Meskipun Jieun tidak mau mengingat hal itu lagi namun di kepalanya masih terbayang dengan jelas bagaimana ia dan Yongguk untuk pertama kalinya berada pada jarak sedekat itu, selain itu Jieun juga masih mengingat bau parfum Yongguk yang memabukkan akal sehatnya.

                Pipi Jieun kembali berubah menjadi merah seketika. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menepuk pipinya yang terasa panas. Yongguk yang sibuk dengan ponselnya hanya melirik tingkah bodoh Jieun yang terkesan kekanakan di matanya. Ia lalu kembali berkutat dengan ponsel di tangannya itu.

                “Ka-karena kakiku patah aku tidak mau tinggal di apartemen itu. Untuk sementara sampai kita menikah nanti aku akan kembali tinggal di tempat Hyosung unnie.” Sahut Jieun tiba-tiba membuat Yonggguk menatap Jieun, namun Jieun masih mengarahkan pandangannya ke tempat lain.

                “Apa maksudmu? Kau tidak mencoba kabur ‘kan?” tanya Yongguk dingin.

                “Te-tentu saja tidak. Akan kupastikan kalau kita tetap akan menikah. Tapi aku ingin kembali tinggal di rumah Hyosung unnie, dengan kaki seperti ini aku hanya akan merepotkanmu nantinya.” Jawab Jieun, suaranya sedikit bergetar menjawab pertanyaan Yongguk.

                “Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk saat ini. Yang harus kau lakukan adalah secepatnya menyembuhkan kakimu itu.” Balas Yongguk kemudian, ia lalu menutup ponselnya sambil berdiri menatap Jieun.

                “Kau tidak perlu memikirkan apa yang  terjadi hari ini. Anggap saja semuanya tidak pernah terjadi. Besok aku akan mengantarkanmu ke tempat wanita bernama Hyosung itu.” Sahut Yongguk lagi, membuat Jieun terdiam mendengar perkataan namja didepannya itu.

                “Kau mau kemana?” tanya Jieun kemudian saat Yongguk berjalan ke pintu.

                “Aku ada urusan penting, besok pagi aku baru akan kembali untuk menjemputmu.” Jawab Yongguk datar. Ia lalu keluar dari ruangan itu sambil menutup pintu, membuat Jieun melongo dengan sikap acuh tak acuhnya. Ia tidak percaya dengan perkataan Yongguk yang menyuruhnya untuk menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Seketika ia menjadi kesal dengan dirinya sendiri, ia kembali kesal dengan dirinya yang mudah terjatuh karena Yongguk.

                “Bang Yongguk sialan.” Sahut Jieun kesal sambil mengepalkan kedua tangannya dengan geram.

 

                Disisi lain Yongguk kembali ke apartemennya sendirian. Ia membanting tubuhnya di sofa sambil memijit keningnya. Sesaat kemudian ia menatap lurus, memandangi pemandangan malam kota Seoul dari jendela apartemennya yang lebar. Ia kembali mengingat kejadian di rumah sakit. Meskipun ia telah mencoba untuk melupakannya namun tetap saja bayangan-bayangan itu masih terlintas dipikirannya. Ada rasa menyesal dan perasaan lain yang mengganjal hatinya. Ia menyesal karena telah melakukan perbuatan yang seharusnya tidak ia lakukan. Namun disisi lain perasaan berbeda yang muncul itu membuatnya tidak bisa berhenti memikirkan yeoja yang selalu merepotkannya itu.

                Ia pun menyandarkan tubuhnya di sofa. Kepalanya menengadah menatap langit-langit apartemennya. Pikirannya seakan mengambang saat ia mencoba mengingat kembali rasa di bibir mungil Jieun. Ia sudah terlanjur berjanji pada Himchan untuk tidak menyentuh Jieun, namun pikiran dan hatinya tetap berontak untuk merasakan rasa favoritnya itu. Yang ia inginkan adalah merasakannya lagi suatu saat nanti.

                “Kau menyusahkanku Song Jieun...” sahutnya lirih sambil menghela nafas panjang.

 

                                                                                                ***

                “Jieun! Aku merindukanmu!” Hana langsung memeluk Jieun seketika saat Jieun turun dari mobil, di bantu oleh Yongguk.

                “Aku juga merindukanmu Hana” sahut Jieun sambil tersenyum. Pagi itu Yongguk benar-benar mengantarkan Jieun kembali ke rumah Hyosung. Jieun dan Hana kemudian berpelukan cukup lama.

                “Aigoo kau seperti pergi bertahun-tahun saja Jieun dan saat kembali kau malah berjalan dengan kaki seperti itu.” Sahut Hana sambil menepuk pipi Jieun dengan gemas.

                “Hahah aku tahu kau sangat merindukanku.” Jawab Jieun dengan sedikit aegyo membuat Hana tertawa melihat sahabatnya itu.

                “Hana, ini Bang Yongguk.” Sahut Jieun kemudian sambil mengenalkan Hana pada Yongguk yang berdiri di sampingnya.

                “Bang Yongguk imnida.” Sahut Yongguk dengan suara bassnya, membuat Hana tersenyum seketika.

                “Jung Hana imnida.” Balas Hana kemudian sambil membungkkan tubuhnya memberi salam.

                “Kuharap saat kau menikah dengan Jieun nanti kau bisa menjaganya dengan baik. Selain itu jangan menunda untuk membuatnya hamil, ya. Sejak dulu Jieun sangat menyayangi anak-anak.” Kata Hana lagi sambil tersenyum membuat Jieun melotot mendengar perkataan Hana yang tiba-tiba dan terdengar ekstrim di telinganya.

                “Hana!” Jieun mencengkeram tangan sahabatnya itu sambil memberikan tatapan membunuh.

                “Aissh kau menyakitiku Jieun.” Balas Hana dengan wajah tidak bersalah.

                Sementara Yongguk hanya tersenyum seadanya tanpa menjawab pernyataan Hana.

                “Baiklah, aku pergi dulu.” Sahut Yongguk kemudian sambil bergegas masuk ke mobilnya.

                “Mwo? Cepat sekali. Kau tidak masuk dan minum teh dulu? Jieun, kenapa kau tidak menawari calon suamimu untuk masuk?” tanya Hana polos membuat Jieun kali ini benar-benar menatap sebal pada sahabatnya itu.

                “Aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku. Selain itu, aku kesini juga hanya untuk mengantarkan Jieun.” Jawab Yongguk menjelaskan, yang dibalas dengan anggukan mengerti Hana. Ia lalu segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu setelah berpamitan pada Hana dan Jieun.

                “Jieun, kau kenapa bertingkah dingin seperti itu pada namja sebaik Yongguk?” tanya Hana tiba-tiba sambil membantu Jieun berjalan dengan tongkatnya masuk kerumah.  

                “Baik apanya? Kau tidak tahu ia itu orang seperti apa.” Jawab Jieun, masih sebal pada Hana.

                “Aku memang tidak tahu ia orang seperti apa, tapi kelihatannya ia orang yang baik. Selain itu... aku juga menyukai suara bassnya. Apa kau tidak berpikir kalau suaranya itu keren?” tanya Hana mencoba menggoda Jieun.

                “Apanya yang keren? Dengan suara seperti itu dia hanya bisa menakutiku.” Balas Jieun dengan kesal.

                “Aishh kau tiba-tiba saja jadi gadis yang pemarah Jieun. Kau bukan Jieun yang biasanya.” Balas Hana kemudian.

                “Terserah padamu. Tapi aku benar-benar tidak menyukai namja itu.” Jieun merenggut sebal, membuat Hana tertawa melihat ekspresi kesal sahabatnya.

                “Apakah Hyosung unnie pergi ke kafe?” tanya Jieun tiba-tiba sambil mengamati seisi rumah.

                “Ya, ia tetap harus bekerja seperti biasanya ‘kan.” Jawab Hana.

                “Kalau begitu apa lusa nanti kau saja yang menemaniku pergi kerumah sakit? Berhubung Hyosung unnie kelihatannya sangat sibuk dengan pekerjaan kafe.” Tanya Jieun pada Hana.

                “Kerumah sakit?” tanya Hana balik sambil mengerutkan keningnya tidak mengerti.

                “Setiap minggu aku diminta datang kerumah sakit untuk mengecek keadaan kakiku.” Jawab Jieun.

                “Oh baiklah, kau tidak perlu khawatir. Aku akan menemanimu.” Kata Hana sambil tersenyum.

                “Gomawo Hana.” Balas Jieun ikut tersenyum.

                “Ah Jieun, sudah beberapa hari ini kau tidak pergi ke universitas ‘kan? Apa tidak apa-apa?” tanya Hana tiba-tiba.

                “Asalkan aku bisa mengikuti tes dan mendapatkan nilai yang baik kupikir tidak apa-apa. Mata kuliah yang diberikan juga tidak begitu banyak lagi. Selain itu hanya tinggal menghitung bulan, dan kita akan lulus ‘kan?” sahut Jieun kemudian.

                “Sepertinya aku memang tidak perlu mencemaskanmu. Kau pasti akan lulus dengan nilai yang baik, tidak perlu bersusah payah juga kau pasti akan segera lulus.” Kata Hana tersenyum pada Jieun yang hanya dibalas dengan senyuman oleh Jieun.

                “Ada apa dengan kaki Jieun nuna?” Suara itu tiba-tiba saja muncul dari belakang, membuat Jieun dan Hana mengarahkan pandangan pada orang yang sama.

                “Hei, dari mana saja kau? Kau seharusnya membantu nunamu saat sedang kesulitan ‘kan?” tanya Hana mulai kesal dengan dongsaengnya itu, kali ini ia membawa roti manis ditangannya.

                “Aku mencari makanan di dapur, tapi entah kenapa tiba-tiba saja kulkasnya kosong. Apa nuna menyembunyikan semua makanan dariku?” tanya Daehyun balik pada Hana.

                “Tentu saja aku harus menyembunyikannya. Kalau tidak kita akan bangkrut karena perilakumu itu. Selain itu kenapa kau bisa mendapatkan roti itu? Kau mencurinya?” kata Hana dengan sebal.

                “Tidak. Aku menemukannya di kamar nuna, jadi aku mengambilnya.” Jawab Daehyun sambil memakan rotinya.

                “Kau masuk kekamarku sembarangan?! Dasar bocah sialan!” Hana menggeram kesal, ia nyaris memukul kepala Daehyun dengan tinjunya namun ditahan oleh Jieun.

                “Hana sudahlah, kau terlalu berlebihan.” Sahut Jieun sambil tertawa melihat tingkah kedua kakak beradik itu.

                “Yah! Jieun jangan tertawa, aku sedang marah padanya.” Sahut Hana, namun Jieun tetap tertawa melihat ekspresi marah Hana.

                Tiba-tiba saja suara dering telepon rumah berbunyi membuat Hana reflek meninggalkan ruang tengah menuju ruang keluarga untuk menjawab telepon.

                “Hahah Daehyun-ah, kau lucu sekali. Hana tidak pernah naik emosi secepat itu saat menghadapi seseorang.” Sahut Jieun pada Daehyun di sela-sela tawanya.

                Daehyun yang melihat Jieun tertawa kini ikut tersenyum dengan sendirinya. Ia menatap Jieun sambil mengamati wajah nunanya itu.

                “Yah! Jangan melihatku seperti itu Daehyun-ah.” Sahut Jieun saat sadar kalau sejak tadi Daehyun menatapnya tanpa berkata apa-apa.

                “Nuna terlihat lebih cantik saat tertawa dari pada menangis.” Jawab Daehyun sambil tersenyum membuat Jieun mengerutkan dahinya.

                “Saat menangis?” tanya Jieun tidak mengerti.

                “Ah maksudku...nuna benar-benar terlihat sangat cantik saat tertawa.” Kata Daehyun sambil tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapi. Jieun ikut tersenyum melihat namja didepannya itu.

                “Nuna mau kemana?” tanya Daehyun saat melihat Jieun yang mulai berjalan dengan susah payah menggunakan tongkatnya.

                “Aku mau kekamar, Daehyun-ah.” Jawab Jieun sambil berjalan menuju tangga.

                “Yah! Nuna kau tidak bisa melakukannya sendiri.” Daehyun menghampiri Jieun yang mulai naik ke anak tangga pertama.

                “Gwenchana Daehyun-ah, aku sudah berlatih saat di rumah sakit.” Kata Jieun sambil perlahan naik ke anak tangga selanjutnya, namun di tahan oleh Daehyun.

                “Pegang saja kedua tongkatnya nuna.” Sahut Daehyun sambil memegangi pinggang Jieun agar tidak limbung.

                “Ah tidak usah Daehyun-ah, aku bisa sendiri...” sebelum Jieun sempat menyelesaikan kata-katanya Daehyun langsung menggendong tubuh Jieun dengan enteng. Jieun sempat terkejut karena Daehyun dengan mudah mengangkat tubuhnya naik ke atas tangga.

                “Yah! Daehyun-ah! Turunkan aku. Aku bisa melakukannya sendiri.” Sahut Jieun, namun Daehyun tidak mendengarkan perkataannya. Ia terus menggendong Jieun sampai kekamar dan meletakkan Jieun dengan hati-hati di atas kasur.

                “Yaa Daehyun-ah, kenapa kau melakukan ini? Aku jadi tidak terbiasa nantinya kalau harus naik ke atas tangga sendirian.” Protes Jieun pada Daehyun yang kini duduk di pinggir kasur Jieun.

                “Kalau begitu biar saja aku yang akan menggendongmu selama kakimu belum sembuh.” Balas Daehyun membuat Jieun tertawa melihat ekspresi datar Daehyun.

                “Hahah sudahlah Daehyun-ah, jangan membuatku tertawa terus-terusan karena ekspresi polosmu itu.” Sahut Jieun di tengah-tengah tawanya.

                “Nuna aku serius, kalau perlu aku akan menggendongmu ke manapun selama kakimu belum bisa berjalan dengan baik.” Daehyun menatap Jieun yang kini berhenti tertawa.

                “Jeongmal gomawo Daehyun-ah.” Kata Jieun kemudian sambil tersenyum.

                “Kau dongsaeng yang baik, tapi jujur saja aku tidak ingin merepotkanmu. Aku sudah banyak merepotkan nuna mu. Hyosung unnie dan Hana, mereka selalu membantuku di saat aku sedang dalam masalah. Mereka adalah keluarga terbaik bagiku. Aku tidak ingin menyusahkan mereka lagi dan aku juga tidak ingin menyusahkanmu Daehyun-ah. Kita memang tidak terlalu mengenal satu sama lain, tapi aku tahu kalau kau adalah orang yang baik. Kau begitu baik seperti kedua nunamu.” Jieun tersenyum sambil reflek mengusap rambut Daehyun, membuat Daehyun kini tidak bisa berhenti menatap gadis di depannya itu.

                Jieun masih tersenyum sambil mengusap kepala Daehyun, kini tidak ada kata yang keluar dari keduanya.

                “Nuna, boleh aku meminta satu hal padamu?” tanya Daehyun tiba-tiba.

                “Apa itu Daehyun-ah?” tanya Jieun balik.

                “Daehyun! Sudah kubilang jangan masuk ke kamarku dan Jieun sembarangan!” Hana yang kini berada di depan pintu kamar memasang tatapan membunuh pada Daehyun. Jieun dan Daehyun kini melihat ke arah Hana yang sedang mengisyaratkan Daehyun untuk segera keluar dari kamarnya. Daehyun yang melihat nunanya itu lalu segera berdiri dari duduknya sambil berjalan keluar kamar.

                “Hana, aku yang meminta Daehyun untuk mengantarkanku ke kamar. Jangan memarahinya.” Sahut Jieun pada Hana.

                “Sudahlah Jieun, kau tidak perlu membela anak itu. Sejak dulu dia memang selalu seenaknya.” Balas Hana sambil duduk di atas kasur, berhadapan dengan Jieun.

                “Ngomong-ngomong kenapa kau tidak meminta Yongguk saja untuk menemanimu lusa nanti?” tanya Hana pada Jieun.

                “Ani, orang seperti dia mana mungkin mau repot-repot menemaniku ke rumah sakit. Lagi pula ia orang yang sibuk, ia pasti akan bilang ‘aku ada urusan penting’.” Jawab Jieun sambil memasang wajah kesalnya.

                “Kau sepertinya tidak menyukai Yongguk. Bagaimana kalian akan hidup tentram kalau seperti itu?” tanya Hana lagi.

                “Kami tidak akan hidup tentram. Lagi pula pernikahan ini juga akan berakhir nantinya...” jawab Jieun lirih.

                “Apa maksudmu?” tanya Hana tidak mengerti.

                “Aku dan Yongguk sudah memutuskan kalau kami akan bercerai setelah dua tahun pernikahan kami.” Sahut Jieun membuat Hana melotot mendengarnya.

                “Mwo?! Apa-apaan itu?! Kalian gila?! Kenapa kalian membuat perjanjian seperti itu?!” tanya Hana tidak percaya.

                “Yah! Jangan berlebihan, Hana. Kami berdua sejak awal memang tidak cocok, tapi Himchan memaksa kami untuk menikah. Ia bahkan sudah mendaftarkan status kami sebagai suami-istri.” Sahut Jieun lagi sambil menghela nafas.

                “Tapi kenapa? Kalau begitu langsung bercerai saja ‘kan?” tanya Hana pada Jieun.

                “Awalnya kupikir memang begitu. Tapi ternyata bercerai bukan keputusan yang tepat. Selain daftar di riwayat hidup berubah, kami juga  harus memikirkan kembali kehidupan kami selanjutnya.” Jawab Jieun sambil tertunduk lesu.

                “Aigoo kalian berdua memang sangat malang.” Sahut Hana dengan ekspresi prihatin. Ia tahu kalau dalang semua ini adalah unnienya, namun ia tidak mau kalau nantinya Jieun membenci Hyosung karena ia dan Himchan bekerja sama untuk membuat Jieun menikah.

                “Ah! Selain itu... sepertinya Hyosung unnie juga ikut bekerja sama dengan Himchan.” Sahut Jieun tiba-tiba membuat Hana tercekat mendengarnya.

                “Da-dari mana kau bisa menyimpulkan hal itu, Jieun?” tanya Hana terbata-bata.

                “Yongguk bilang pasti ada orang terdekatku yang bekerja sama dengan Himchan untuk mendapatkan tanda tanganku, dan entah kenapa aku yakin itu Hyosung unnie. Ia terlihat sangat mengagumi Himchan, jadi mungkin saja ‘kan Himchan merayunya.” Sahut Jieun sambil memasang tampang polosnya pada Hana.

                “Hahah bisa saja ‘kan orang lain? Mungkin saja kau lupa pernah memberikan tanda tanganmu pada orang lain. Ingatanmu ‘kan tidak bagus, Jieun.” Balas Hana sambil berusaha tertawa, menyembunyikan kebohongannya.

                “Benar juga. Ingatanku memang akhir-akhir ini sangat buruk.” Sahut Jieun dengan wajah polosnya, membuat Hana merasa bersalah karena telah menipu sahabatnya itu.

                “Sudahlah Jieun, jangan di pikirkan. Sekarang beristirahatlah, aku akan turun untuk mempersiapkan makan siang nanti.” Kata Hana sambil bergegas keluar kamar yang hanya di balas dengan anggukan oleh Jieun.

                Hari itu Jieun berusaha untuk melupakan semua hal yang pernah terjadi, sesuai dengan perkataan Yongguk. Namun terkadang seberapa keraspun ia berusaha, bayangan-bayangan akan Yongguk tidak pernah hilang di kepalanya. Ia berharap dua tahun akan berlalu dengan cepat, ia terus berharap agar saat-saat di mana ia bisa segera keluar dari masalah pernikahan dan secepatnya bekerja di atas kakinya sendiri akan segera tercapai. Mimpi-mimpi itu selalu ia harapkan saat dimana ia bisa hidup di atas kakinya sendiri kelak.

 

                                                                                                ***

                “Nah Jieun, aku dan Daehyun akan pergi ke pasar yang tidak jauh dari rumah sakit ini. Ku harap saat kami selesai nanti dan datang menjemputmu kau juga sudah selesai dengan urusanmu.” Sahut Hana saat mengantarkan Jieun sampai di depan rumah sakit dengan mobilnya.

                “Ah ne. Terimakasih sudah mengantarkanku Hana.” Balas Jieun sambil tersenyum yang di balas dengan senyuman oleh Hana.

                “Sampai nanti nuna.” Sahut Daehyun yang duduk di samping Hana sambil melambaikan tangannya pada Jieun saat Hana mulai menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu. Jieun tersenyum membalas lambaian tangan Daehyun. Setelah mobil Hana benar-benar tidak tampak lagi, Jieun lalu bergegas masuk ke bagian informasi di rumah sakit itu.

                Tidak butuh waktu lama untuk menunggu gilirannya untuk mengecek keadaan kakinya. Setelah semua pemeriksaan berakhir ia pun segera keluar dari ruangan pemeriksaan dan melihat jam tangannya. Ia mengambil ponselnya untuk segera menelpon Hana, namun kemudian ia mengurungkan niatnya saat melihat seseorang yang tidak asing sedang berada di depan kolam di taman rumah sakit itu. Ia lalu berjalan dengan hati-hati menggunakan kedua tongkatnya dan mendekati namja yang sedang memberi makan ikan-ikan di kolam di depannya.

                “Youngjae-ah!” Sahut Jieun mendekati Youngjae yang kini menoleh padanya sambil tersenyum.

                “Nuna, apakah kau datang untuk mengontrol kondisi kakimu?” tanya Youngjae pada Jieun.

                “Ah ne. Setiap minggu aku harus ke rumah sakit untuk mengontrol kondisi kakiku ini.” Sahut Jieun sambil tersenyum yang dibalas dengan senyuman oleh Youngjae.

                “Apa yang kau lakukan? Memberi makan ikan? Kau tidak bekerja?” tanya Jieun sambil memerhatikan Youngjae yang masih memberi makan ikan-ikan di kolam.

                “Aku sedang dalam jam bebas tugas nuna, selain itu masih ada dokter lain yang menggantikanku.” Jawab Youngjae sambil menyudahi kegiatannya memberi makan ikan. Ia dan Jieun lalu duduk di bangku di depan kolam itu.

                “Bagaimana keadaan kakimu nuna?” tanya Youngjae sambil melihat kaki kanan Jieun.

                “Lebih baik dari sebelumnya. Tapi terkadang masih terasa sakit saat mulai berjalan.” Jawab Jieun.

                “Jangan memaksakan dirimu nuna.” Sahut Youngjae sambil tersenyum, yang dibalas anggukan mengerti oleh Jieun.

                “Ngomong-ngomong... namja yang bersamamu waktu itu...siapa dia?” tanya Youngjae tiba-tiba membuat Jieun terdiam sejenak. Ia tahu kalau yang dimaksud Youngjae adalah Yongguk.

                “Dia...calon suamiku.” Jawab Jieun lirih.

                “Mwo? Kau akan menikah dengannya?” tanya Youngjae sedikit terkejut.

                “Ah ne...” jawab Jieun lagi sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

                “Hahah ia terlihat sangat over protektif padamu.” Jawab Youngjae sambil tersenyum.

                “Ani, dia bukannya over perotektif, dia hanya egois.” Balas Jieun dengan cepat, membuat Youngjae terkekeh.

                “Yang kulihat dia sangat memperhatikan keadaanmu nuna.” Sahut Youngjae lagi, kali ini tidak di balas oleh Jieun.

                “Sepertinya kau tidak suka membicarakannya, ya?” tanya Youngjae yang melihat wajah kesal Jieun.

                “Kita memang tidak seharusnya membicarakan orang sepertinya.” Sahut Jieun dengan nada jengkel.

                “Hahah kalian berdua pasangan yang aneh.” Sahut Youngjae sambil tertawa.

                “Kami bukan pasangan!” jawab Jieun lagi, sebal melihat Youngjae menertawakannya.

                “Hahah arasso.” Youngjae tersenyum saat melihat wajah cemberut Jieun yang terkesan manis baginya.

                “Apa nuna kesini sendirian?” tanya Youngjae kemudian.

                “Ani, aku bersama temanku. Tapi ia ada urusan sebentar dan aku harus menunggunya untuk menjemputku.” Jawab Jieun.

                “Begitu, tapi sepertinya aku harus kembali bekerja nuna.” Sahut Youngjae saat ia sadar seorang perawat menatapnya dari kejauhan dan seolah menunggu Youngjae untuk mengakhiri pembicaraannya dengan Jieun.

                “Ah ne, sampai nanti Youngjae-ah.” Jawab Jieun sambil tersenyum.

                Youngjae ikut tersenyum sambil berdiri dari duduknya dan berjalan menuju perawat itu yang kini terlihat serius berbicara pada Youngjae sambil memberikan selembar kertas yang di lihat Youngjae secara seksama.

                Jieun pun tersenyum sambil memerhatikan wajah serius Youngjae dari kejauhan. Ia dan perawat itu kini berlalu ke dalam rumah sakit sambil terus berbicara satu sama lain.

                Kini Jieun duduk sendirian di taman sambil memandangi beberapa pasien dan perawat yang lalu lalang di lorong rumah sakit di depan taman itu. Sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja suara dering ponselnya membangunkannya dari lamunannya.

                “Yeoboseyo.” Sahut Jieun saat mengangkat ponselnya.

                “Jieun-ah, mianhae aku tidak bisa menjemputmu karena tiba-tiba saja Daehyun menghilang. Ia tidak membawa ponselnya dan saat ini aaku tidak bisa menemukan keberadaannya. Selain itu ia juga tidak hapal jalanan di Seoul, sepertinya aku harus mencarinya ke kantor polisi.” Hana berkata dengan panik membuat Jieun melongo mendengarnya.

                “Aigoo bagaimana Daehyun bisa hilang?” tanya Jieun mulai cemas.

                “Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja saat aku membeli sesuatu di pasar ia sudah tidak mengikutiku lagi. Bocah sialan itu memang sangat bodoh! Umma dan appa akan memarahiku kalau sampai ia tersesat dan tidak di temukan. Maafkan aku Jieun, aku akan menghubungi Hyosung unnie untuk segera menjemputmu.” Jawab Hana masih dengan nada paniknya.

                “Ah kau tidak usah memikirkanku Hana, temukan saja Daehyun terlebih dahulu. Aku bisa pulang sendiri.” Sahut Jieun kemudian.

                “Aigoo mianhae Jieun, tapi kau tetap tidak boleh pulang sendirian. Aku akan menghubungi Hyosung unnie, kau tunggu saja disana.” Kata Hana lagi.

                “Tidak usah Hana. Hyosung unnie pasti sedang sibuk bekerja. Aku tidak mau menyusahkannya, sudahlah aku bisa pulang sendiri.” Sahut Jieun berusaha meyakinkan Hana.

                “Tidak bisa, kau sedang dalam keadaan seperti itu. Aku tidak mau kau pulang sendiri!” balas Hana dengan tegas.

                “Arasso Arasso, aku akan menelpon Yongguk untuk menjemputku. Kau tidak usah khawatir. Sekarang kau temukan saja Daehyun dulu.” Perkataan Jieun seolah membuat Hana langsung berhenti menyanggah jawaban Jieun. Jieun lalu segera menutup telponnya dan menghela nafas panjang.

                Sebenarnya ia tidak mau kalau harus meminta Yongguk untuk menjemputnya, oleh karena itu ia membuka ponselnya dan mencari nama Junhong untuk meminta bantuannya.

                “Yeoboseyo.” Sahut suara diseberang telepon.

                “Junhong-ah, bolehkah aku meminta bantuanmu?” tanya Jieun saat mendengar suara Junhong.

                “Ah ne, ada apa nuna?” tanya Junhong kemudian.

                “Saat ini aku sedang di rumah sakit, awalnya aku bersama temanku. Tapi karena ada urusan mendadak ia harus pergi dan tidak bisa menjemputku. Apakah kau tidak keberatan kalau aku memintamu untuk mengantarkanku pulang?” tanya Jieun dengan ragu.

                “Tentu saja tidak nuna, aku akan segera kesana lima belas menit lagi.” Jawab Junhong kemudian.

                “Ah ne jeongmal gomawo Junhong-ah.” Balas Jieun sambil tersenyum. Ia lalu segera menutup ponselnya sambil kembali menunggu Junhong untuk menjemputnya.

                Setengah jam kemudian Junhong datang. Jieun yang melihat Junhong berjalan kearahnya langsung tersenyum sambil mencoba berdiri dengan tongkatnya.

                “Maafkan aku nuna membuatmu menunggu lama.” Sahut Junhong sambil membantu Jieun berjalan.

                “Ah ne gwenchana. Aku yang seharusnya meminta maaf karena telah merepotkanmu.” Sahut Jieun dengan wajah menyesal.

                “Ani, lagi pula aku juga sedang senggang nuna.” Balas Junhong sambil tersenyum pada Jieun. Junhong lalu segera membantu Jieun masuk kedalam mobil. Ia menjalankan mobilnya dan mengantarkan Jieun kerumah Hyosung sesuai dengan arahan Jieun.

                “Jadi nuna tinggal disini? Di tempat Hana nuna?” tanya Junhong saat mereka sampai di depan rumah Hyosung.

                “Ah ne, kau kenal dengan Hana Junhong-ah?” tanya Jieun balik.

                “Ne nuna, Himchan hyung mengenalkanku pada Hana nuna agar aku bisa belajar padanya untuk ujian masuk universitas.” Jawab Junhong menjelaskan.

                “Begitukah? Aneh sekali. Hana sebelumnya tidak pernah cerita kalau ia mengenal Himchan.” Kata Jieun bergumam.

                “Ah baiklah Junhong-ah, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuanmu.” Sahut Jieun sambil tersenyum. Ia lalu segera keluar dari mobil namun tiba-tiba saja Junhong menahan lengannya, membuat Jieun menoleh menatap dongsaengnya itu.

                “Nuna, bolehkah aku bertanya padamu?” tanya Junhong tiba-tiba, tangannya masih menahan lengan Jieun.

                “Ah ne, apa itu?” tanya Jieun balik, ia kemudian kembali menutup pintu mobil yang tadi sempat ia buka.

                “Kau dan Yongguk hyung, apa yang sebenarnya terjadi saat kau dan Yongguk hyung berciuman di rumah sakit?” pertanyaan Junhong yang tiba-tiba langsung membuat Jieun membelalakkan matanya. Ia tidak percaya kalau Junhong mengetahui insidennya dan Yongguk di rumah sakit. Ia bahkan sempat tidak bisa berkata apa-apa untuk sejenak.

                “Ju-junhong ah...dari mana kau tahu tentang hal itu? A-apa Yongguk yang memberitahumu?” tanya Jieun terbata-bata. Ia masih berusaha untuk menahan rasa malu di wajahnya.

                “Ani, aku melihatnya sendiri nuna...aku melihat kau dan Yongguk hyung saat itu.” Jawab Junhong datar, membuat Jieun kembali terdiam. Ia tidak mampu mengatakan apa-apa karena kini wajahnya terasa sangat panas menahan malu.

 

                                                                                                ***

                “Yeoboseyo.” Yongguk mengangkat ponselnya dengan ragu saat melihat nomor tak dikenal yang menghubunginya.

                “Yongguk-ssi, ini aku Jung Hana. Apakah kau masih mengingatku?” sahut suara di seberang telepon membuat Yongguk mengerutkan dahinya untuk mengingat orang bernama Hana.

                “Ah...ne, kau teman Jieun ‘kan?” tanya Yongguk balik.

                “Ya, kau benar. Maaf karena menghubungimu mendadak, tapi sejak tadi aku tidak bisa menghubungi ponsel Jieun. Apakah Jieun baik-baik saja?” tanya Hana kemudian membuat Yongguk kembali mengerutkan dahinya.

                “Jieun tidak bersamaku.” Jawab Yongguk singkat.

                “Mwo?! Ta-tapi tadi ia bilang akan menghubungimu untuk menjemputnya.” Sahut Hana tidak percaya.

                “Menjemputnya? Jieun tidak menghubungiku.” Jawab Yongguk lagi.

                “Aishh apakah dia membohongiku?” Hana mulai cemas begitu mengetahui Jieun yang tidak bersama Yongguk.

                “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Yongguk tiba-tiba membuat Hana sedikit terkejut.

                Hana lalu menjelaskan semuanya pada Yongguk, membuat namja itu kini naik darah karena Jieun memakai namanya untuk membohongi Hana.

                “Arasso, aku akan mencarinya.” Sahut Yongguk datar. Ia segera meninggalkan ruang kerjanya. Namun sekretarisnya, Shin Young yang melihat Yongguk meninggalkan ruangannya langsung mencoba mengejar Yongguk.

                “Pak, anda harus berada di tempat karena setengah jam lagi ada pertemuan penting dengan direktur Kang.” Shin Young mencoba menyusul Yongguk yang mulai berjalan ke parkiran namun namja itu sama sekali tidak memedulikannya.

                “Ada urusan yang lebih penting dari pada itu.” Jawab Yongguk singkat sambil menginjak gas dan meninggalkan tempat itu.

                Pertama-tama Yongguk mencoba mencari Jieun ke rumah sakit namun tidak mendapatkan sosok Jieun disana. Ia lalu menjalankan mobilnya dengan perlahan, berusaha mencari Jieun di halte bus terdekat namun tidak kunjung menemukannya.

                Setelah cukup lama mencari Jieun ia lalu memutuskan untuk melihat kerumah Hyosung. Ia berbelok di pinggiran jalan didekat rumah Hyosung dan terkejut saat melihat mobil Junhong yang terparkir di depan rumah Hyosung.

                Ia menghentikan mobilnya sambil mengamati mobil Junhong dari perempatan jalan. Dari tempat itu ia dapat melihat dengan jelas Junhong dan Jieun yang masih berada di dalam mobil. Entah mengapa tapi ia masih terus-terusan memerhatikan Jieun dan Junhong yang saling berbicara dengan serius. Sampai akhirnya Yongguk menyadari apa yang selanjutnya terjadi. Tubuhnya serasa membeku saat melihat Junhong mencium Jieun tepat dibibirnya untuk waktu yang cukup lama.

 

 

 

 

 

A/N: pertama-tama rizu mohon maaf karena updatenya ngaret, tapi akhir-akhir ini rizu sedang dalam masa-masa yg berat ditambah dengan ga ada media ketik (laptop) rizu mengetik chapter ini di sela-sela kesedihan rizu. Jadi  kalau misalnya ada typo dsb mohon dimaafkan. Sekali lagi mohon di maafkan TT^TT *bow 90 degree*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...