Bonus : Orang Ketiga?

My Complicated Love

Pernikahan Jihoon dan Yoojung sudah berjalan tiga tahun. Tapi entah kenapa Yoojung merasa bahwa akhir-akhir ini Jihoon bertindak aneh. Dia jadi tidak perhatian lagi padanya, bahkan mungkin mengabaikannya. 

Beberapa hari ini mereka juga sudah jarang berkomunikasi , karena Jihoon akan berangkat pagi-pagi sekali dan pulang saat Yoojung sudah tidur. Yang tidak pernah dilakukan Jihoon sebelumnya. Seakan Jihoon sengaja melakukannya untuk menghindari istrinya. Membuat Yoojung merasa curiga bahwa Jihoon main api di belakangnya. Tapi sebisa mungkin dia menepis pikiran tersebut dari kepalanya. Mencoba untuk berpikir positif dan mempercayai suaminya. Walaupun di dalam hati kecilnya, kecurigaan itu masih ada. 

                                             *

Pagi-pagi sekali Jihoon sudah bangun. Dia memandangi istrinya, tersenyum dan mengecup keningnya. Kemudian segera bangkit berdiri dan beranjak ke kamar mandi. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit baginya untuk membersihkan diri. 

Dia membuka lemari, dan mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan Yoojung kemarin. Lagi-lagi kembali tersenyum saat mengingat betapa perhatiannya Yoojung padanya. 

Setelah semuanya selesai dia segera berjalan keluar kamar, memandang Yoojung terlebih dahulu, memberikan tatapan yang sulit diartikan. Sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan istrinya yang masih berada di alam mimpi. 

                                                  *

Yoojung terbangun, tangannya meraba-raba, segera membuka matanya saat merasakan titik kosong di sampingnya. Dia melirik jam di atas nakas. Baru pukul setengah lima pagi.

Dia mendudukan dirinya dan mulai memijit pelipisnya. Lagi. Ini terjadi lagi. Sudah empat hari Yoojung ditinggalkan seperti ini. Tidak mengucapkan selamat tinggal. Bahkan tidak membiarkannya menyiapkan sarapan. Jihoon sudah menghilang saat dia bangun tidur. 

Dadanya terasa sesak. Pikiran tentang Jihoon yang sedang bersama wanita lain mulai berputar dalam kepalanya. Dia menggelengkan kepalanya, tidak mau membebani dirinya dengan pikiran negatifnya dan memilih untuk segera membuatkan sarapan untuk kedua anaknya. 

Setelah sampai di dapur Yoojung segera menanak nasi dan menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lauk pauknya. Dia tidak pernah menggunakan makanan siap saji pada keluarganya. Selama ini dia selalu memasak sendiri. Melakukan semuanya dengan tangannya sendiri. Baginya kesehatan anak-anaknya adalah prioritas utama. Tidak ingin mengambil resiko dengan memberikan mereka makanan tidak sehat. 

Setelah menata makanan di atas meja, dia segera bergegas menuju kamar anak-anaknya yang berada di samping kamarnya,bersiap membangunkan mereka. Walaupun masih pukul enam, tapi Yoojung memang selalu membiasakan si kembar untuk bangun pagi-pagi. Mendisiplinkan mereka sejak dini. 

Membuka pintu, melihat mereka yang masih tertidur lelap. 

Mereka masih tidur satu ranjang karena usia mereka yang baru dua setengah tahun. Si kakak Yoonji masih sering menolak saat diminta tidur sendiri. Dia bilang ingin melindungi adiknya dari monster jahat. Padahal sebenarnya dia sendiri yang ketakutan pada tokoh fiksi yang sering diceritakan oleh ibunya setiap malam. 

Dia tersenyum tipis sambil berjalan mendekat. 

"Yoonji, Yoonjae, ayo bangun, cepat mandi lalu sarapan! ", panggilnya sambil mengguncang pelan tubuh mereka, membuat keduanya menggeliat kecil. 

" Ibu, bolehkah kami bangun lima menit lagi ? ", tanya si kecil Yoonjae sambil menguap. 

Yoojung tampak berpikir sejenak. 

" Ehm, baiklah, tapi kalian harus sudah bangun saat Ibu kembali ke sini ! ", pintanya yang mendapat anggukan ringan dari putranya. 

Kemudian dia segera pergi meninggalkan kamar, memberikan mereka kesempatan untuk tidur sedikit lebih lama. 

                                                  *

Melihat anak-anaknya bermain bersama membuat Yoojung teralihkan dari segala pikiran negatifnya. Tapi dia tidak bisa membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Dia memutuskan untuk mengkonfrontasi Jihoon malam ini. Dia tidak akan tidur dan menunggu Jihoon sampai pulang. 

                                               *

Jihoon memasuki rumah dan merasa terkejut saat melihat Yoojung berdiri di depan pintu. 

"Belum tidur? ", tanyanya sambil melonggarkan dasi. 

" Aku menunggumu. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu! "

" Aku sangat lelah, besok saja! ", ketusnya, kemudian bergegas menuju kamar yang segera disusul oleh Yoojung. 

" Tidak bisa. Besok kau sudah pergi saat aku masih tidur. Kita harus bicara sekarang! "

Yoojung berkata sambil menarik lengan Jihoon, mencoba menghentikannya. 

" Kalau begitu lain kali saja! "

" Tapi -"

"Aku bilang aku lelah. Tidak bisakah kau biarkan aku istirahat ? "tanyanya dengan nada membentak, matanya menatap Yoojung tajam, membuatnya terdiam. 

Yoojung segera melepaskan cengkeramannya pada lengan Jihoon dan membiarkannya memasuki kamar. 

                                                 *

Yoojung menatap Jihoon kesal. Dia bilang dia lelah dan ingin istirahat. Tapi bukannya istirahat, dia malah mengutak-atik ponselnya entah melakukan apa. 

Yoojung tidak ingin menegurnya. Satu bentakan tadi sudah membuatnya malas bicara dengannya. 

Dia mengalihkan pandangannya saat Jihoon menoleh ke arahnya. 

Tidak lama kemudian, Jihoon beranjak berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Meninggalkan ponselnya dalam keadaan menyala. Menampilkan isi chatnya dengan seorang wanita. 

"Kim Sohye? ", gumamnya pelan, membaca nama yang tertera di layar. 

Isinya hanya obrolan biasa. Saling memberikan ucapan selamat malam pada satu sama lain. Tapi bukankah sangat aneh bagi seorang pria yang sudah beristri untuk mengucapkan selamat malam pada wanita lain? 

Yoojung kembali merasakan sesak di dadanya. Cairan hangat mulai mengalir dari matanya. Dia memukul-mukul dadanya untuk mengurangi rasa sakitnya. 

Segera bersikap biasa saja saat mendengar pintu kamar mandi terbuka. Memutuskan untuk berbaring memunggungi Jihoon. Menutupi wajahnya dengan selimut dan melanjutkan menangis. 

                                                  *

Yoojung terbangun pukul tiga dini hari. Karena Jihoon tidak mau diajak bicara, dia memutuskan untuk mencari tahu sendiri.  

Segera mengambil handuk dan bersiap untuk mandi. 

Setelah selesai dan berpakaian rapi, dia kembali berbaring. Menyelimuti tubuhnya hingga sebatas leher, menyembunyikan pakaiannya. Kemudian memejamkan matanya, berpura-pura tidur sambil menunggu Jihoon berangkat kerja. 

                                                  *

Yoojung membuka matanya saat memastikan Jihoon sudah pergi. Menyibakkan selimutnya dan segera bersiap mengikuti suaminya. Mengendap-endap menuju garasi. Segera memasuki mobilnya dan menyalakannya. Melajukannya tepat di belakang mobil Jihoon dengan hati-hati. 

Tanpa sepengetahuannya, Jihoon sudah menyadari gerak-geriknya sedari tadi. Segera mengambil ponselnya saat dia melihat mobil Yoojung mengikuti di belakangnya. 

"Bersiap di posisi! ", perintahnya pada seseorang yang dihubunginya. Menyimpan kembali ponselnya saat merasa pesannya sudah diterima dengan baik oleh lawan bicaranya. 

                                                   *

Yoojung tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Jihoon sedang memeluk seorang wanita di depan kantornya. Mereka terlihat sangat mesra. Bahkan cara Jihoon mengelus kepalanya membuat Yoojung muak. 

Tanpa pikir panjang dia segera keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri mereka berdua. 

"Jadi ini yang kau lakukan setiap hari di belakangku? ", tanyanya membuat  keduanya melepas pelukan dan menoleh. 

Jihoon sama sekali tidak terlihat terkejut. Dia malah dengan sengaja memeluk pinggang wanita itu dan menariknya mendekat. 

" Oh, kau sudah tahu? Kau hebat juga ya? Berani memata-matai suamimu bahkan mengikutiku sampai kemari", sindirnya dengan nada mengejek. 

"Sebenarnya aku akan memberitahumu nanti . malam, tapi karena kau sudah tahu, sekalian aku sampaikan di sini saja! Aku sudah bosan denganmu Choi Yoojung. Aku ingin kita berpisah. Dan ini kekasih baruku, Kim Sohye, yang juga bekerja sebagai sekretarisku! "tunjuknya pada wanita di sebelahnya. 

" A-a-apa? ", gagapnya, otaknya sama sekali tidak sanggup mencerna kata-kata yang baru saja memasuki gendang telinganya. 

" Kau sudah dengar tadi. Ayo sayang, kita pergi! ", ajaknya pada wanita di sampingnya sambil menggandeng tangannya. Meninggalkan Yoojung yang sudah mulai menangis. 

Yoojung merasakan kakinya melemas. Dia jatuh terduduk di jalanan yang dingin. Dia memukul-mukul dadanya sambil menangis kencang. Mengabaikan tatapan aneh orang-orang yang berjalan melewatinya. Dia tidak peduli,yang dia inginkan sekarang hanya menumpahkan segala rasa sakitnya. 

Tanpa dia sadari, dari kejauhan, berdiri seseorang yang tengah memandanginya dengan tatapan tak tega. Mengawasinya sampai dia pergi dari sana. Dan mengikutinya dalam perjalanan pulangnya. Kemudian bergegas pergi saat dia memastikan Yoojung sampai rumah dengan selamat. 

                                                   * 

Yoojung tiba di rumahnya dan segera menghapus air matanya. Dia tidak ingin anak-anaknya tahu bahwa dia baru saja menangis. 

Menaiki tangga dan menuju kamar si kembar, berniat memeriksa keadaan mereka, tetapi betapa kagetnya dia saat didapatinya kamar mereka yang kosong. 

Segera berlari membuka kamar mandi tapi nihil, tidak ada siapapun di dalam. 

Dia mulai panik, seluruh rumah sudah ditelusurinya. Tapi kedua anaknya tidak ditemukan di mana pun. 

Saat sedang bingung-bingungnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan cepat segera memeriksanya, berharap ada petunjuk tentang anak-anaknya. Ternyata sebuah pesan masuk. Dahinya mengernyit saat membacanya. 

Unknown

Jika ingin bertemu anak-anakmu, temui aku di kafe XFOOD

Tanpa pikir panjang dia segera menuju kesana. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia terlalu takut terjadi sesuatu pada mereka. Beruntung sekali, belum banyak pengguna jalan di waktu sepagi ini. Membuatnya dengan mudah melesatkan mobilnya di jalan raya. 

Yoojung sampai dalam waktu sepuluh menit. Memarkirkan mobilnya dengan cekatan dan tergesa-gesa membuka pintu. Dengan langkah cepat berjalan ke arah kafe. Namun dia merasa heran. Suasana kafe terlalu sepi, seperti tidak ada kehidupan. Bahkan dilihat dari kaca depan, keadaan di dalam terlalu gelap. Apakah dia salah tempat? Tapi tidak mungkin. Ini benar kafe yang dimaksud. Bahkan dia sering kesini bersama keluarga kecilnya karena ini adalah kafe favorit mereka. 

Dia memutuskan untuk tetap masuk. Dengan ragu memegang gagang pintu dan membukanya.

Suasana di dalam masih sama, sangat gelap dan sepi. 

"Maaf,ada orang di sini? ", tanyanya sambil terus berjalan. Satu langkah , dua langkah dan tiba-tiba. . .

'DOR' DOR' DOR'

Lampu menyala disertai dengan ledakan confetti di mana-mana. 

" KEJUTAN "

Yoojung yang awalnya menutup mata karena terkejut akibat suara ledakan confetti akhirnya membuka matanya. 

Dia semakin terkejut dengan apa yang dilihatnya. Saat ini di depannya sedang berdiri semua orang terdekatnya. Teman-temannya, orang tuanya, mertuanya, juga suami dan kedua anaknya. Bahkan wanita yang diakui Jihoon sebagai kekasihnya juga ada. 

Kemudian Jihoon mendekat dengan senyum lebar. 

"Apa-apaan ini? ", tanyanya saat sang suami sudah berada tepat di depannya. 

" Selamat hari ulang tahun pernikahan yang ketiga, Sayang . Aku harap kita bisa merayakan sampai yang ke seratus! "

" Aku tidak mengerti. Bukankah kau bilang kau bosan padaku dan ingin kita berpisah? "

" Ehm, itu . .  ", ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. 

"Itu apa? Tolong jelaskan dengan baik! "

" Maafkan aku, itu semua hanya tipuan. Aku merencanakan kejutan ulang tahun pernikahan untukmu. Dan kejadian tadi adalah salah satu dari rencanaku“, jelasnya. 

"Apa? "

" Ya, semuanya adalah rencanaku. Berpura-pura menghindarimu, hubunganku dengan Kim Sohye, dan hilangnya anak-anak. Semuanya bagian dari rencana kejutanku untukmu. Apa kau terkejut?Rencanaku berhasil, kan? "

"..."  Yoojung terdiam cukup lama, menatap datar Jihoon. 

"Sayang, kau tidak apa-apa? "

Sikap diam Yoojung membuatnya sedikit takut. Hingga tiba-tiba Yoojung mulai terisak. 

" Hiks . . hiks"

Jihoon panik karena tiba-tiba Yoojung menangis. Dengan sigap segera memeluknya. 

"Cup. . cup . . cup, jangan menangis. Apa aku membuatmu bersedih ?", ucapnya sambil menepuk ringan punggung Yoojung dan mengelus rambutnya. 

"Apa kau tahu betapa kacaunya aku saat kau menghindariku? ", tanyanya, masih dengan airmata yang terus mengalir. 

" Maaf! ", ucapnya penuh penyesalan. 

" Kau tahu aku sampai menangis di jalanan gara-gara ulahmu! "

" Aku tahu. Karena itu aku mengawasi dan mengikutimu sampai kau tiba di rumah! "

Yoojung terkejut. Dia berhenti menangis dan melepaskan pelukan mereka. 

" Benarkah? Kenapa aku tidak tahu? 

" Kau terlalu sibuk menangis. Dan kau pikir aku akan membiarkanmu tahu? Rencanaku akan gagal jika kau tahu!"

"Jadi, kau juga yang mengirimiku pesan dengan nomor tidak dikenal? "

" Ya! "

" Apa kau tahu bagaimana paniknya aku saat anak-anak menghilang? Aku pikir mereka diculik! "

"Hehe, maaf"

Yoojung memutar bola matanya kesal karena melihat Jihoon cengengesan. 

“Lalu siapa yang membawa si kembar kemari? " 

" Ayah dan ibuku menawarkan diri untuk menjemput mereka"

"Jadi ayah dan ibu tahu tentang semua ini? "

" Semua orang tahu! "

" Kecuali aku? "

Jihoon mengangguk.

"Jadi, hanya aku yang tidak tahu? ", Jihoon mengangguk sekali lagi. 

" Dasar kau Park Jihoon, beraninya kau membuat  istrimu terlihat bodoh! ", kesalnya sambil memukul-mukul kecil dada bidang Jihoon. 

Jihoon segera menangkap kedua tangan Yoojung, mencoba menghentikanya, kemudian dia berbisik di telinganya, " Hei, hentikan. Apa kau tidak malu, semua orang melihat kita! "

Yoojung melihat ke belakang Jihoon. Ternyata semua orang sedang memperhatikan mereka sambil memasang senyum jahil. Terlihat gemas dengan tingkah keduanya.

Tiba-tiba wajah Yoojung memanas. Padahal dia tahu mereka tidak sendirian, tapi tubuhnya tanpa sadar melakukan hal konyol tadi. 

"Ada yang ingin diberikan anak-anak padamu? ", ucap Jihoon, mencoba mengalihkannya dari rasa malunya. 

" Yoonji, Yoonjae , kemari sayang! ", panggilnya, membuat keduanya mendekat. 

Yoonji mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya, " Ayah, Ibu, selamat ulang tahun pernikahan", ucapnya sambil memberikan kue kecil berwarna merah dengan bentuk hati. 

"Semoga Ibu selalu mencintai Ayah! ", dilanjutkan dengan Yoonjae yang memberikan setangkai mawar putih. 

Yoojung melirik Jihoon, " Kau yang mengajari mereka? ", tanyanya, yang hanya dibalas Jihoon dengan cengiran khasnya. 

Yoojung menerima hadiah dari kedua anaknya, kemudian dia berlutut, menyamakan tingginya dengan si kembar untuk memeluk dan mencium pipi mereka. 

"Terima kasih sayang. Lain kali bilang pada Ayah untuk tidak merepotkan Ibu ya! " , pintanya dengan nada bercanda, membuat Jihoon kembali menyengir lebar, kemudian ikut berlutut untuk memeluk mereka bertiga, saling mengungkapkan kasih sayang satu sama lain dengan sebuah pelukan. Sampai-sampai hampir melupakan orang-orang yang dari tadi masih berdiri sambil menatap mereka. 

"Baiklah, kami jadi obat nyamuk", celetuk Jimin, yang akhirnya menyadarkan mereka untuk melepaskan pelukan dan segera memulai pesta. 

Akhirnya, hari itu mereka habiskan dengan perayaan pesta yang menyenangkan. Meskipun harus diwarnai dengan drama picisan antara Jihoon dan Yoojung terlebih dahulu.  

Jihoon yang merasa menyesal karena telah membuat Yoojung menangis akhirnya mendedikasikan dirinya untuk menjadi pelayan satu harinya. Bersedia menuruti segala keinginan istrinya.

Dan Yoojung akhirnya sadar bahwa Jihoon tidak akan pernah mengkhianatinya. Sedikit merasa menyesal telah berpikiran buruk tentang suaminya.

Mereka saling menebus kesalahan masing-masing dengan berjanji pada satu sama lain untuk selalu setia. Berharap agar ulang tahun pernikahan mereka tidak akan berhenti sampai di tahun ketiga, tapi sampai tahun keempat dan seterusnya. Walaupun sebenarnya, tanpa sepengetahuan Jihoon, Yoojung lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka. 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment