Jebakan

My Complicated Love

Malamnya, saat Yoojung terbangun, Jihoon sudah tidak ada di sampingnya. Bahkan sudah pergi meninggalkan rumah. Sepertinya amarahnya masih belum reda. Membuat Yoojung frustrasi dan memutuskan keluar untuk menenangkan pikirannya . Dan di sinilah dia sekarang, di sebuah bar di dekat rumahnya. Tempat yang selalu dihindarinya dulu, tetapi menjadi satu-satunya tempat penghilang stresnya sekarang. Karena tidak mungkin baginya menceritakan masalahnya yang sangat sensitif tersebut kepada sahabat maupun keluarganya. Yoojung akan merasa tidak nyaman saat membagi masalah pribadinya kepada orang lain. Dia terbiasa menyimpan semuanya seorang diri dan mencoba menutupinya, sebesar apapun masalahnya. Kebiasaannya saat tidak ingin membuat semua orang khawatir. Sehingga tidak ada yang pernah bisa menyadari saat perempuan yang sangat ceria tersebut sedang dalam masalah. Padahal dibalik senyum cerianya,terdapat segudang masalah yang sedang dihadapinya.

Setelah mengamati sekitar, Yoojung pun memesan minumannya. Dia bukan tipe peminum yang baik, karena itu dia hanya memesan bir dengan kadar alkohol rendah

Sambil menunggu minumannya datang, dia merenung.Yoojung bingung mengapa Jihoon menjadi sangat posesif padanya. Seingatnya, hubungan mereka sangat tidak baik dulu. Jihoon selalu bersikap dingin dan sinis padanya. Bahkan setelah Jimin mengumumkan bahwa mereka berdua akan menikah. Sikap dingin Jihoon semakin menjadi. Berubah menjadi sedikit kasar bahkan tidak segan melontarkan kata-kata kejam padanya. Tanpa alasan menabrak bahunya, kemudian meninggalkannya begitu saja. Tetapi kenapa sekarang berubah seratus delapan puluh derajat. Dia pikir setelah Jihoon memutuskan menikahinya, Jihoon akan mengabaikannya, seperti yang dikatakannya waktu itu, mereka menikah hanya untuk menyelamatkan nama baiknya sendiri. Tetapi Yoojung salah, Jihoon benar-benar memperlakukannya sebagai seorang istri. Memintanya melaksanakan kewajiban mereka sebagai suami istri. Bahkan dia marah saat Yoojung masih berhubungan dengan pria lain. Bertindak seperti seorang suami yang sesungguhnya, penuh perhatian dan juga merasa cemburu, menginginkan Yoojung hanya untuknya, seolah-olah mereka menikah karena saling mencintai. Sikap dinginnya lenyap entah kemana, bahkan mengakuinya sebagai miliknya di depan Jimin. Yoojung seperti tidak mengenal Jihoon yang sekarang. Tetapi mengingat bahwa Jihoon menamparnya tadi pagi, menyadarkan Yoojung bahwa Jihoon masih Jihoon yang dulu. Bertindak sesuka hati tanpa mempedulikan perasaannya. Tapi Yoojung sadar, semua itu adalah kesalahannya karena menemui Jimin tanpa izin, dan bahkan berani berbohong padanya. Walau sebenarnya tak ada niatan sedikitpun dihatinya untuk kembali pada Jimin dan mengingkari janji suci mereka. Yoojung sadar hubungan mereka sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Yoojung sadar dia telah terikat tali pernikahan dengan Jihoon. Dia hanya ingin meluruskan hal-hal di antara dirinya dan Jimin. Tetapi siapa menyangka, semua bejalan di luar ekspektasinya. Membuatnya menyesali banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Padahal dia hanya ingin membuka lembaran baru dengan Jihoon, mencoba menerima Jihoon sebagai suaminya dan melupakan mantan kekasih yang telah melukai hatinya. Apa daya, dia adalah manusia biasa yang hanya bisa mengikuti arus kehidupan. 

Saking asyiknya merenung, Yoojung sampai tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tanpa sadar, ada seorang laki-laki yang mengawasi setiap pergerakannya sedari tadi. Mengamatinya sejak Yoojung memasuki bar tersebut. Bahkan mungkin sudah mengikutinya sejak dia keluar dari rumah. Lelaki itu memakai hoodie di kepalanya sampai menutupi wajahnya, terlihat sangat mencurigakan. 

"Hei, kemarilah! "panggilnya pada pelayan yang menyiapkan minuman Yoojung. Pelayan itupun mendekat. 

" Campurkan ini pada minuman wanita yang duduk di sana! "perintahnya, menyerahkan sebungkus obat dan sebuah amplop, sambil menunjuk ke arah Yoojung. Yoojung tidak menyadarinya karena sibuk melamun. 

Pelayan tersebut mengernyit curiga sebelum mengambil amplop dan obat tersebut. Mengangguk dan tersenyum puas setelahnya, ketika melihat jumlah nominal uang di dalam amplop. Segera melaksanakan perintahnya dan memberikan minuman tersebut kepada Yoojung. 

"Nona, ini pesananmu! "panggilnya, membuat Yoojung terkejut dan tersadar dari lamunannya. 

" Terima kasih" ucapnya sambil tersenyum tipis. Tanpa ragu segera meneguk minuman tersebut. 

Tidak menunggu lama sampai dia merasakan kepalanya sakit dan pandangannya kabur. 

"Ah, kepalaku" erangnya sambil memegangi kepalanya. Yoojung bingung. Dia hanya memesan minuman dengan kadar alkohol rendah, tapi kenapa efeknya sebesar ini . 

Dia sudah tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Hampir saja oleng jika saja seorang lelaki tidak menopang tubuhnya. Hal terakhir yang dia ingat adalah senyuman seorang lelaki yang sangat dikenalnya, sebelum jatuh pingsan di pelukan lelaki tersebut. 

*

Setelah mendapatkan tamparan keras dari Yoojung hari ini, Jimin tak menyurutkan niatnya untuk mendapatkan kembali hati Yoojung. Sebaliknya, keinginannya untuk menghancurkan pernikahan Jihoon dan Yoojung semakin besar. Tidak peduli Jihoon adalah adik kandungnya, bagi Jimin, dia hanya perusak hubungannya dengan Yoojung. Membuatnya tidak segan-segan melukai adiknya tersebut. Siapapun yang menghalangi niatnya adalah musuhnya. Bahkan keluarganya sekalipun. Itulah prinsipnya sejak dulu. 

Setelah mengambil uang, membeli obat tidur dan mencari pakaian untuk menyamar, Jimin kembali ke area perumahan Jihoon, mengamati situasi. 

Jimin telah memprekdisikan segalanya. Kejadian ciuman pagi tadi, bukannya tidak ada yang sadar akan keberadaan Jihoon. Jimin tahu, dia menyadari kehadiran Jihoon dari sudut matanya. Tapi, bukannya melepaskan, Jimin malah memperdalam ciuman. Seakan-akan ingin memanas-manasi Jihoon. Dan Jimin tahu dia berhasil. 

Karena itu, mengetahui temperamen adiknya tersebut, Jimin tahu Jihoon pasti akan mengamuk dan meninggalkan rumah. Jihoon adalah tipe orang yang tidak suka barang miliknya disentuh. Memiliki sifat posesif di luar batas yang sering membuatnya lepas kendali. Dan karena Jihoon sudah mengakui Yoojung sebagai miliknya, dia tidak akan suka Yoojung disentuh oleh Jimin. Membuat sifat posesifnya muncul, bahkan tanpa sadar melukai orang yang disayanginya. Kemudian melarikan diri setelahnya karena merasa bersalah. Dan Jimin yakin, kejadian pagi ini telah memancing sisi posesif Jihoon yang akan membuat rencana liciknya berjalan lancar. Menjadi kakaknya selama dua puluh tiga tahun membuatnya hafal segala kelakuannya, sangat mudah dibaca, selayaknya sebuah buku. 

Sedangkan untuk Yoojung, Jimin menebak, perempuan mungil itu pasti akan pergi ke bar untuk menenangkan diri. Walaupun Jimin tahu, Yoojung sangat membenci tempat tersebut. Tapi dia yakin Yoojung akan pergi kesana karena itu adalah satu-satunya tempat baginya untuk meredakan stres. Semua masalah yang menimpanya kali ini pasti mampu membuat emosinya tidak stabil dan memicu stres. Apalagi melihat amarah di mata Jihoon pagi ini, Jimin tahu Jihoon pasti akan melampiaskan amarahnya pada Yoojung dan mengasarinya. Dan untuk seseorang seperti Yoojung, hal tersebut akan membuat stresnya meningkat dan tak ada cara baginya untuk menenangkan diri selain pergi ke bar. Tiga tahun menjalin hubungan, membuatnya memahami seluruh kepribadiannya. 

Persis seperti perkiraan Jimin, Jihoon meninggalkan rumah saat matahari tenggelam, disusul Yoojung beberapa jam setelahnya. 

Jimin pun segera memakai perlengkapan menyamarnya dan mengikuti mobil Yoojung. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Sampai akhirnya Yoojung berhenti di sebuah bar. Menunggu sesaat di dalam mobil agar tidak ketahuan, memperkirakan waktu yang tepat untuk keluar, sebelum akhirnya mengikutinya ke dalam bar. 

Jimin mengamati setiap pergerakan Yoojung, hoodie yang menutupi wajahnya, membuatnya susah dikenali, membuat Yoojung tidak sadar akan keberadaannya di dekatnya. Hingga saat Yoojung memesan minuman, dia memanggil pelayan yang bertugas meracik pesanannya dan memintanya memasukkan obat tidur ke dalam minuman Yoojung, menyerahkan sejumlah uang yang membuat pelayan tersebut tak bisa menolak. 

Sambil menunggu obatnya bekerja, Jimin mengamati dalam diam. Setelah melihat obatnya bereaksi, Jimin segera berjalan mendekat, dengan sigap menangkap tubuh Yoojung yang hampir oleng, tersenyum puas saat melihat Yoojung pingsan dipelukannya. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment