Pengakuan

My Complicated Love

Yoojung tersadar saat merasakan genggaman erat  di tangannya. Kepalanya terasa sakit. Jadi dia memutuskan untuk tetap memejamkan matanya. Samar-samar didengarnya seseorang berbicara. Hampir saja menarik tangannya saat dia menyadari bahwa itu suara Jihoon,tetapi mengurungkan niatnya saat mendengar nada keputusasaan dalam suaranya dan memilih untuk mendengarkannya dalam diam. 

Dia menangis tanpa suara. Merasa terharu mendengar setiap kalimat yang diucapkan Jihoon. Tidak menyangka jika Jihoon menyimpan rasa padanya selama ini. Sedikit merasa bersalah karena sudah berburuk sangka padanya. 

Dia membuka matanya saat merasakan Jihoon memeluknya. Kemudian menyentuh kepalanya dengan lembut. 

"Apa kau serius dengan semua ucapanmu? ", tanyanya memastikan. Membuat Jihoon terkejut dan mengangkat kepalanya secepat kilat. 

" Y-Y-Yoojung? Kau sudah sadar? Apa kau mendengar semuanya? "

" Aku tanya, apa kau serius? ", ulangnya, mengabaikan pertanyaan Jihoon. 

" Tentu saja, apa aku terlihat seperti bercanda? Aku sangat-sangat serius",katanya sungguh-sungguh. Membuat Yoojung mengulum senyum. 

"Aku percaya, tapi aku tidak bisa mempercayaimu seratus persen! "

" Kenapa? ", tanyanya bingung

" Kau harus membuktikannya terlebih dahulu dan menepati janjimu. Aku tidak ingin terluka untuk kedua kalinya hanya gara-gara kata-kata manis laki-laki." ucapnya tegas. 

"Itu pasti akan kulakukan! "

" Dan tentang perasaanmu, beri aku waktu untuk bisa membalasnya. Dan kau juga harus berjuang untuk mendapatkan hatiku. "

Jihoon mengangguk dengan semangat, " Tentu, jadi kita tidak akan berpisah bukan? ". 

Yoojung mengangguk. Membuat Jihoon tersenyum lebar dan memeluknya tiba-tiba. Jihoon memeluknya dalam posisi Yoojung yang masih berbaring di ranjang membuatnya sedikit tidak nyaman. Tetapi memilih untuk membiarkannya dan hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya membalas pelukan Jihoon. 

Saking asyiknya berpelukan bahkan sampai tidak sadar ada yang membuka pintu ruangan mereka. Jimin berjalan mendekati mereka dan berdiri di belakang Jihoon. Melihat adegan mesra di depannya hatinya sakit. Tapi dia sadar dia tidak punya hak untuk melarang mereka. Lagipula dia kesini untuk memperbaiki bukan untuk merusak. 

"Jihoon? ", panggilnya, membuat keduanya melepaskan pelukan dan menoleh. 

"Kau, apa yang kau lakukan di sini? ", tiba-tiba Jihoon berdiri dan menarik kerah Jimin. Jimin terlihat pasrah dan menerima perlakuan Jihoon. 

"Hoon! "Yoojung memanggilnya dengan menarik bajunya. Dia menggelengkan kepalanya yang membuat Jihoon segera melepaskan cengkeramannya. 

" Tolong bantu aku menaikkan ranjangku! ", lanjutnya, membuat Jihoon segera bergerak cepat memutar alat di bawah ranjang sampai ranjang tersebut berada dalam posisi setengah duduk. 

" Apa yang sedang kakak lakukan di sini? ",  tanyanya lembut setelah mengalihkan perhatiannya pada Jimin. Dia tidak ingin terbawa emosi. Bagaimanapun juga Jimin pernah menjadi bagian dari hidupnya dan mungkin saja adalah ayah dari anaknya. Lagipula dia tidak ingin membuat keributan di rumah sakit. 

Jimin terlihat ragu sejenak, "Aku... aku hanya ingin meminta maaf pada kalian! " , jawabnya tanpa berani melakukan kontak mata dengan mereka.

"Tentang apa? ", tanyanya lagi, Jihoon hanya memperhatikan dalam diam. 

"Tentang semuanya. Tentang foto yang kukirimkan pada Jihoon waktu itu, juga tentang kejadian di hotel beberapa hari yang lalu. Semuanya adalah rencanaku. " ucapnya sambil menundukkan kepalanya. Jihoon sudah mengepalkan tangannya. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun. Tapi dia mencoba mengendalikan diri dan membiarkan Jimin melanjutkan.

''Dan tentang foto itu, aku menipu kalian dengan menjebak Yoojung. Sebenarnya tidak terjadi apapun di antara kami. Aku melakukan itu untuk memisahkan kalian. Tapi karena tidak berhasil aku ganti menjebak Jihoon. Kejadian di hotel adalah bagian dari rencanaku, tapi aku tidak menyangka jika semua yang kulakukan membuat Yoojung terluka. Karena itu aku mohon maafkan aku!"

'BUG'

Jihoon kehilangan kendali dan memukul wajahnya tepat saat dia selesai berbicara. Membuatnya hampir terjengkang ke belakang. 

"DASAR BRENGSEK, APA KAU TAHU APA YANG TELAH KAMI ALAMI GARA-GARA ULAHMU? "teriaknya dengan napas memburu. 

" Aku tahu, karena itu aku minta maaf! ", sesalnya, sambil memegangi pipinya yang sakit. 

" Kalau kau tahu kenapa masih kau lakukan?Sepertinya kau harus diberi pelajaran" ucapnya sambil bersiap memukul Jimin lagi. 

"JIHOON, BERHENTI! ", tinjunya menggantung di udara karena mendengar teriakan Yoojung. Dengan terpaksa menurunkan tangannya. 

" Kak Jimin, bisakah kau mendekat? Ada yang ingin aku tanyakan padamu!" Pinta Yoojung. Membuat Jihoon melotot dan hampir saja mengajukan protes, tetapi tidak jadi karena tiba-tiba Yoojung menatap tajam ke arahnya. 

"Apa kak Jimin bicara jujur? ", tanyanya saat Jimin sudah berdiri di sampingnya. 

Jimin mengangguk. 

" Malam itu, tidak terjadi apa-apa di antara kita?"

Jimin mengangguk lagi. 

"Jadi, bayi yang kukandung ini adalah anak Jihoon, kan? "

Jimin mengangguk untuk ketiga kalinya. 

" Kau dengar Hoon?", tanyanya dengan nada sedikit menyindir sambil melirik sekilas pada Jihoon, yang hanya mendapat anggukan malas darinya.

"Apa-apaan? Dia juga tidak percaya padaku waktu itu! ", batinnya kesal. 

" Baiklah, karena kak Jimin sudah berani mengakui semua kesalahan dan meluruskan kesalahpahaman, kakak dimaafkan! " ucapnya sambil tersenyum membuat Jimin bernapas lega. 

" Tapi Yoo-"

"Sudahlah Hoon, lupakan saja masa lalu, lagipula kak Jimin sudah minta maaf kan? "selanya saat Jihoon akan memprotes. Membuat Jihoon cemberut kesal. 

" Baiklah, karena masalah sudah selesai, aku ingin kalian berdua berjabat tangan"

Jimin sudah mengulurkan tangannya, tapi Jihoon masih diam mematung. 

"HOON! "Yoojung memelototinya, membuat Jihoon menerima uluran tangan Jimin dengan terpaksa. 

" Sambil senyum!"

Bukannya tersenyum, Jihoon malah meringis. 

"Itu bukan senyum Hoon! "kesal Yoojung. 

Akhirnya Jihoon tersenyum walau terkesan sangat kaku. 

" Bagus, seperti itu lebih baik, sekarang katakan sesuatu pada satu sama lain! "

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Sudah lama hubungan mereka memburuk. Dan tiba-tiba dihadapkan pada situasi seperti ini membuat mereka bingung harus bicara apa.

" Hhhahh", Yoojung mendesah bosan. 

Cukup lama mereka saling diam membuat Yoojung semakin jengah. Sampai-sampai dia ingin meninggalkan mereka berdua di ruangan ini jika saja dirinya tidak sedang dalam keadaan sakit. 

Hingga akhirnya Jimin memutuskan untuk memulai percakapan terlebih dahulu. 

"Ekkhhm, Hoon, bisakah kita kembali seperti dulu lagi? ", tanyanya dengan tatapan memelas sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.  

" E-e-entahlah, tergantung bagaimana kau bersikap! ", jawabnya salah tingkah. Merasa canggung setelah sekian lama tidak mengobrol seakrab ini dengan kakaknya. 

" Hei ayolah, aku ini kan kakakmu! ", goda Jimin mencairkan suasana, dengan tiba-tiba memeluk Jihoon dari samping ,membuat Jihoon terkejut. 

" Lepaskan, aku masih belum memaafkanmu! ", Jihoon berpura-pura mendorong Jimin menjauh darinya. 

" Eeyyy, tadi kan kau sudah memukulku, jadi sekarang kita impas! ", Jimin semakin menggodanya dan mengeratkan pelukannya. 

" Kita akan impas kalau kau melepau, ini menjijikkan! "

" Jangan begitu, aku rindu padamu, jadi biarkan aku memelukmu, sudah lama kita tidak seperti ini kan? "

" Kau menjijikkan, aku tidak mau, sekarang lepaskan aku! "

" Hahahaha, kau lucu sekali! "

" Apa kau bilang? "

Pertengkaran mereka terus berlanjut hingga tidak sadar Yoojung sudah menertawakan tingkah mereka sedari tadi.

Dia merasa bahagia. Dia bahagia bahwa semua masalahnya telah selesai. Juga kedua kakak beradik itu akhirnya akur kembali. Dia berharap kebahagiaan ini bukan hanya sementara, tapi akan bertahan selamanya. 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment