Rencana Licik (2)

My Complicated Love

"Huwek", Yoojung sedang memuntahkan isi perutnya di wastafel. Sudah tiga bulan ini dia selalu mual dan muntah di pagi hari. Walaupun hanya cairan yang keluar. Selera makannya juga berkurang, membuat berat badannya menurun drastis. Untung saja suplemen dari dokter Hwang mengandung banyak nutrisi sehingga kebutuhan tubuhnya cukup terpenuhi. Namun tetap saja kondisinya semakin melemah. Apalagi wajahnya semakin pucat dari waktu ke waktu. Membuat Jihoon merasa khawatir. 

"Kau tidak apa-apa Jung?" tanyanya sambil menepuk pelan punggung Yoojung yang tengah membungkuk di wastafel. 

"Hhmm", Yoojung hanya menggumam dan mengangguk lemah sebagai jawaban. Memegangi perutnya yang terasa bergejolak. 

"Seharusnya kau tidak usah hamil saja !", gumamnya pelan, tapi cukup keras untuk didengar oleh Yoojung. 

Yoojung yang sudah mulai berjalan pergi pun akhirnya berbalik dan menghadap Jihoon. 

" Apa maksudmu? ", tanyanya marah. 

" Aku tidak suka 'dia'  menyakitimu!", jawabnya sambil menunjuk perut Yoojung dengan dagunya. 

"Berhenti bicara omong kosong Hoon. Kau akan menyesal jika ternyata bayi ini adalah anakmu! ", ucapnya tegas. 

Jihoon menundukkan kepalanya, merasa menyesal, " Maaf ", cicitnya pelan. 

Yoojung menghela napasnya, " Sudahlah, lupakan saja! ", gumamnya. Segera berjalan pergi meninggalkan Jihoon yang masih berdiri mematung di tempat. 

*

Di dalam kamar apartemennya, Jimin sedang duduk merenung. Memikirkan kenapa rencananya tidak menunjukkan hasil padahal sudah berlangsung selama tiga bulan. Setelah menjebak Yoojung dan menunggu dalam diam, dia pikir Jihoon akan segera meninggalkan Yoojung karena menganggapnya telah mencuranginya. Tetapi sudah tiga bulan dan tidak ada tanda-tanda mereka akan berpisah. 

Jimin mulai memutar otak, jika menjebak Yoojung tidak berhasil, maka sepertinya dia harus mengganti targetnya. Dia mengambil ponselnya dan mencari kontak seseorang. Segera menempelkan ponsel ke telinganya ketika panggilannya tersambung. 

"Hallo Yer, kau ada waktu? "

" . . . "

" Bagus, kita bertemu di tempat biasa, aku ada tugas untukmu!“

Segera memutuskan panggilan dan menelepon ke nomor lain. Agak lama sebelum akhirnya diangkat. 

"Hallo Hoon! "

" . . . "

" Hei, jangan begitu, kita ini kan masih saudara! "

" . . . "

" Sudahlah, lupakan saja masa lalu, lebih baik kita bertemu, ada yang ingin kubicarakan denganmu! "

" Bagus, temui aku di bar XX"

". . . "

"Baiklah, aku tunggu"

Jimin menyimpan kembali ponselnya  ke saku celana setelah menyelesaikan panggilannya. Menyeringai puas saat berpikir rencananya akan berhasil. 

*

Jihoon sedang menemani Yoojung sarapan di kamarnya ketika ponselnya berbunyi. Wajahnya berubah masam saat mengetahui siapa yang meneleponnya. Memilih mengabaikannya dan kembali melanjutkan kegiatannya untuk mengawasi Yoojung makan, memastikannya menghabiskan makanannya. Tetapi Yoojung merasa terganggu karena dering ponselnya yang tak kunjung berhenti. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk bersuara. 

"Siapa? " tanyanya tanpa menatap Jihoon. 

" Teman"

"Tidak kau angkat?"

"Tidak penting''

"Angkatlah, suaranya menggangguku!"

"Baiklah", Jihoon akhirnya mengalah, melangkah keluar kamar untuk menerima panggilan. 

Tidak lama kemudian dia kembali. Segera menyambar kunci mobil  di laci setelah memakai jaketnya. Yoojung memperhatikannya dengan dahi mengernyit heran. 

"Kemana?", tanyanya kemudian. 

"Aku harus menemui temanku sebentar. Kau di rumah saja dan jangan pergi kemana-mana. Aku akan mengunci pintunya dari luar!", pesannya pada Yoojung, tapi malah terdengar seperti sebuah perintah. 

Yoojung melengos dan memutar bola matanya malas tanpa sepengetahuan Jihoon. Bagaimana dia bisa  pergi jika pintunya saja dikunci dari luar? Walaupun akhirnya memilih untuk hanya mengangguk pasrah dan tidak membantah. Dia tidak ingin mencari masalah lagi dengan Jihoon. Lagipula dia juga terlalu malas untuk berdebat dengannya. 

"Aku pergi! ", pamitnya sambil mencium pucuk kepala Yoojung, yang hanya mendapat anggukan singkat dan senyuman tipis darinya. Kemudian segera beranjak pergi meninggalkan kamar. 

Setelah Jihoon menghilang di balik pintu, Yoojung mulai bertanya-tanya dalam hatinya, "Apa dia punya kepribadian ganda?" 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment