The Darkness Within

Till We Meet Again III : Beyond Parallel
Please Subscribe to read the full chapter

Maaf...maaf....maaf!!! Kesibukanku ternyata sangat melelahkan. :((

Tapi sebenarnya cerita ini sudah mau kuupdate dari Jumat kemarin cuma aku lupa. *digebuk readers, dilempari Jo-oppa* DX

 

Ok, kita lanjut ceritanya. Beri komen ya, atau bakal update lama lagi *nodong piso*

 

=======================================================================================================================

 

“Haksim? (kegelapan hati manusia)” kata Donghae, mengkonfirmasi apa yang baru saja diterjemahkan oleh Siwon padanya.

Dorm Super Junior pun mendadak sepi. Mereka semua paham betul dengan apa yang dimaksudkan oleh Josh barusan. Mereka paham bagaimana manusia dapat menjadi sangat hitam dan menjadi sumber bencana bagi banyak orang, termasuk dirinya sendiri. Dan, bukannya tidak mungkin, mungkin itu adalah salah satu alasan kenapa mereka bisa terlempar ke Corona.

“Tu...tunggu. A-apa itu?” Ryeowook menunjuk ke jendela. Mereka semua melempar pandang keluar jendela. Dari kejauhan tampak semacam ledakan-ledakan. Namun ledakan itu bukan seperti ledakan bom atau bahan peledak lain, melainkan seperti efek fade-in dan fade-out menggunakan bola berwarna hitam berukuran raksasa. Ledakan-ledakan itu mengenai gedung-gedung namun tidak merusak bangunan karena ketika menghilang. Semuanya tampak tidak ada yang berubah.

Untuk sesaat lamanya mereka merasa itu hanyalah yang tidak membahayakan sebelum akhirnya Eunhyuk menyadari bahwa salah satu dari bola itu meledak di langit dan menelan beberapa ekor burung yang sedang terbang di sana.

Setelah Eunhyuk mengungkapkan apa yang baru saja dilihatnya itu, Leeteuk segera memerintah semua orang untuk keluar dari dorm karena ledakan-ledakan itu mendekat ke arah bangunan tempat tinggal mereka. Pengalaman mereka bersama Penjaga selama ini sudah cukup membuat mereka paham kalau ada sesuatu di luar kebiasaan—dan juga hukum fisika—sedang terjadi.

Mereka semua berlarian ke lift, berdesak-desakan dengan penghuni apartemen lain yang ternyata juga menyadari datangnya bahaya dan berusaha menyelamatkan diri.

* * *

Telepon Kim Jaejung berdering kencang sekali. Setelah melihat nama peneleponnya, dia pun menekan tombol hijau. “Bagaimana?” tanya Jaejung sambil melirik Yuchun dan Junsu yang tampak sudah tidak tahan lagi ingin melahap hidangan lezat yang ada di depan mereka. Satu-satunya alasan kenapa mereka masih menahan diri adalah karena Jaejung melarang mereka untuk menyentuhnya. Sudah lama sekali mereka tidak makan bersama dan dia tidak ingin merusaknya hanya karena tatapan lapar dari kedua dongsaeng-nya. Tidak ada yang bisa tahan godaan jika di hadapan mereka dihidangkan beberapa menu lezat buatan tangan Jaejung.

“Kami dalam perjalanan.” jawab Yunho sambil mempertahankan posisi mobilnya agar tetap lurus.

“Baguslah.” tanggapan Jaejung dilanjutkan dengan tawa kecil. “Alasan apa yang kalian gunakan kali ini?”

“Alasan kuno.” balas Yunho, tidak bisa menahan diri untuk tidak nyengir. “Tapi masih efektif.”

“Kuharap tidak ada yang membuntuti kalian.” kata Jaejung. “Terutama fans. Kau tahu sendiri betapa cepatnya berita menyebar.”

“Tenang saja, Changmin sedang mengawasi keadaan situasi seperti elang.” Yunho melirik sedikit ke arah Changmin dan terkejut mendapati dongsaeng-nya itu justru sedang menari-nari sendiri di tempat duduknya. “Tapi kurasa dia sudah tidak sabar ingin menikmati masakanmu.”

“Betul. Aku rindu masakan Jaejung hyung.” tanggap Changmin lantang. Dia menepuk-nepukkan dashboard dengan tidak sabar. Cahaya matahari terpantul dari cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya nyaris membutakan mata Yunho.

“Yah! Awasi jalan! Bagaimana kalau ada penguntit yang mengikuti kita? Atau fotografer utusan perusahaan?” tegur Yunho.

“Arasseo…” Changmin manyun. Sifatnya yang ini jarang ditunjukkannya kepada orang lain selain orang-orang yang terdekat dengannya.

Meski matanya menatap keluar jendela namun ternyata pikirannya berkelana ke hal yang lain. Dia sudah bisa membayangkan kelezatan masakan Jaejung dan itu membuatnya ngiler. Sesuatu yang ada di luar sana mendadak membuatnya penasaran.

“Kenapa jalan ini begitu padat? Tidak biasanya seperti ini…”

Dia nyaris menggigit lidahnya sendiri ketika Yunho tiba-tiba menginjak rem. Begitu mendadaknya hingga punggung mereka berbenturan dengan kursi tempat mereka duduk.

“Ada apa ya?” tanyanya setelah melihat bahwa kendaraan di hadapan mereka begitu padat dengan antrian yang sangat panjang. Mereka mendengar bunyi klakson di mana-mana. Bahkan ada yang keluar dari mobil mereka dan memeriksa kendaraan di depannya.

Changmin membuka pintu mobilnya lalu keluar.

“Changmin-ah, jangan keluar! Yah! Shim Changmin!”

Terlambat, dia sudah melangkah cepat-cepat menuju kerumunan orang di hadapannya. Kaki jenjangnya membuat langkahnya cepat sekali. Yunho mau tidak mau akhirnya ikut keluar, setelah mengenakan kacamata hitam terlebih dahulu.

Setelah mengamati untuk beberapa saat, keduanya mencapai suatu kesimpulan. Terjadi kebingungan di jalan raya karena tiba-tiba beberapa pengendara mobil mendadak menghilang. Beberapa saksi sempat melihat ada ledakan-ledakan tak destruktif yang bermunculan sebelum semuanya itu terjadi.

Petugas lalu lintas yang telah datang memutuskan untuk membawa mobil-mobil kosong itu ke kantor polisi agar tidak menghalangi pengendara jalan raya sementara beberapa petugas lain mulai mengalihkan jalur kendaraan.

Yunho dan Changmin yang masih bingung dengan kejadian itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke mobil. Mereka harus segera ke rumah Jaejung sebelum ada yang tahu ke mana tujuan mereka.

Tiba-tiba saja terdengar bunyi-bunyi seperti ledakan yang tertahan menarik perhatian semua orang. Tak butuh waktu lama untuk mendengar jeritan kengerian di mana-mana.

Keduanya berbalik. Sekumpulan orang yang berkerumun di depan mereka tadi telah lenyap. Belum lagi pulih dari rasa heran mereka, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan lagi. Kali ini mereka menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang lenyap ditelan bola itu.

Keduanya sempat mematung di tempat mereka sebelum Yunho mengambil inisiatif.

“Lari!” pekiknya dan bersama Changmin keduanya langsung melesat dari tempat kejadian secepat yang mereka bisa menuju mobil.

Keduanya berlari sangat cepat menuju mobil mereka. Namun sepertinya bola-bola itu dapat muncul di mana saja secara acak.

Ketika mereka hampir mencapai mobil, terdengar bunyi ledakan yang terasa begitu dekat namun itu tidak membuat Yunho berhenti berlari. Dia agak kaget ketika sadar kalau dia yang terlebih dahulu tiba di mobil. Dia baru menyadarinya setelah dia menutup pintu dan buru-buru mengenakan sabuk pengaman.

“Changminnie?” Dia melihat keluar dari balik jendela dan berharap Changmin segera muncul.

Namun dia tidak melihat Changmin di mana pun. Dia keluar lagi dari mobil dan melihat sekeliling dan tidak mendapati Changmin di mana-mana. Ke mana perginya anak itu? Anak itu tidak mungkin sedang bermain-main dengannya, kan?

Yunho menghempaskan tubuhnya ke kursi. Dia mendadak pikirannya kosong, dan secara tidak sadar dia menatap jalanan tanpa fokus tanpa tahu harus berbuat apa. Suara telepon yang berdering membuatnya terkejut. Tanpa melirik siapa yang meneleponnya, dia mengangkatnya.

“Yunho-ah, aku lupa bilang kalau—” Yunho tahu suara siapa itu.

“Jaejungie…” potongnya dengan suara bergetar karena syok. “—Changmin lenyap.”

* * *

Suasana di markas besar hiruk-pikuk. Profesor Ico sibuk memerintah semua orang untuk melakukan ini-itu untuk menangani krisis yang sedang terjadi. Kabar mengenai bola-bola hitam sudah sampai ke telinganya, tentu saja, mengingat semua kecanggihan teknologi yang mereka punyai saat ini.

Untungnya di saat-saat seperti inilah ICO memperlihatkan kemampuan tersembunyi yang dimilikinya sebagai kecerdasan buatan tercanggih yang pernah ada.  Hampir puluhan hingga ratusan tugas-tugas berat mampu dia kerjakan sekaligus hanya dengan sedikit perintah dari manusia.

Dalam situasi yang menegangkan itu ada dua orang yang hanya berdiri diam sambil mematung di sana. Kevin masa depan, yang tadinya sibuk membantu sebagai asisten profesor, ikut bergabung dengan mereka ketika melihat keduanya hanya berdiri mematung di sana.

“Kyuhyun hyung, kau yakin akan melakukannya?” tanyanya pelan, mencoba untuk tidak berbuat sesuatu yang dapat memancing emosinya.

Kyuhyun tidak menjawab. Matanya memandang lurus ke arah monitor meski Siwon maupun Kevin tahu betul kalau dia tidak benar-benar sedang memperhatikan.

“Kyu?” kata Siwon pelan. Dalam hatinya dia merasa sedih namun dia tidak menunjukkan itu di hadapan kedua dongsaeng-nya itu “Kalau saja aku bisa menggantikanmu...”

“Nyatanya kau memang tidak bisa.” bentak Kyuhyun secara tidak sadar, mengagetkan baik Siwon maupun Kevin. Namun dia segera tersadar akan perbuatannya itu. Siwon hanya ingin membantunya. “Maaf. Aku tidak bermaksud membentak.”

“Aku tahu.”

“Kalau saja kami punya kemampuan sepertimu...” Kevin tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ningekaputri #1
Chapter 25: howaaaa akhir na slsai.... Ada cerita lg??? Cerita yg mana ini???
ningekaputri #2
Chapter 6: hihihi,,,chapter ini lucu,,saat leeteuk kaget klo kyuhyun masa dpn brumur 74thn. Gak bisa brhenti ketawa hahahahaha *lol
ningekaputri #3
Chapter 1: part selanjut na yg hrz qu baca. Ehmmm jujur qu trtarik dgn ff ini krn brothership. Jd sm sx gak brhrp ada dsb. Hehehe. Cm sng klo main cast byk kyuhyun^^ ada byk prtnyaan d kpala qu. Tp smga trjwb d part 3 ini,
Yulie1012 #4
Chapter 25: baca 2X saia hehe
Apa mungkin Siwon masih ingat karena sudah punya kristal? & ternyata yg punya pedang itu Siwon-Kyuhyun masa depan toh :D
Yulie1012 #5
Chapter 25: awalnya bingung, tp makin akhir-makin bagus
Tp lagi kenapa cuma Siwon yg inget, Kyuhyun tidak?

Ah, Ff ini bagus :)
Nurulms #6
Chapter 2: Aih bingung aq
gyu1315 #7
Chapter 25: waa baru baca dan sy have fun banget baca ini semuaa >3<
udah lama banget gabaca yg genre begini ♥
yp sayang banget yg kyu additional story ga di publish ya ? ㅜㅜ yah, padahal masih ngerasa kyunim disini agak kurang #biased wkwk
KyuNaCho #8
Chapter 25: Koq bisa yg ingat cuma siwon?
Gara2 siwon dan puya kristal ya?
oh ya epilog nie msh da ganjalan, bph kah q berharap msh da lanjutan:-)
Mksh<3