Akhir

My Complicated Love

Hari ini mereka akan mengantar Jimin ke bandara. Dia berencana memperluas pengalaman kerjanya dengan mengurus perusahaan ayahnya yang berada di Jepang. 

Karena kandungan Yoojung sudah berusia delapan bulan, dia jadi sedikit kesulitan saat berjalan, yang membuat Jihoon harus selalu memeluknya dari samping untuk membantu menopang berat tubuhnya. 

"Hei kalian, berhenti membuatku cemburu! ", sindir Jimin yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua. 

"Makanya, cepatlah cari pacar, aku dengar gadis Jepang cantik-cantik, pacari satu lalu nikahi! " , Jihoon mencoba memberi saran. 

"Apa maksudmu bicara seperti itu? Aku tidak mungkin mengkhianati Yoojung! " 

" Aish! ", amuk Jihoon, mengepal tinjunya ke atas, berpura-pura akan memukul Jimin,membuat Yoojung tertawa. 

"Lihatlah, Yoojung saja setuju padaku. Ya kan Jung? " , tanyanya pada Yoojung yang hanya dibalas dengan gendikan bahu. 

"Lebih baik cepat pergi sana! ", kesal Jihoon.

"Kau mengusirku? "

" Tidak. "

" Lalu? "

" Kau tidak dengar, pesawatmu berangkat lima menit lagi! "

" Benarkah? Kalau begitu aku pergi dulu! ", ucapnya sambil pergi terburu-buru. 

" HATI-HATI DI JALAN KAK JIM, JAGA DIRI BAIK-BAIK!",teriak Yoojung sambil melambaikan tangannya, membuat Jimin yang sudah berjalan agak jauh akhirnya berbalik dan ikut melambaikan tangan. 

"OK, JANGAN LUPA KABARI AKU KALAU ANAK KALIAN LAHIR, YA! ", balasnya ikut berteriak. 

" KALAU BEGITU PASTIKAN KAU TETAP SEHAT UNTUK BISA MELIHAT KEPONAKANMU! ", Jihoon tidak mau kalah, bahkan teriakannya lebih kencang dari mereka berdua. 

" TENTU", Jawabnya sambil kembali berbalik ke depan. 

Yoojung terus melambai sampai Jimin menghilang di balik pintu kaca. 

Setelah memastikan pesawat yang ditumpangi Jimin lepas landas, mereka langsung pergi ke rumah sakit untuk check up kandungan. 

 

*

Di dalam mobil, Yoojung terus memandangi foto USG bayi kembar mereka. Ya, Yoojung hamil anak kembar. Sepasang, laki-laki dan perempuan. 

"Aku masih tidak percaya anak kita ternyata kembar", celetuknya, tanpa mengalihkan tatapannya dari foto tersebut. 

"Pantas saja perutku sudah sangat besar waktu usia kandunganku baru tiga bulan! ", lanjutnya kemudian. 

Jihoon yang sedang fokus menyetir hanya tersenyum sambil mengusap rambut Yoojung dengan tangan kanannya. 

" Menurutmu, gen kembar kita berasal dari siapa? Perasaan dalam anggota keluargaku tidak ada yang kembar? "

" Apa kau masih ingin punya anak lagi setelah aku melahirkan? "

" Aku penasaran, apa aku bisa melahirkan secara normal, aku ingin mendengar tangisan pertama mereka. Bukankah wanita sejati itu jika sudah bisa melahirkan bayinya tanpa operasi? Aku juga ingin seperti itu dan menjadi wanita sempurna"

"Menurutmu, mereka akan mirip siapa?"

"Aku masih belum yakin bisa jadi ibu yang baik untuk mereka "

Perjalanan pulang mereka diwarnai dengan celotehan Yoojung tanpa henti, hingga mereka sampai di rumah. 

*

Siang ini mereka sedang berada di ruang keluarga sambil menonton televisi. Dengan posisi Yoojung yang duduk di sofa dan Jihoon berada di bawah sedang memijat kakinya yang bengkak, efek dari kehamilannya. 

"Akh", tiba-tiba Yoojung meringis sakit membuat Jihoon menautkan alisnya. 

"Kau kenapa Jung? "

" Perutku sakit sekali Hoon! "ringisnya sambil memegangi perutnya. 

"Kau yakin? Kau tidak sedang bercanda kan? " , tanyanya curiga. Dia takut dikerjai lagi seperti waktu itu. Karena menurut prediksi dokter, Yoojung masih akan melahirkan satu minggu lagi. 

"Untuk apa aku bercanda Hoon? Akh! " 

Tiba-tiba ada aliran air menuruni paha Yoojung sampai mengenai tangan Jihoon. 

" AIR KETUBANNYA PECAH", teriak Yoojung yang membuat Jihoon berdiri dengan panik. Meraih ponselnya dan langsung menghubungi dokter Hwang untuk memberitahukan kondisi Yoojung dan segera mematikan televisi. 

Dengan cepat menyambar kunci mobil dan membuka pintu depan. Tak ingin mengulangi kebodohannya yang dulu. 

Berlari menghampiri Yoojung dan segera menggendongnya. Berjalan keluar dengan hati-hati dan menutup pintu dengan kakinya. 

Segera melajukan mobil setelah dengan aman mendudukan Yoojung di kursi samping kemudi. 

"Sabar Jung! ", ucapnya menenangkan Yoojung yang terlihat semakin kesakitan sambil tangan kanannya dengan telaten mengelus perut Yoojung. Yoojung hanya bisa mengangguk sambil menahan sakit. 

Sampai rumah sakit, mereka di sambut oleh dokter Hwang yang sudah berdiri di depan pintu masuk bersama beberapa perawat dan juga dokter Kim, dokter perempuan yang bertugas membantu proses persalinan Yoojung.  

Yoojung segera dipindahkan ke atas brankar dan dibawa ke ruang bersalin. 

"Aku tidak menyangka Nyonya akan melahirkan seawal ini! ", kata dokter Hwang dalam perjalanan ke ruang bersalin. 

" Apa itu normal Dok? Bukankah Dokter bilang masih seminggu lagi? ", tanya Jihoon khawatir. 

" Itu hal biasa Tuan Park, perkiraan dokter tidak selalu benar. Nyonya pasti akan baik-baik saja! "ujarnya menenangkan sambil menepuk pundak Jihoon pelan. 

Jihoon terus berdoa sampai memasuki ruang bersalin. 

Ruang Bersalin 

Yoojung terengah-engah. Dia sudah menghabiskan hampir separuh energinya untuk mengejan. Tangan kirinya dipasang infus untuk menambah tenaganya. Bahkan dia sampai harus mencakari tangan Jihoon untuk menyalurkan rasa sakitnya. Padahal dia masih harus melahirkan satu bayi lagi. 

Kepala bayi sudah terlihat, tetapi Yoojung tampaknya sudah akan menyerah. Tiba-tiba Jihoon membungkuk dan berbisik di telinga Yoojung. 

"Jung, apa kau ingat bahwa kau pernah mengatakan ingin melahirkan secara normal?Kau ingin menjadi wanita yang sempurna dan mendengar tangisan pertama dari bayimu. Aku juga akan ikut berjuang bersamamu. Aku akan bertahan di sisimu dan menguatkanmu. Jadi kumohon, jangan menyerah ! "bisiknya lembut. 

Yoojung kembali teringat pada kata-katanya, hari dimana mereka mengantarkan Jimin ke bandara. Kemudian, seakan mendapat suntikan kekuatan, Yoojung mulai mengejan dengan kuat. 

" EEEHHHMMMM"

Dengan satu dorongan kuat tersebut, akhirnya tangisan bayi mulai terdengar. 

"Selamat Nyonya, bayinya perempuan. Cantik seperti ibunya! ", ucap dokter Kim sebelum menyerahkan bayinya kepada perawat untuk dibersihkan

"Aku berhasil Hoon", ucapnya dengan napas tersengal. Setetes air mengalir turun dari matanya, sebuah airmata bahagia. 

Jihoon tersenyum bangga. Mencium keningnya yang penuh keringat berkali-kali. 

"Akh", selang beberapa detik kemudian, Yoojung kembali merasakan sakit di perutnya, membuat Jihoon panik. 

"Pasien kembali mengalami kontraksi, kita lakukan proses persalinan sekali lagi! ", komando dokter Kim. 

" Ulangi seperti tadi, tarik napas , buang perlahan kemudian dorong dengan kuat! "

Yoojung melakukan persis seperti yang diperintahkan. Sedikit lebih mudah karena sudah terbiasa. Pada dorongan kelima, akhirnya tangisan bayi kembali terdengar. 

" Saya ucapkan selamat sekali lagi untuk Nyonya, kali ini bayinya tampan seperti ayahnya! ", puji dokter Kim. Membawa pergi bayi tersebut untuk dibersihkan. 

Jihoon dan Yoojung saling pandang. 

" Terima kasih karena sudah menjadikanku pria sejati. Menjadi seorang suami, dan bahkan seorang ayah. Sekali lagi terima kasih Jung! ", ucapnya sambil mengusap surai cokelat Yoojung. 

Yoojung hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi ungkapan terima kasih dari Jihoon. Terlalu lelah untuk hanya sekedar bicara. 

Setelahnya Yoojung dipindahkan ke ruang rawat VIP dengan Jihoon yang selalu mendampingi di sisinya. 

*

Yoojung sangat senang saat anak-anaknya diperbolehkan dibawa ke ruangannya. Tersenyum bahagia sambil memandang mereka yang tertidur di tempat tidur bayi di sebelah ranjangnya. 

Bayi perempuan mereka sangat mirip dengan Yoojung. Dengan bibir tipis dan hidung mungil yang menambah kelucuannya. Gabungan antara cantik dan menggemaskan. Sedangkan bayi laki-laki mereka tampak seperti duplikat Jihoon. Dari ujung kepala sampai ujung kaki semuanya mirip dengan Jihoon saat masih bayi. Bahkan Jihoon sampai bolak balik melihat wajah anaknya dan juga potret dirinya ketika masih bayi yang tersimpan di galeri ponselnya untuk memastikan kemiripan mereka. Siapapun yang tidak mengetahuinya, pasti akan mengira foto tersebut adalah potret anaknya. Kalau begini tidak ada yang bisa menyangkal bahwa mereka adalah ayah dan anak. 

"Kau sudah mempersiapkan nama untuk mereka? ", tanya Jihoon membuat  Yoojung menoleh. 

" Aku pikir kau yang akan memberi mereka nama? "

" Bagaimana kalau Park Yoonji dan Park Yoonjae? "

Yoojung tampak berpikir sejenak, " Ehm, aku suka ", jawabnya sambil tersenyum. 

Akhirnya mereka sepakat memberi mereka nama sesuai dengan usul Jihoon. 

*

Yoojung, Jihoon dan Jimin sedang duduk di taman belakang. Sedangkan Yoonji dan Yoonjae tengah tertidur lelap di dalam stroller

Jimin baru saja kembali dari Jepang setelah diberi kabar jika keponakannya sudah lahir. Sedikit terkejut ketika melihat Jihoon Junior. Jimin menjulukinya seperti itu karena kemiripannya dengan Jihoon. 

Setelah terdiam lama, Jimin tiba-tiba berceletuk. 

"Bukankah kalian berdua hutang terima kasih padaku? "

Jihoon memiringkan kepalanya, merasa bingung, " Maksudmu? ", tanyanya kemudian. 

" Kau bisa bertemu dengan Yoojung karena aku menjalin hubungan dengannya. Dan kau bisa menikahinya karena aku mencampakannya. Juga sekarang kalian bisa hidup bahagia seperti ini karena aku merelakannya. Aku sudah berjasa banyak dalam hidup kalian. Bukankah itu artinya kalian berhutang padaku? "

" Hei, itu sudah takdir kami untuk bersama. Tidak ada hubungannya denganmu. Ya kan Jung?"

"Entahlah. Aku hanya berpikir kenapa perjalanan cintaku serumit ini. Pacaran dengan kakaknya tetapi menikah dengan adiknya. Dicampakkan oleh sang kakak, diselamatkan oleh sang adik. Bukankah itu sangat rumit? "

" Aku sudah bilang, ini takdir! "

" Tidak-tidak, itu semua karena campur tanganku. Aku masih menuntut terima kasih dari kalian!"

"Tidak akan! "

" Kau harus. Aku menuntut! "

''Aku tidak peduli! " 

''Kau mau cari masalah lagi denganku?  Mau duel? " , Jimin sudah mulai berdiri. 

"Ayo, siapa takut! "

" Tidak bisakah kalian diam, mereka bisa terbangun gara-gara ulah kalian! ", amuk Yoojung yang sudah tidak tahan dengan tingkah kekanakan mereka. Membuat kedua kakak beradik tersebut langsung diam tak berkutik. Yoojung kalau marah sangat menakutkan. 

Pagi yang cerah ini dipenuhi dengan pertengkaran konyol antara Jimin dan Jihoon, juga beberapa ceramah singkat dari Yoojung. Diakhiri dengan tawa gemas dari mereka bertiga karena si kembar yang menggeliat kecil secara bersamaan dalam tidur mereka. 

Sebuah akhir yang cukup bahagia dalam kisah cinta rumit mereka. Berharap ini bukan hanya sekedar happy ending tetapi akan menjadi happily ever after

END

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment