We're Going to Marriage

Mr.Coffee

“Wah...apakah tempat ini milikmu?” tanya Jieun pada Yongguk saat mereka sampai disalah satu gedung apartemen mewah di tengah kota.

                “Pabo, aku hanya punya satu apartemen bukan gedungnya.” Jawab Yongguk sambil berjalan masuk kedalam tempat itu.

                “Ngomong-ngomong kenapa kau mengajakku kesini?” tanya Jieun, sambil mengikuti Yongguk masuk ke dalam lift.

                “Kita akan tinggal disini untuk sementara waktu.” Jawab Yongguk lagi.

                “Kita? Untuk apa kita tinggal bersama?” tanya Jieun lagi polos.

                “Menurutmu untuk apa? Membuat bayi?” sahut Yongguk membuat Jieun tercekat mendengarnya.

                “Ya! Jangan bercanda!” teriak Jieun dengan wajah memerah.

                “Haha tenanglah, aku hanya bercanda. Kita tidak akan membuat bayi secepat itu.” jawab Yongguk sambil terkekeh melihat wajah Jieun yang merah.

                “Kita tidak akan pernah membuatnya!” bentak Jieun sambil keluar dari lift begitu mereka sampai dilantai lima.

                “Baiklah, kita tidak akan membuatnya.” Balas Yongguk, ia kemudian berjalan kesalah satu pintu kamar dan membukanya dengan kartu dari dalam sakunya.

                “Apakah Himchan dan Junhong tidak tahu tempat ini?” tanya Jieun kemudian.

                “ Tidak ada yang tahu tempat ini, aku baru saja membelinya dua minggu yang lalu.” Sahut Yongguk sambil masuk kedalam apartemennya.

                “Tempat ini luas sekali. Kau pasti menghabiskan banyak uang untuk membelinya.” Kata Jieun begitu ia masuk kedalam apartemen Yongguk.

                “Berhenti mengatakan seolah aku ini menghambur-hamburkan uang. Sebenarnya aku membeli apartemen ini untuk investasiku.” Yongguk duduk di sofa sambil melonggarkan ikatan dasinya.

                “Tetap saja itu artinya kau punya banyak uang. Lalu sekarang apa rencanamu?” tanya Jieun, ia masih mengelilingi ruangan itu sambil melihat pemandangan dari balik jendela besar yang ada diruang utama.

                “Entahlah.” Jawab Yongguk singkat.

                “Ya! Berhentilah berkata seperti itu. Kalau begini caranya lebih baik aku pulang.” Sahut Jieun kesal sambil menuju pintu.

                “Aku ingin minum kopi.” Kata Yongguk tiba-tiba, membuat Jieun berhenti melangkah.

                “Buatkan aku kopi.” Sambung Yongguk lagi sambil menoleh menatap Jieun yang telah berdiri didepan pintu.

 

                “Setelah ini kau harus berhenti berkata ‘Entahlah’.” Sahut Jieun sambil menyodorkan segelas kopi pada Yongguk. Namun Yongguk hanya tersenyum seadanya sambil menerima kopi itu.

                “Ya! Kau tidak mengerti?!” kata Jieun kesal sambil kembali menarik gelas kopinya.

                “Baiklah aku mengerti.” Balas Yongguk kemudian. Jieun pun memberikan segelas kopi itu pada Yongguk.

                “Aku tidak pernah merasa pernah menandatangani surat pernikahan itu.” sahut Jieun tiba-tiba sambil duduk di seberang Yongguk agar mereka dapat saling berhadapan.

                “Aku juga.” Sahut Yongguk singkat sambil menyeruput kopinya.

                “Apa ini juga rencana Himchan-ssi?” tanya Jieun pada Yongguk.

                “Ya, aku yakin kalau semuanya sudah diatur oleh Himchan. Mungkin tanpa kusadari ia menyelipkan surat pernikahan itu di dokumen yang harus kutandatangani dan bekerja sama dengan sekretarisku.” Jawab Yongguk.

                “Tapi bagaimana denganku? Himchan-ssi tidak pernah menyuruhku untuk menandatangani sesuatu.” Balas Jieun.

                “Itu mudah saja, orang bodoh sepertimu bukan apa-apa bagi Himchan.” Sahut Yongguk membuat Jieun semakin kesal dengan namja didepannya itu.

                “Apa maksudmu, hah?!” protes Jieun.

                “Ia pasti mendekati orang terdekatmu dan bekerja sama dengannya untuk mendapatkan tanda tanganmu.” Balas Yongguk.

                “Kalau begitu...apakah ini perbuatan Hyosung unnie? Aishh dia memang sudah jatuh oleh tipu daya Himchan-ssi.” Sahut Jieun pada dirinya sendiri.

                “Baiklah, ayo pergi.” Sahut Yongguk tiba-tiba setelah menghabiskan kopinya.

                “Mwo? Mau pergi kemana?” tanya Jieun dengan wajah polos.

                “Tentu saja membeli gaun pernikahan. Besok kita akan langsung menikah.” Kata Yongguk lagi membuat Jieun melotot mendengar pernyataan namja itu.

                “Besok?! Ta-tapi...”

                “Kau tidak perlu memikirkan hal yang lain, aku akan mengurus semuanya.” Potong  Yongguk membuat Jieun membeku ditempat.

                “Ta-tapi apa tidak terlalu cepat?” tanya Jieun lagi.

                “Semakin cepat ini dimulai maka akan semakin cepat ini juga berakhir. Sekarang ayo pergi atau aku akan menyeretmu.” Balas Yongguk.

                Jieun pun terpaksa harus menuruti kemauan Yongguk. Mereka pergi kesebuah toko mewah yang menjual berbagai macam gaun pernikahan. Jieun yang masuk kedalam tempat itu tidak dapat menghentikan dirinya untuk terus memandangi gaun-gaun indah yang di pajang di toko itu.

                “Hei berhentilah menatap pakaian disini seperti itu, kau akan dikira pencuri.” Bisik Yongguk tiba-tiba, membuat Jieun terkejut mendengar suara bass Yongguk ditelinganya.

                “Ya! Jangan membuatku kaget, lagi pula semua penjaga ditempat ini tahu kalau aku datang bersamamu.” Jawab Jieun dengan kesal.

                “Jadi kau sudah menentukan yang mana yang akan kau pakai nanti?” tanya Yongguk kemudian, tidak menghiraukan tatapan jengkel Jieun padanya.

                “Aku tidak mau.” Sahut Jieun pada Yongguk.

                “Apa maksudmu?” tanya Yongguk tidak mengerti.

                “Aku tidak akan bisa membayar gaun mahal di toko ini. Aku akan bicara pada Hyosung unnie saja, mungkin dia tahu tempat yang lebih murah.” Balas Jieun, membuat Yongguk terdiam menatapnya.

                “Kenapa kau lihat aku seperti itu, hah?” tanya Jieun masih jengkel.

                “Kau bodoh atau apa? Untuk apa aku mengajakmu kesini kalau aku menyuruhmu untuk membayar? Sekarang kau pilih saja gaun yang kau suka dan aku yang akan membayarnya.” Jawab Yongguk pada Jieun.

                “Tidak mau, aku tidak mau kau membayarnya. Lagi pula...aku juga punya masih punya hutang padamu karena insiden mobil mahalmu itu.” Balas Jieun membuat Yongguk harus menahan emosinya untuk yang kesekian kali.

                “Berhentilah bicara masalah itu, aku tahu kau tak bisa membayarnya jadi sekarang yang harus kau lakukan hanyalah memilih gaun.” Sahut Yongguk kemudian.

                “Tidak mau, aku tidak mau berhutang lagi pada orang sepertimu.” Jieun merenggut sambil melipat tangan didadanya, ia bersikeras pada pilihannya untuk tidak membeli gaun. Membuat Yongguk memejamkan matanya sambil menghela nafas, meningkatkan batas kesabarannya menghadapi yeoja didepannya itu.

                  “Baiklah kalau kau tidak mau memilih, biar aku yang pilihkan untukmu.” Yongguk mengambil sebuah gaun panjang tanpa lengan dengan kesan yang elegan. Gaun putih itu memiliki sebuah pita di bagian belakang pinggangnya dengan bagian bawahnya yang mengembang layaknya gau pernikahan.

                “Pakai ini.” Sahut Yongguk sambil memberikan gaun itu pada Jieun.

                “Aku tidak mau.” Jawab Jieun sambil memalingkan wajahnya.

                “Pakai ini atau aku yang akan memakaikannya padamu.” Perkataan Yongguk  itu membuat Jieun melotot menatap namja itu. Jieun tahu kalau Yongguk tidak pernah main-main dengan perkataannya jadi ia terpaksa harus mengikuti kemauan calon suaminya itu.

 

 

                “Lumayan.” Sahut Yongguk sambil menatap Jieun yang telah mengganti pakaiannya dengan gaun itu. Sementara Jieun hanya memasang raut wajah cemberut pada namja didepannya itu.

                “Kalau tuan menginginkan versi lainnya kami masih punya banyak.” Sahut seorang pelayan yang mendampingi Jieun mencoba gaun.

                “Tidak, aku pilih yang ini saja. Tolong bungkuskan.” Jawab Yongguk.

                Jieun segera mengganti pakaiannya lagi sementara Yongguk membayar di kasir. Dalam hatinya Jieun tidak habis pikir dengan dirinya saat ini yang mulai terbelenggu oleh Yongguk.

                “Jangan memasang wajah seperti itu, masih banyak hal yang harus kita kerjakan.” Sahut Yongguk sambil menyalakan mesin mobilnya.

                 “Mau kemana lagi?” tanya Jieun masih jengkel.

                “Menentukan dekorasi dan memesan bunga. Kita butuh banyak bunga untuk pesta pernikahan nanti.” Sahut Yongguk.

                “Kenapa kau semangat sekali? Kita ‘kan tidak benar-benar menikah.” Balas Jieun.

                “Bagaimanapun juga rekan-rekan kerjaku nantinya pasti akan hadir jadi aku tidak mau terlihat memalukan bersama yeoja aneh sepertimu.” Jawab Yongguk membuat Jieun melongo mendengarnya.

               

                “Mawar yang merah untuk sebuah pesta pernikahan, kira-kira ada tiga ratus tangkai. Apa tuan mau menambah jumlahnya lagi?” tanya seorang pelayan di toko bunga yang sedang melayani kedatangan Yongguk dan Jieun.

                “Kenapa mawar merah? Ini kan pernikahan, seharusnya mawar putih.” Sahut Jieun pada Yongguk yang sedang melihat-lihat mawar merah didepannya.

                “Memangnya kenapa? Aku pernah datang ke acara pernikahan temanku dan mereka memakai mawar merah.” Balas Yongguk datar.

                “Tapi sebaiknya ‘kan warna putih berhubung pernikahan itu merupakan acara yang suci.” Jawab Jieun lagi.

                “Merah lebih terkesan berani, lagi pula itu warna favoritku.” Balas Yongguk sambil menatap Jieun.

                “Karena gaunku putih jadi sebaiknya warna mawarnya juga putih.” Jieun merenggut membalas tatapan Yongguk.

                “Memangnya apa hubungannya?”

                “Tentu saja ada hubungannya. Kalau gaunku putih kenapa mawarnya merah? Aku tidak setuju.” Jawab Jieun tidak mau kalah.

                “Siapa yang membayar disini, hah? Lebih baik kau diam saja.” Sahut Yongguk membuat Jieun semakin kesal.

                “Kalau kau memang mau mawar merah, aku akan mewarnai gaunku dengan warna merah juga.” Jieun melipat tangannya didepan dada sambil menatap Yongguk tajam.

                “Hei! Kalau kau berani melakukannya aku akan membunuhmu.” Ancam Yongguk pada Jieun.

                “Aku tidak takut. Silahkan saja.” Jawab Jieun , ia lalu berjalan keluar toko itu, membuat Yongguk harus menahan emosinya lagi.

                “Jadi tuan, mawar merah atau putih?” tanya pelayan itu pada Yongguk.

                ‘! Yeoja sialan itu memang menyebalkan’ Geram Yongguk dalam hati..

                “Kau siapkan saja mawar putih sebanyak-banyaknya, aku akan membayarnya lewat rekening.” Yongguk pun segera beranjak keluar dari toko itu. Ia mencari sosok Jieun disekitar tempat itu namun tidak tampak olehnya.

                “Kemana yeoja sialan itu?” tanya Yongguk pada dirinya sendiri. Ia akhirnya menemukan Jieun yang duduk di halte bus terdekat menunggu kedatangan bus. Yongguk pun langsung berlari mengejar Jieun saat ia hampir masuk kedalam bus.

                “Hei! Urusan kita belum selesai!” sahut Yongguk kesal sambil menahan lengan Jieun.

                “Lepaskan aku, lakukan saja semaumu. Kau tidak memerlukanku kalau pada akhirnya kau tetap egois dengan keputusanmu sendiri.” Balas Jieun membuat Yongguk menghela nafas.

                “Baiklah-baiklah maafkan aku, aku tidak akan bersikap egois lagi.” Jawab Yongguk.

                “Aku tidak peduli, aku mau pulang dan beristirahat. Lepaskan aku.” Jieun berusaha melepaskan lengan Yongguk yang menahannya, namun kekuatannya sama sekali tidak membuat Yongguk melonggarkan pegangannya.

                “Aku sudah minta maaf. Lagi pula rumahmu saat ini adalah apartemen itu, kalau kau memang sudah lelah ayo kita pulang.” Sahut Yongguk sambil menyeret Jieun menuju mobilnya.

                “Ya! Aku tidak mau tinggal disana! Lepaskan aku!” Jieun meronta minta dilepaskan, namun pada akhirnya ia harus kembali terdiam dan mengikuti kemauan Yongguk karena namja itu memasang wajah mengancamnya.  

 

                “Paling tidak kau biarkan aku pulang agar aku bisa mengambil baju ganti.” Sahut Jieun, memasang wajah sedih saat mereka telah sampai di apartemen, namun tetap saja Yongguk tidak terlalu menghiraukannya.

                “Aku punya beberapa kemeja di lemari, kau bisa menggunakannya untuk malam ini.” Sahut Yongguk seadanya.

                “Aishh kenapa kau tidak membiarkan aku pulang saja?!” protes Jieun pada Yongguk yang sibuk dengan smarthphonenya.

                “Aku tidak percaya padamu. Tipe gadis sepertimu pasti akan kabur sebelum pernikahan besok, jadi kau harus tetap disini bersamaku.” Jawab Yongguk lagi.

                “Kau tahu apa tentang tipe gadis? Aku tidak akan kabur dari masalah meskipun harus menikah denganmu.” Sahut Jieun kesal.

                “Bagaimanapun juga aku tidak percaya padamu. Sekarang pergilah mandi, kau bau keringat.” Jawab Yongguk masih sibuk dengan smarthphonenya. Sementara Jieun hanya bisa menggeram jengkel menatap namja itu, ia lalu pergi kekamarnya yang telah ditentukan Yongguk dan masuk kekamar mandi.

 

                “Akhhhh!!!” Tiba-tiba saja Jieun berteriak dengan kuat. Yongguk yang mendengar itu langsung bergegas kekamar Jieun untuk melihat apa yang terjadi. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...