He's Crazy

Mr.Coffee

“Mwo?! Bang Yongguk menyatakan cinta padamu?!”

                Hyosung reflek menggebrak meja makan didepannya, membuat Hana dan Jieun terkejut dengan respon Hyosung yang terkesan berlebihan.

                “Yah unnie! Kau nyaris membuat jantungku lepas.” Protes Hana dengan kesal.

                “A-Aku tidak percaya! Namja brengsek itu menyatakan cinta padamu?! Apa yang sebenarnya terjadi, Jieun?!” tanya Hyosung lagi, tidak mempedulikan perkataan Hana yang ada di sebelahnya.

                “Aku sendiri juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi unnie. Sepertinya kepalaku mau pecah.” Jawab Jieun sambil menghela nafas panjang.

                Meskipun sudah seminggu berlalu sejak kejadian itu namun Jieun masih memerlukan waktu untuk mengembalikan pikirannya yang sempat kacau. Dan setelah seminggu berlalu ia baru bisa menceritakan semuanya pada Hyosung dan Hana, meskipun semalam Jieun telah menceritakannya terlebih dahulu pada Hana jadi sahabatnya itu tidak perlu ikut terkejut lagi seperti Hyosung.

                “Aigoo aku tidak mempercayai semua ini, kupikir manusia itu terbuat dari batu. Bagaimana bisa ia menyatakan cintanya padamu?” tanya Hyosung pada Jieun.

                “Ia bilang ia sudah menyukaiku sejak awal kami bertemu. Aku bahkan tidak mengerti kenapa ia bisa berkata seperti itu. Sekarang ia terus-terusan menelponku dan bilang ingin bertemu denganku, padahal tidak sampai sejam ia sudah menelponku lagi jadi terpaksa aku harus mematikan ponselku. Kupikir ada yang salah dengan otaknya unnie, ia tiba-tiba saja jadi gila seperti itu.” Sahut Jieun frustasi, membuat Hyosung dan Hana menatapnya kasihan.

                “Aigoo Jieunnie, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi kurasa ia benar-benar jatuh cinta padamu. Apakah tidak sebaiknya kau juga segera menjawab perasaannya.” Balas Hyosung kemudian.

                “Unnie, aku sudah lelah dengan masalah pernikahan ini dan sekarang tiba-tiba saja ia jadi begitu. Ia tidak waras unnie, ia bilang ia ingin melihatku setiap detik  ia bahkan berencana untuk tinggal disini, tapi untung saja Himchan menahannya melakukan semua hal gila itu. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika aku menjawab perasaannya saat ini juga. Aku tidak mau membayangkan hal yang lebih gila lagi.” Sahut Jieun sambil memegangi kepalanya yang terasa berat.

                “Jadi sudah jelas ‘kan Jieun, kenapa Yongguk sampai menghajar Junhong habis-habisan. Itu semua karena ia terlalu menyukaimu.” Kata Hana kemudian sambil memakan kripiknya.

                “Ya dan untung saja Himchan kini menjauhkan Junhong dari Yongguk untuk sementara waktu.” Balas Jieun sambil menghela nafas.

                “Namja itu memang mengerikan. Sepertinya kau harus berhati-hati Jieun.” Sahut Hyosung membuat Jieun menatap unnienya itu.

                “Apa maksudmu, unnie?” tanya Jieun tidak mengerti.

                “Kau tidak boleh membuatnya cemburu atau meninggalkannya. Ia bisa saja membunuh dirinya atau orang lain tanpa ragu jika hatinya merasa tersakiti.” Jawab Hyosung membuat Jieun melotot mendengarnya.

                “Yah! Unnie jangan menakutiku seperti itu!” protes Jieun.

                “Aku tidak menakutimu Jieun, aku mengatakan hal yang sebenarnya. Aku mengerti tipe pria sepertinya. Sisi positifnya, ia tidak akan melihat wanita lain selain dirimu. Tapi sisi buruknya, kau harus menjaga hatinya sebaik mungkin. Ia akan jadi tidak terkendali jika kau melakukan sedikit kesalahan.” Balas Hyosung lagi, membuat Jieun tidak bisa berkata apa-apa.

                “Lalu apa rencanamu Jieun? Sekarang kau sudah tahu ‘kan perasaan Yongguk yang sesungguhnya.” Sahut Hana kemudian.

                “Entahlah, aku belum memikirkannya...” jawab Jieun sambil tertunduk lesu, membuat Hyosung dan Hana merasa kasihan melihat keadaan Jieun saat ini.

                Daehyun yang tiba-tiba saja masuk kedapur kini melihat kearah ketiga nunanya dengan bingung.

                “Ada apa, Daehyun?” tanya Hyosung saat melihat Daehyun yang terlihat ingin mengatakan sesuatu.

                “Aku tidak ingin mengganggu pembicaraan kalian, tapi Yongguk hyung sedang menunggu Jieun nuna didepan.” Jawab Daehyun dengan ragu.

                “Mwo?! Kenapa kau membiarkannya masuk?!” pekik Hyosung, membuat Daehyun terkejut.

                “Aku tidak tahu, nuna tidak pernah mengatakan untuk melarang tamu yang datang untuk masuk ‘kan?” tanya Daehyun memasang wajah tidak bersalahnya.

                “Aishh kau ini!” geram Hyosung pada dongsaengnya itu.

                “Tidak apa-apa unnie, aku akan menemuinya.” Sahut Jieun dengan lesu sambil berjalan perlahan, meskipun saat ini ia tidak memerlukan tongkat lagi namun terkadang kakinya masih terasa sakit untuk digerakkan, jadi ia harus berjalan sangat pelan sambil menumpu tubuhnya pada benda-benda didekatnya.

                “Apakah aku melakukan kesalahan?” tanya Daehyun saat melihat Jieun yang dengan lesu keluar dari dapur.

                “Kau memang selalu melakukan kesalahan.” Sahut Hana dengan sebal.

                “Kenapa nuna selalu menyalahkanku? Aku ‘kan tidak mengerti apa yang terjadi. Lagi pula kalian selalu mengusirku saat membicarakan sesuatu.” Balas Daehyun dengan polos.

                “Aish sudahlah, ambil ini dan lekas kembali kekamarmu.” Kata Hyosung sambil memberikan sepiring cheesecake berukuran besar, membuat Daehyun langsung mengambilnya sambil berlalu kembali kekamarnya.

 

                                                                                                ***

                “Kau ingin  jalan-jalan?” tanya Yongguk pada Jieun.

                “Ani, aku sedang tidak enak badan, Yongguk.” Jawab Jieun sambil mencoba tersenyum pada namja didepannya itu.

                “Kalau begitu apakah sebaiknya kita ke rumah sakit?” tanya Yongguk lagi.

                “Ah tidak perlu, aku hanya butuh istirahat sebentar. Aku akan menelponmu nanti saat merasa lebih baik.” Balas Jieun membuat Yongguk terdiam sambil menatapnya dengan dingin.

                “Apakah  kau menghindariku, Jieun?” tanya Yongguk dengan suara bassnya, membuat Jieun tercekat.

                “Ti-tidak, aku benar-benar merasa tidak enak badan hari ini.” sahut Jieun terbata-bata. 

                “Lalu kenapa ponselmu tidak aktif saat aku ingin menghubungimu?” tanya Yongguk lagi, kali ini membuat Jieun terdiam sejenak untuk memutar otaknya mencari alasan yang tepat.

                “Aku sudah bilang padamu ‘kan, aku sedang tidak enak badan jadi aku sengaja mematikan ponselku.” Jawab Jieun sambil mengusap tengkuknya, entah kenapa tapi tiba-tiba saja kepalanya kembali terasa berat.

                “Baiklah, aku akan pergi.” sahut Yongguk tiba-tiba sambil berdiri dari duduknya, namun tiba-tiba saja Jieun menahan lengannya.

                “Aku ikut denganmu.” Kata Jieun sambil menatap Yongguk, membuat Yongguk mengerutkan dahinya.

                “Kau bilang sedang tidak enak badan ‘kan?” tanya Yongguk kemudian.

                “Aku akan beristirahat di apartemenmu, aku ingin ikut dengamu.” Jawab Jieun, membuat Yongguk tersenyum mendengarnya.

                “Arasso.” Sahut Yongguk sambil membantu  Jieun berjalan dengan pelan, entah kenapa Yongguk menyadari ada yang salah dengan keadaan gadis itu saat ini.

                “Apakah kau yakin tidak perlu ke dokter? Wajahmu terlihat pucat.” Sahut Yongguk sambil membawa Jieun kedalam mobilnya.

                “Aku tidak apa-apa.” Sahut Jieun sambil mencoba tersenyum. Ia tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja kepalanya kembali terasa sangat berat, jadi ia mencoba menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menutup matanya untuk sejenak.                 

                                                                                                ***

                Jieun berusaha membuka matanya, ia tidak tahu kalau ia sempat tertidur. Tubuhnya kini terasa lebih baik dan kepalanya juga tidak terasa begitu berat lagi. Ia mencoba bangun sambil melihat kesekelilingnya.

                Kamar yang tidak asing baginya, saat ini ia berada di apartemen Yongguk dan dikamar tidur yang ditentukan Yongguk untuknya dulu. Ia mencoba turun dari kasur itu secara perlahan sambil keluar dari kamar, mencari keberadaan Yongguk. Namun berapa kalipun ia mencoba memanggil nama Yongguk namun tidak ada jawaban. Apartemen itu sangat sepi dan sepertinya hanya ia seorang yang berada ditempat itu saat ini.

                “Apakah ia meninggalkanku?” tanya Jieun dengan sedih, sampai ia menyadari secarik kertas yang diletakkan di meja tengah. Ia mencoba membacanya, pesan dari Yongguk.

                Tiba-tiba saja aku harus menghadiri meeting yang sangat penting, aku akan kembali secepatnya.

-Yongguk

                Jieun merenggut saat membaca pesan itu. Ia tidak percaya kalau Yongguk masih terus-terusan sibuk dengan urusan pekerjaannya. Tadinya ia sempat berpikir untuk menanggapi perasaan Yongguk dengan serius namun entah kenapa kali ini ia kembali kesal dengan sikap namja itu.

                Tiba-tiba saja Jieun merasa perutnya butuh sesuatu untuk diisi. Ia melihat kearah jam dinding dan benar saja sudah lewat waktu makan siang, ia tidak sadar kalau ia tertidur cukup lama. Ia berjalan kedapur dan mencoba mencari sesuatu yang bisa dimakan, tapi harapannya pupus saat tidak menemukan apapun yang berguna.  

                “Sebaiknya aku pergi ke toko untuk mencari ramen.” Sahut Jieun pada dirinya.

                Ia lalu segera keluar dari apartemen itu dan berjalan perlahan menuju lift, namun entah kenapa pintu lift itu sama sekali tidak terbuka meskipun ia sudah menunggu hampir setengah jam sambil menekan-nekan tombolnya. Mungkin saja liftnya rusak, begitu pikirnya.Ia pun akhirnya memutuskan untuk memakai tangga darurat.

                “Aigoo banyak sekali tangganya.” Sahut Jieun sambil menghela nafas saat sadar kalau apartemen Yongguk berada di lantai lima dan ia harus menuruni sekian tangga yang melelahkan didepannya. Meskipun begitu ia mencoba untuk menuruninya dengan perlahan dan hati-hati. Saat sampai di lantai dua kakinya mulai terasa kebas dan ia terduduk di anak tangga sambil meringis kesakitan. Ia tahu kalau ia tidak seharusnya memaksa kakinya yang baru saja sembuh untuk menuruni tangga sebanyak itu namun ia tetap bersikeras untuk membuat dirinya berdiri dan kembali menuruni tangga-tangga itu sampai saat dimana tubuhnya mencapai batas akhir.

                “Nuna, kau tidak apa-apa?”

                Untung saja seseorang memegangi tubuhnya dari belakang saat ia hampir terjatuh karena kakinya sudah tidak kuat lagi menumpu tubuhnya.

                Jieun menoleh pada penyelamatnya itu, dan mendapati seorang namja yang memakai topi dan pakaian layaknya seorang petugas teknisi.

                “Ah ne, terimakasih karena sudah membantuku.” Sahut Jieun sambil tersenyum, meskipun kini wajahnya kembali pucat karena menahan sakit dibagian kakinya.

                “Omo, nuna wajahmu pucat sekali. Apakah kau yakin kau tidak apa-apa?” tanya namja itu panik saat melihat wajah Jieun yang pucat.

                “Ne, aku tidak apa-apa.” Sahut Jieun sambil berusaha berdiri kembali namun kali ini pandangannya menggelap dan kepalanya kembali terasa sangat berat, setelah itu ia tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi.

 

                                                                                                ***

                Jieun mencoba menatap sekelilingnya, kini ia berada ditempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Yang jelas ia berada di kamar tidur yang sederhana, ada beberapa peralatan elektronik yang berserakan dikamar itu. Ia mencoba untuk bangun dan berjalan menuju pintu kamar yang tertutup itu, namun entah kenapa tubuhnya terasa sangat lemah saat ini.

                “Nuna, jangan memaksakan dirimu.”

                Tiba-tiba saja namja yang ia temui saat ditangga kini muncul dari balik pintu sambil membawa senampan makanan, membuat Jieun sadar kalau perutnya saat ini membutuhkan makanan itu. Namja itu memberikan nampan berisi makanan itu pada Jieun sambil tersenyum, seolah tahu kalau saat ini Jieun sangat kelaparan.

                “Ah gomawo.” Sahut Jieun sambil tersenyum malu.

                 “Apa yang terjadi?” tanya Jieun lagi berusaha mengingat kejadian sebelumnya.

                “Kau pingsan nuna, sepertinya keadaan tubuhmu sedang tidak baik. Makanlah dulu.” Jawab namja itu yang dibalas anggukan oleh Jieun. Jieun lalu mulai makan dengan perlahan, membuat namja itu tersenyum.

                “Nuna tinggal di lantai berapa?” tanya namja itu tiba-tiba.

                “Di lantai lima, biasanya aku menggunakan lift tapi entah kenapa sepertinya lift itu rusak.” Sahut Jieun dengan polos sambil melanjutkan makannya.

                “Ah ne, liftnya memang rusak, dan aku bertugas untuk memperbaikinya.” Sahut namja itu kemudian.

                “Jadi kau seorang teknisi? Ah, Sebelumnya terimakasih banyak karena sudah membantuku.” Kata Jieun sambil membungkukkan tubuhnya sedikit untuk berterimakasih, membuat namja itu tersenyum.

                “Cheonma nuna.” Jawab namja itu.

                “Oh ya, Perkenalkan, namaku Song Jieun.” Sahut Jieun lagi.

                “Ah ne Jieun nuna, Moon Jongup imnida.” Jawab namja itu dengan eyesmilenya.  

                “Apakah ini kamarmu?” tanya Jieun kemudian.

                “Ne, ini masih di gedung apartemen nuna hanya saja aku tinggal di lantai dasar. Aku bertugas sebagai teknisi disini. Mian kalau kamarku cukup berantakan, karena aku tinggal sendiri jadi aku tidak begitu mempedulikan hal lainnya.” Balas namja itu sambil terkekeh.

                “Gwenchana, aku tidak mempermasalahkannya. Lagi pula aku merasa sangat berterimakasih padamu karena sudah menyelamatkanku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kau tidak ada tadi.” sahut Jieun sambil tersenyum. Membuat namja itu ikut tersenyum melihat Jieun.  

                “Jongup-ah, Sebelumnya terimakasih sekali lagi karena telah membantuku, tapi aku harus pergi ke swalayan terdekat untuk membeli sesuatu.” Sahut Jieun sambil mengakhiri makannya.

                “Tapi kondisi tubuhmu masih belum pulih ‘kan? Apakah kau perlu aku untuk menemanimu?.” Tanya  Jongup pada Jieun.

                “Ani, aku sudah merasa lebih baik. Aku tidak mau merepotkanmu lagi, jadi aku bisa pergi sendiri. Terimakasih sebelumnya, Jongup-ah” Jawab Jieun sambil tersenyum, mencoba meyakinkan namja didepannya itu kalau ia baik-baik saja.

                “Ah arasso, kalau nuna memang berkata seperti itu. Aku juga sebaiknya cepat menyelesaikan pekerjaanku. Akan kupastikan saat nuna pulang nanti nuna tidak perlu menggunakan tangga lagi karena liftnya sudah bisa digunakan.” Sahut Jongup kemudian, membuat Jieun sekali lagi berterimakasih sambil membungkukkan tubuhnya sedikit. Ia benar-benar sangat beruntung karena diselamatkan oleh namja sebaik Jongup, selain itu Jongup juga memancarkan aura kehangatan yang dapat dirasakan Jieun. Entah kenapa tapi Jieun merasa sangat senang bisa bertemu dengan orang sepertinya.

                Setelah berpamitan pada Jongup, Jieun lalu segera berjalan dengan pelan keluar dari gedung apartemen itu. Ia menyusuri jalan sedikit demi sedikit sambil melihat kesekelilingnya, mencari swalayan terdekat. Tidak butuh waktu lama, ia sudah dapat menemukan swalayan yang hanya berjarak tiga blok dari gedung apartemen itu. Ia kemudian masuk ke swalayan itu dan mencari bahan-bahan makanan yang dapat mengisi kulkas di apartemen Yongguk yang kosong.

                Setelah merasa cukup, ia lalu membayar belanjaannya di kasir dan segera  berjalan keluar dari swalayan itu kembali ke gedung apartemen. Ia tidak melihat keberadaan Jongup disekitar gedung itu namun benar saja liftnya sudah bisa digunakan kembali. Ia masuk ke lift bersama seorang ahjumma dan anak laki-lakinya yang berusia sekitar lima tahun. Jieun mencoba tersenyum ramah pada Ahjumma itu saat ia keluar duluan saat sudah sampai dilantai lima. Ahjumma itu pun kembali tersenyum balik pada Jieun. Ini pertama kalinya Jieun menyapa orang yang tinggal di apartemen itu, begitu pikirnya.

                Apartemen Yongguk berada diujung gedung, jadi ia harus kembali menghela nafas karena perjalanannya belum kunjung selesai. Ia mulai merasa  nyeri dikakinya,  namun berusaha untuk menahan rasa sakit itu dan segera masuk ke apartemen Yongguk saat ia sudah sampai didepan pintu.

                Ia meletakkan belanjaannya diatas meja makan, lalu segera menyeret tubuhnya ke sofa. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul lima sore, entah kenapa tapi ini sudah tiga jam berlalu sejak ia membaca memo dari Yongguk dan namja itu belum juga kembali. 

                Ia memutuskan untuk menelpon Yongguk, namun berapa kalipun ia mencoba tetap saja tidak ada jawaban dari namja itu. 

                Jieun kembali menghela nafas sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Ia lalu mengambil remote tv dan mencoba mencari saluran tv favoritnya, namun pada akhirnya ia kembali merasa bosan, ia merasa bosan karena harus duduk sendirian di apartemen Yongguk yang luas  tanpa ada seorang pun yang menemaninya. Ia kembali menyesal karena memutuskan untuk ikut dengan Yongguk ketempat ini.

                Tiba-tiba saja ia teringat tentang pernyataan cinta Yongguk padanya. Ia masih belum bisa memutuskan apakah ia harus menerima Yongguk atau tidak. Disisi lain ada perasaan senang karena untuk yang pertama kali dalam hidupnya ia menerima pernyataan cinta seperti itu, namun ia juga merasa bingung karena ada perasaan kesal yang terus-menerus melandanya saat berhadapan dengan namja itu. Hati kecilnya merasa sangat rapuh jika harus mencintai orang seperti Yongguk. Ia takut suatu saat nanti ia akan hancur jika mencintai namja sepertinya, jadi ia tidak ingin langsung membuka hatinya untuk orang seperti Yongguk.   

                Jieun terus-terusan berpikir tentang kejadian seminggu yang lalu, ia juga belum bertemu dengan Junhong sejak saat itu. Ia memikirkan semua hal yang telah terjadi padanya, semuanya seperti mimpi baginya, meskipun ia tahu kalau semua itu nyata dimatanya. Sampai akhirnya ia tertidur di sofa tanpa ia sadari.   

 

                                                                                                ***

               

BRAAAKKK

               

                Jieun hampir melompat kaget saat mendengar suara bantingan pintu. Ia segera bangun dari sofa sambil mencoba melihat kesekelilingnya. Namun ia baru sadar kalau ia tertidur sejak beberapa saat yang lalu dan semua lampu apartemen masih dalam keadaan mati. Ruangan itu kini gelap gulita.

                Jieun mencoba untuk berjalan dengan perlahan sambil meraba-raba dinding, mencari tombol lampu. Saat ia sudah mendapatkan apa yang ia cari, ia lalu segera menyalakan semua lampu diruangan itu.

                Kini pandangannya kembali dikejutkan dengan seseorang yang tergeletak di depan pintu masuk apartemennya. Ia mendapati Yongguk yang kini tertidur dilantai dengan mata tertutup. Jieun berusaha mendekati namja yang kini tak sadarkan diri di depannya itu.

                “Yah! Yongguk! Apa yang terjadi denganmu?!” Jieun mengguncang tubuh Yongguk untuk bangun namun namja itu sama sekali tidak bergerak.

                “Yongguk! Ayo bangun! Kau akan mati kedinginan kalau tidur dilantai!” Jieun kembali mencoba membangunkan Yongguk yang kini tertidur didepannya. Ia tidak mengerti kenapa namja ini tiba-tiba saja masuk dan langsung tertidur  di lantai seperti orang  mabuk. 

                Tiba-tiba saja Jieun tercekat dengan pikirannya sendiri.

                ‘Apakah ia mabuk?’ tanya Jieun dalam hatinya. Ia lalu segera melihat ke jam dinding, dan benar saja kini sudah pukul dua belas malam.  Ia bahkan tidak percaya kalau ia sendiri sempat tertidur di sofa dalam  waktu yang lama.

                “Yah! Yongguk! Apa kau pergi ke klub dan minum sampai seperti ini?!” tanya Jieun frustasi sambil terus mengguncang tubuh namja didepannya itu.

                “Aku tidak minum, Jieun...” tiba-tiba saja suara berat itu muncul, membuat Jieun terkejut mendengarnya.

                Yongguk berusaha bangun dengan susah payah sambil memegangi kepalanya. Matanya bahkan tidak terbuka sepenuhnya, namun kini ia menatap Jieun sambil menyeringai. Membuat Jieun tiba-tiba saja reflek menjauhi namja itu.

                “Yah! Kau benar-benar minum ‘kan?! Kau sampai mabuk seperti itu!” Jieun kini mulai kesal dengan penampilan namja didepannya itu.  Ia bahkan bisa mencium bau alkohol  dan asap rokok dari pakaian Yongguk yang berantakan.

                “Diamlah!  Aku tidak minum dan aku tidak mabuk!” bentak Yongguk pada Jieun, membuat Jieun kini melotot mendengar pernyataan Yongguk yang sedikit menusuk hatinya.

                Entah kenapa namun setelah Yongguk berusaha untuk berdiri dan kunjung tak bisa membuat dirinya berdiri kemudian ia kembali tertidur di lantai dengan  wajah damainya, membuat Jieun menghela nafas melihat semua  kejadian itu.        

                Mau tidak mau Jieun dengan susah payah  harus  menyeret tubuh namja itu kekamar. Ia tidak tega melihat seseorang yang tidak berdaya tergeletak begitu saja dilantai dalam cuaca sedingin  ini. Ia berusaha begitu keras menggotong tubuh Yongguk yang jelas-jelas sangat berat baginya untuk naik keatas kasur. Setelah melepaskan sepatu dan kaus kaki Yongguk kini Jieun terduduk di samping Yongguk yang masih tidur dengan pulas.

                “Hah...aku membuat keputusan yang salah karena ikut dengannya.” Sahut Jieun sambil menghela nafas. Ia lalu menoleh menatap Yongguk yang tertidur dengan wajah damainya, membuat Jieun tiba-tiba saja tersenyum menatap wajah Yongguk yang sebelumnya belum pernah ia lihat. Terkadang dalam hatinya ia berpikir kalau mungkin saja ia bisa membuka hatinya untuk Yongguk jika namja itu terus-terusan memasang wajah  yang terkesan seperti malaikat itu. Saat ini ia bahkan bisa melupakan semua perkataan kasar Yongguk yang selalu membuatnya kesal.

                “Gyaaaa!!!!” Jieun berteriak kaget saat tiba-tiba saja Yongguk memeluk pinggangnya dan menariknya keatas kasur. Jantungnya serasa akan berhenti saat namja itu kini menyeringai sambil menindih tubuhnya.

                “Yah! Yongguk! Lepaskan aku! Kau gila!” Jieun berusaha melepaskan dirinya dari Yongguk, namun kekuatannya sama sekali tidak bisa menandingi Yongguk yang kini menahan kedua lengannya.

                “Kenapa kau terus-terusan mengatakanku gila? Kau tidak tahu kalau aku begini karena ulahmu?” tanya Yongguk dengan suara bassnya yang kini membuat Jieun mulai ketakutan.

                “Kau sedang mabuk! Yah! Yongguk!”Jieun meronta sambil berusaha turun dari kasur, namun pada akhirnya namja itu  kembali menariknya untuk tetap berada dibawahnya.

                “Jangan terburu-buru Jieun, kita belum memulai apapun.” Sahut Yongguk dengan  suaranya yang serak  dan dalam, membuat Jieun menutup matanya karena kini bahkan wajah mereka berada pada jarak yang tidak seharusnya. Jieun dapat merasakan nafas Yongguk yang panas menerpa  pipinya.

                “Yahhh!!! Kau gila! Aku salah karena memutuskan untuk ikut denganmu kesini!” pekik Jieun frustasi, membuat Yongguk terkekeh mendengarnya.

                “Ah ne, kau salah jika tidak memikirkan ‘aku yang akan melakukan sesuatu padamu’.” Jieun melotot mendengar penekanan kalimat Yongguk, membuatnya kini benar-benar ketakutan dengan namja didepannya itu.

                “A-apa?! Aku akan  melaporkanmu sebagai kriminal kalau kau melakukan ‘sesuatu’ padaku!” sahut Jieun, ia tidak berhenti untuk mencoba melepaskan dirinya dari cengkeraman Yongguk.

                “Sebelum kau melakukan itu, kau harus mengingat kita sudah resmi menjadi suami-istri saat ini.” balas Yongguk sambil menyunggingkan  senyumnya.

                “Lepaskan aku! Lepaskan aku Bang Yongguk!” Jieun berusaha untuk meronta namun semua usahanya bahkan sia-sia saja. Saat ini tubuhnya kembali terasa sangat lemah setelah berusaha begitu keras untuk melepaskan diri.

                “Kita akan bicara tentang  masalah  yang lebih dalam lagi, Song Jieun. Kuharap kau mendengarkan dan jadi gadis baik malam ini.” Sahut Yongguk sambil menyeringai, membuat Jieun kini hanya bisa berharap agar tuhan menyelamatkannya dengan cara apapun itu dari namja di depannya. 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...