Procrastination

Mr.Coffee

“Akhhhh!!!” Tiba-tiba saja Jieun berteriak dengan kuat. Yongguk yang mendengar itu langsung bergegas kekamar Jieun untuk melihat apa yang terjadi.

                “Jieun? Ada apa?” tanya Yongguk sambil melihat seisi kamar, namun Jieun tak ada disana. Ia pun segera mendekati pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat.

                “Jieun? Kau disana? Apa yang terjadi?” sahut Yongguk sambil mengetuk pintu kamar mandi, namun tak ada jawaban.

                “Jieun, jawab aku. Kau disana?” Yongguk berusaha membuka pintu itu, namun terkunci dari dalam.  

                “A,aku terjatuh...” jawab Jieun tiba-tiba dengan suara yang pelan, hampir tak kedengaran oleh Yongguk.

                “Bisakah kau membuka pintunya?” tanya Yongguk lagi, mendekatkan wajahnya ke pintu.

                “Tidak bisa...jauh sekali...” jawab Jieun sambil merintih kesakitan.

                “Kau masih menggunakan pakaian ‘kan?” sahut Yongguk kemudian.

                “Ma,masih...” Jawab Jieun. Suaranya terdengar semakin pelan.

                Tanpa aba-aba Yongguk langsung mendobrak pintu kamar mandi dengan sekali hentakan, membuat engsel pintunya rusak seketika. Yongguk melihat Jieun yang terduduk di sudut kamar mandi di dekat bathtub. Ia memegangi kakinya sambil meringis kesakitan. Yongguk pun segera menggendongnya dan membawanya kekasur dengan hati-hati. Ia mencoba meluruskan kaki Jieun namun gadis itu berteriak kesakitan.

                “YAAAA! INI SAKIT SEKALI!!!” pekik Jieun membuat Yongguk terkejut mendengarnya.

                “Bodoh, kau hampir membuat jantungku lepas.” Balas Yongguk, kesal.

                “Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa sampai jatuh?” tanya Yongguk lagi sambil memerhatikan kaki kanan Jieun yang kebiruan.

                “Aku tidak tahu, tiba-tiba saja langsung terjatuh.” Jawab Jieun sambil berusaha menahan sakit, keringatnya mulai bercucuran dari tubuhnya.

                “Sepertinya kita harus ke dokter.” Sahut Yongguk, ia kemudian mencoba menggendong Jieun lagi, namun ditahan oleh gadis itu.

                “Tidak apa-apa, ini hanya terkilir. Sebentar saja juga pasti sembuh.” Jawab Jieun pada Yongguk.

                “Apanya yang tidak apa-apa? Kakimu sampai biru seperti itu.” balas Yongguk sambil kembali menggendong Jieun.

                “Yongguk, aku tidak apa-apa. Aku tidak mau ke dokter.” Jieun berusaha meronta namun tenaganya benar-benar hilang karena menahan rasa sakit dikakinya. Keringatnya tidak henti-hentinya mengucur dari dahinya.

                “Diamlah. Kau bahkan tidak punya tenaga lagi untuk bergerak.” Balas Yongguk sambil menggendongnya menuju pintu. Ia segera membawa Jieun kerumah sakit terdekat dengan mobil. Setelah diperiksa dan diberi pertolongan Jieun langsung tertidur lelap di kasur rumah sakit.

 

                “Bagaimana keadaannya, dokter Choi?” tanya Yongguk pada dokter yang kebetulan ia kenal.

                “Ada tulang yang patah. Meskipun hanya terjatuh tapi ada beberapa insiden yang bisa langsung menyebabkan patah tulang. Untuk sementara ia tidak akan bisa berjalan dengan kaki kanannya.” Sahut dokter Choi, menjelaskan.

                “Ia ceroboh sekali sampai terjatuh begitu.” Desis Yongguk dengan kesal.

                “Ngomong-ngomong siapa gadis itu? Tidak biasanya kau bersama seorang yeoja malam-malam begini, Yongguk.” Sahut dokter Choi yang memang lebih tua dari Yongguk.

                “Ah dia calon istriku. Sebenarnya kami akan menikah besok.” Jawab Yongguk sambil menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

                “Calon istrimu? Apa aku tidak salah dengar? Sepertinya kau sudah mulai membuka diri pada lawan jenis.” Sahut dokter Choi sambil tertawa membuat Yongguk harus memaksakan dirinya untuk ikut tertawa.

                “Tapi sayang sekali, sepertinya kalian harus menunda pernikahan dulu. Berhubung dia masih dalam keadaan seperti itu dan belum boleh banyak bergerak.”

                “Me, menunda pernikahan? Apa keadaannya memang separah itu sampai harus menunda pernikahan?” tanya Yongguk.

                “Ya, kalau kau tidak mau ia pingsan di hari pernikahan sebaiknya memang harus ditunda.” Jawab dokter Choi, ia lalu pamit pada Yongguk untuk pergi melanjutkan pekerjaannya. Sementara Yongguk masih terdiam ditempat, mendengar pernikahannya harus ditunda.

               

                “Yeoboseyo. Tumben sekali kau meneleponku”

                “Himchan, Jieun masuk rumah sakit. Jadi kami tidak akan melakukan pernikahan dalam waktu dekat ini.” Sahut Yongguk dari seberang telepon membuat Himchan melotot mendengarnya.

                “Mwo?! Jieun masuk Rumah sakit?! Apa yang kau lakukan padanya, Yongguk?! Kau benar-benar menyakitinya?!” Himchan berteriak, membuat Junhong yang sedang meminum teh langsung tersedak saat mendengarnya.

                “Bodoh, aku tidak akan jadi kriminal hanya karena masalah seperti ini. Ia terjatuh dikamar mandi dan mengalami patah tulang, untuk malam ini sepertinya ia harus menginap dirumah sakit dulu. Jadi bisakah kau membantuku untuk membatalkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pernikahan?” tanya Yongguk kemudian.

                “Begitukah? Oh arasso, kau tenang saja aku akan menunda segala sesuatu yang telah disiapkan.” Sahut Himchan, ia lalu menutup teleponnya.

                “Ada apa hyung? Jieun nuna kenapa?” tanya Junhong, cemas.

                “Ia masuk rumah sakit karena terjatuh dikamar mandi dan mengalami patah tulang.” Jawab Himchan.

                “Mwo?! Aku harus melihat keadaannya.” Sahut Junhong mulai panik, ia lalu segera beranjak dari kursinya namun Himchan menahannya.

                “Tidak perlu, saat ini Yongguk sedang menemaninya dirumah sakit.” Kata Himchan kemudian.

                “Tapi  aku ingin melihat keadaannya, hyung.” Sahut Junhong dengan ekspresi khawatir.

                “Junhong-ah kau tidak perlu mencampuri urusan mereka saat ini, biarkan saja Yongguk yang menemani Jieun.” Jawab Himchan lagi.

                “Tapi hyung aku mencemaskan Jieun nuna, Yongguk hyung bisa saja meninggalkannya sendirian.” Balas Junhong.

                “Hentikan Junhong-ah, saat ini kau tidak perlu memikirkan Jieun lagi. Pikirkan saja dirimu sendiri untuk ujian masuk universitas.”  Perintah Himchan, membuat Junhong terdiam, ia lalu kembali duduk di tempatnya.

                “Aku sudah menghubungi temanku dan mulai besok kau akan belajar pada seseorang yang saat ini sudah menjadi mahasiswa universitas Seoul. Besok aku akan menemanimu kesana untuk memperkenalkan diri. Belajarlah banyak hal padanya agar kau bisa lulus ujian masuk.” Sahut Himchan menjelaskan yang hanya dibalas anggukan dari Junhong.

 

Keesokan harinya...

                “Annyeong, Jung Hana imnida.” Hana membungkukkan badannya, memberi salam pada Himchan dan Junhong yang pagi itu datang kerumahnya.

                “Kim Himchan imnida” sahut Himchan sambil tersenyum.

                “Choi Junhong imnida” kata Junhong kemudian sambil membungkuk memberi salam.

                “Oh kau kah tuan Kim itu? Hyosung unnie sudah menunggumu di halaman belakang.” Sahut Hana.

                “Baiklah, Kuharap kau bisa memberikan sedikit ilmumu pada saengku ini Hana-ssi. Aku menitipkannya padamu” Sahut Himchan sambil tersenyum.

                “Arasso, aku akan berusaha semampuku.” Jawab Hana.

                Himchan pun segera pergi ke halaman belakang, sementara Junhong dan Hana mulai duduk di ruang tengah. Junhong mengeluarkan beberapa buku dari tas yang ia bawa.

                “Junhong-ah kau berniat masuk ke jurusan mana?” tanya Hana tiba-tiba.

                “Bisnis dan manajemen nuna, karena appa dan umma menyuruhku untuk melanjutkan bisnis keluarga.” Sahut Junhong pada Hana.

                “Sepertinya kedua orang tuamu sangat berharap padamu, ya.” Sahut Hana lagi sambil tersenyum.

                “Karena aku anak tunggal jadi mereka selalu mengharapkan yang terbaik dariku.” Jawab Junhong sambil membuka bukunya.

                “Begitu, kau benar-benar anak yang baik ya” balas Hana.

                “Seandainya kalau umma dan appa yang mengatakan hal itu padaku aku pasti akan sangat senang nuna.” Sahut Junhong datar membuat Hana tiba-tiba saja dapat membaca kesedihan di wajah Junhong yang sibuk dengan buku-bukunya.

                “Junhong-ah, apa kau...”

                “Nuna, kau mengajari orang lain? Kenapa kau tidak mengajari dongsaengmu sendiri?” tiba-tiba saja Daehyun muncul dibelakang Hana. Ia membawa segelas susu dan cheese cake ditangannya, membuat Hana semakin sebal melihat kedatangan dongsaengnya itu.

                “Pabo, memangnya sudah berapa kali aku menawarkan diri untuk mengajarimu? Yang kau lakukan hanya terus-terusan makan ‘kan.” Jawab Hana pada Daehyun.

                “Nuna tidak perlu bohong dengan alasan seperti itu didepan orang lain.” Sahut Daehyun sambil memakan cheesecakenya.

                “Siapa yang berbohong?! Itu kenyataan!” bentak Hana, kesal pada Daehyun. Namun dongsaengnya itu hanya sibuk dengan cheesecake dimulutnya.

                “Siapa dia,nuna?” tanya Daehyun tiba-tiba, melihat kearah Junhong.

                “Ah ini Choi Junhong, dia juga akan mengikuti ujian masuk tahun ini. Junhong-ah, ini dongsaengku, Jung Daehyun.” Sahut Hana pada Junhong.

                “Annyeong.” Sahut Junhong pada Daehyun.

                “Annyeong.” Balas Daehyun, datar.

                Kemudian suasana tiba-tiba saja menjadi hening.

                “Ada apa dengan kalian berdua? Daehyun, duduk dan temanilah Junhong belajar, aku akan menyiapkan camilan.” Sahut Hana kemudian sambil berdiri dari sofa.

                “Aku akan membantu nuna menyiapkan camilan.” Kata Daehyun sambil mengikuti Hana menuju dapur.

                “Kubilang duduk dan temani Junhong!” sahut Hana, setengah berteriak. Membuat Daehyun kembali keruang tengah dan duduk disebelah Junhong.

                “Kau beruntung punya nuna sepertinya.” Sahut Junhong tiba-tiba pada Daehyun.

                “Kau pikir begitu? Itu hanya karena kau tidak memiliki nuna sepertinya.” Jawab Daehyun.

                “Haha, kau benar. Haruskah aku memanggilmu Dae saja?” tanya Junhong.

                “Kupikir kau harus memanggilku ‘hyung’.” Jawab Daehyun.

                “Hah? Kenapa?” tanya Junhong lagi, tidak mengerti.

                “Karena aku ingin kau memanggilku ‘hyung.” Jawab Daehyun, menoleh pada Junhong.

                “Haha, arasso. Dae hyung.” Kata Junhong sambil tersenyum.

 

                “Mwo?! Jieun masuk rumah sakit?! Ini semua pasti karena Bang Yongguk sialan itu ‘kan?!” Hyosung berteriak kaget saat Himchan memberitahukan padanya tentang Jieun yang masuk rumah sakit.

                “Nuna tunggu dulu, aku belum selesai. Jieun hanya...”

                “Aku tidak mau mendengar penjelasanmu lagi Himchan! Sudah kuperingatkan agar jangan sampai kau dan teman sintingmu itu menyakiti Jieun ‘kan? Kesabaranku sudah habis! Aku akan mengambil Jieun lagi! Aku tidak mau ia menderita karena pria seperti kalian!” Hyosung bergegas masuk kerumah, namun dicegah oleh Himchan.

                “Nuna dengarkan penjelasanku dulu, aku belum selesai.” Sahut Himchan sambil menarik Hyosung, mendekatinya.

                “Jieun masuk rumah sakit karena mengalami patah tulang pada kaki kanannya dan itu juga karena ia terjatuh dikamar mandi, Yongguk sama sekali tidak melakukan hal yang buruk pada Jieun. Ia malah membawa Jieun kerumah sakit dan menemaninya semalaman.” Kata Himchan menjelaskan.

                “Jinja? Kau tidak bohong ‘kan?” tanya Hyosung menginterogasi.

                “Aku serius nuna. Sekarang ini yang penting kita harus membuat hubungan mereka semakin dekat, dan nuna juga harus membantuku.” Sahut Himchan lagi.

                “Baiklah, kalau kau memang berniat begitu, selama Jieun bisa mendapatkan kebahagiaannya aku akan membantumu.” Balas Hyosung kemudian.

                “Kalau begitu, ayo kita pergi nuna.” Sahut Himchan sambil menarik lengan Hyosung.

                “Ya! Kau mau membawaku kemana?” tanya Hyosung pada Himchan.

                “Aku ingin mendiskusikan banyak hal padamu disuatu tempat.” Jawab Himchan sambil tersenyum.

                “Baiklah-baiklah, tapi jangan menarikku seperti ini, lepaskan aku!” sahut Hyosung, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Himchan.

                “Arasso nuna.” Balas Himchan, mengembangkan senyum terbaiknya pada Hyosung.

 

               

                “Kau sengaja menjatuhkan dirimu agar kakimu patah dan bisa menunda pernikahan ‘kan?” tanya Yongguk pada Jieun, saat ini mereka berdua masih berada dirumah sakit.

                “Apa maksudmu?! Orang bodoh mana yang mau mematahkan kakinya hanya untuk hal tidak jelas seperti itu?!” bentak Jieun, kesal pada perkataan Yongguk.

                “Lalu kenapa kau harus masuk rumah sakit, padahal seharusnya hari ini hari pernikahan kita.” Sahut Yongguk lagi.

                “Memangnya siapa yang bilang mau menunda, ha? Ayo kita menikah sekarang juga!” tantang Jieun pada Yongguk, ia lalu membuang selimutnya dan berusaha turun dari kasur.

                “Hei! Apa yang kau lakukan?! Bodoh! Kakimu masih belum sembuh!” Yongguk mencoba menahan Jieun untuk turun dari kasur.

                “Lepaskan aku! Ayo kita menikah sekarang juga! Kau pikir aku takut?!” Jieun berusaha menyingkirkan tangan Yongguk yang menahan lengannya.

                “Percuma saja, dokter tidak mengizinkanmu untuk kemana-mana hari ini. Jadi sebaiknya jangan membuatku tambah repot.” Sahut Yongguk kemudian.

                “Aku ingin membuktikan padamu bahwa aku memang tidak ingin menunda pernikahan ini, jadi lepaskan aku sekarang juga!” balas Jieun, masih berusaha turun dari kasur.

                “Baiklah-baiklah, aku percaya padamu. Sekarang kau harus tetap berada dikasur. Sembuhkan saja kakimu dulu, setelah itu kita akan membicarakan hal ini lagi.” Kata Yongguk, membuat Jieun akhirnya terdiam menatap namja itu.

                Tiba-tiba saja suara dering ponsel  Yongguk berbunyi. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, ia segera mengangkat ponselnya.

                “yeoboseyo”

                “Ah aku lupa tentang meeting hari ini. Apakah mereka bisa menunggu sebentar lagi?”

                “Ya, aku akan segera kesana. Siapkan semua bahan-bahan yang akan dipresentasikan.”

                Yongguk pun menutup telponnya. Jieun yang masih menatap Yongguk hanya diam tanpa berkata apa-apa.

                “Aku harus kekantor. Ingat ya, jangan pergi kemana-mana. Tetaplah diatas kasur itu dan jangan keluar dari ruangan ini. Aku akan segera kembali.” Sahut Yongguk bergegas pergi dari ruangan itu.

                “Yongguk!” panggil Jieun, membuat Yongguk menghentikan langkahnya di didepan pintu, sambil menoleh menatap Jieun.

                “Kau tidak lama ‘kan?” tanya Jieun kemudian.

                “Tidak. Aku akan segera kembali.” Balas Yongguk, ia lalu menutup pintu dan meninggalkan tempat itu.  

                Jieun terdiam didalam kamar itu sendirian. Ia melihat kesekeliling ruangan sambil menghela nafas. Ia lalu meraih ponselnya, mencoba menghubungi Hyosung dan Hana, namun tidak ada jawaban dari keduanya. Ia juga mencoba menghubungi Sunhwa, namun ponselnya tidak aktif. Ia kembali menghela nafas, dilihatnya daftar kontak ponselnya. Matanya tertuju pada nama Junhong. Ia lalu mencoba menghubungi Junhong, namun pada akhirnya ia menyerah karena Junhong tidak kunjung mengangkat ponselnya.

                ‘Kemana mereka semua? Apa mereka sedang sibuk?’ tanya Jieun dalam hati. Ia lalu mencoba untuk tidur, namun berapa kalipun ia mencoba tetap saja matanya tidak bisa tertutup sama sekali.

                “Ah! Aku bosan!” sahut Jieun, ia lalu duduk diatas kasur. Ia mencoba untuk meraih tongkatnya lalu pelan-pelan turun dari kasur. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit saat kaki kanannya menggantung.

                “Aigoo berjalan dengan satu kaki memang sangat sulit.” Jieun berjalan pelan menggunakan kedua tongkatnya keluar kamar. Setelah berusaha sangat keras mengelilingi rumah sakit ia lalu berhenti didepan sebuah box minuman. Ia mengeluarkan beberapa uang receh dari kantongnya dan memilih kopi kaleng dingin. Selanjutnya ia harus menunduk kebawah untuk mengambil kopi kaleng itu, namun berapa kalipun ia berusaha, ia malah terjatuh dilantai. Kedua tongkatnya juga ikut jatuh disampingnya.

                “Aisshh sakit sekali...” rintih Jieun, ia berusaha membuat dirinya untuk meraih tongkat, namun tiba-tiba seseorang yang mengenakan jas lab putih layaknya dokter mengangkat tubuhnya kekursi terdekat. Jieun melongo menatap dokter muda yang mengangkat tubuhnya dengan enteng.

                Setelah mendudukkan Jieun dikursi ia lalu mengambil kedua tongkat Jieun yang tergeletak dilantai dan kopi kaleng yang Jieun pilih dari box minuman. Jieun masih melongo menatap namja itu, sampai akhirnya ia tersadar saat namja itu menatapnya. 

                “A-ah! Gomawo!” sahut Jieun terbata-bata sambil membungkukkan tubuhnya sedikit, ia merasa sangat berterimakasih dengan namja didepannya.

                “Cheonma. Kalau kau masih kesulitan berjalan, jangan memaksakan dirimu keluar ruangan.” Sahut dokter itu sambil tersenyum.

                “Ah ne, mian.” Jawab Jieun kemudian.

                “Kau bersama siapa? Kenapa keluar ruangan sendirian?” tanya dokter itu.

                “Aku sendirian, orang yang menemaniku sedang pergi keluar karena ada urusan.” Jawab Jieun lagi.

                “Baiklah, biar kuantar keruanganmu.” Kata dokter itu kemudian, sambil mencoba menggendong Jieun lagi.

                “Ah, ti-tidak usah. Aku bisa sendiri, selain itu... aku belum mau kembali kekamar.” Sahut Jieun sambil tersenyum.

                “Jadi kau mau kemana?” tanya dokter itu.

                “Aku akan ketaman, terimakasih atas bantuannya, dokter.” Jieun berkata sambil berusaha berdiri dengan tongkatnya. Dokter itu pun menatap Jieun yang kesulitan berdiri, ia lalu berdiri sambil memegangi Jieun.

                “Biar kuantar.” Sahut dokter itu, ia lalu membantu Jieun berjalan hingga ke taman. Kemudian ia mendudukkan Jieun disebuah kursi dibawah pohon besar ditaman itu. Jieun kembali membungkuk, menyampaikan rasa terimakasihnya.

                “Jeongmal Gomawo.” Kata Jieun kemudian.

                “Ne, kau sudah mengatakannya berkali-kali.” Sahut dokter itu tersenyum, membuat Jieun juga ikut tersenyum.

                “Kenapa kakimu bisa seperti ini?” tanya dokter itu, memperhatikan kaki kanan Jieun yang diperban.

                “Aku terjatuh dikamar mandi.” Jawab Jieun sambil ikut memerhatikan kakinya.

                “Oh, namaku Song Jieun. Sekali lagi terimakasih banyak atas bantuannya.” Sahut Jieun pada dokter yang masih berdiri didepannya.

                “Ne, aku dokter Yoo.” Jawabnya sambil tersenyum.

                “Dokter Yoo, kau kelihatan sangat muda. Kupikir awalnya kau bukan dokter. Kau sepertinya sebaya dengan adik temanku.” Sahut Jieun polos.

                “Haha benarkah? Aku memang lompat kelas saat duduk dibangku SMP dan SMA. Selanjutnya aku berusaha untuk secepatnya menamatkan pendidikan di universitas dan mengambil spesialis. Mungkin karena serba cepat jadi orang tidak percaya dengan profesiku.” Jawab dokter itu sambil tertawa.

                “Ah... tapi itu artinya kau sangat pintar. Kau bahkan sudah menjadi spesialis, semua cita-citamu sudah tercapai dimasa muda.” Balas Jieun.

                Dokter itu hanya tersenyum mendengar pernyataan Jieun, ia lalu ikut duduk disamping Jieun.

                “Bahkan kupikir cita-citaku belum tercapai sama sekali.” Sahutnya sambil tersenyum, matanya menerawang pemandangan disekitarnya.

                “Apakah masih ada yang belum kau capai?” tanya Jieun kemudian, membuat dokter Yoo terdiam sambil memandang lurus kedepan.

                “Menurutmu apakah ada yang belum kucapai?” tanya dokter itu balik pada Jieun, namun Jieun hanya menggeleng.

                “Tidak ada.” Jawab Jieun kemudian.

                Dokter Yoo menoleh menatap Jieun yang saat ini juga menatapnya, mereka saling bertatapan untuk beberapa menit sampai dokter itu tiba-tiba saja tertawa.

                “Mwo? Ada apa? Kenapa kau tertawa?” tanya Jieun dengan tampang tidak mengerti.

                “Hahahah ani, aku hanya ingin tertawa.” Jawab dokter Yoo sambil kembali tertawa terbahak-bahak.

                “Aishh kau aneh sekali.” Jawab Jieun, memasang wajah cemberut.

                “Hahah mian, aku akan memanggilmu nuna. Tidak apa-apa kan?” tanya dokter Yoo pada Jieun.

                “Terserah saja, berhubung kau kelihatan lebih muda dariku.” Jawab Jieun.

                “Baiklah, aku akan memanggilmu Jieun nuna, dan kau bisa memanggilku Youngjae.” Sahut namja itu.

                “Youngjae?”

                “Ne, Yoo Youngjae imnida.” 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rinakkuma #1
Chapter 18: Cutee~ selesai dlm seharii
byull98 #2
Chapter 18: Author-nim!!!! Mian sebesar-besarnya, baru komen sekaranggg;;;;; Suka banget sama fanfic iniiii, bingung mau komen apalagi kkkk~~~ author-nim jjang!! Bangsong jjang!! Kkkkkk ^^
FolderName
#3
Chapter 18: i need more of our Bbangssong together~ LoL but this is good
opparsfangirl #4
Chapter 18: Baguuus bangeeeet ! #Teambbangssong ... ayo authornim bikiiin ff sebagus ini lagiii yg lebih dramatis :))
kyurikim #5
Chapter 18: Wah udah ending aja nih aku kira bakalan ada kelanjutannya
rengganis
#6
Chapter 18: Wah udah ending ya? Hmmm..klimaksnya ok, tapi butuh chapter lagi buat romancenya bangsong pas merit atau setelahnya hehehe....
Gak nyangka ternyata himchan yg ngatur semuanya. Bakat jadi sutradara deeehhh
mimonu
#7
Chapter 18: aiiiiih endingnya _(:3」∠)_ bagus deh ffnya! ditunggu lagi ff yg lain~
Ichikawa-Ami #8
Chapter 18: Waaaaa, udah ending nih?? Kirain bakal ada chapter cerita cintanya mereka lagi pas Jieun udah bilang. Tapi gapapa author-nim, overall ceritanya seru bgt. Congrats yaa udah bisa selesein ^^
kyurikim #9
Chapter 16: Junhong kenapa balik ke amerika lagi:' Dan Yongguk, sini aku jitak dulu (becanda ding) tapi Yongguk kenapa pake acara nyari si Mirae lagi sih iya aku tau kamu sakit ati tapi ga gini juga kali *kenapa saya yang emosi-_-* semoga masalah author cepet selesai ya:') dan baekyeon sebenernya saya agak kretek karena baekhyun itu ultimate bias :') waiting bangsong jadi real yeah '-')9
rengganis
#10
Chapter 16: Huhuhu...yongguk serem banget sih,,posesif gitu. Tapi in the name of love kali yaaaa....
Tapi kenapa balik ke mirae lagiiii? Uuhh...