The First Step
Give Me Your LoveWajah kusut Jongin sukses membuatnya menjadi pusat perhatian. Kesebelas temannya, kecuali Sehun, dibuat penasaran karena rautnya yang begitu menyedihkan. Selama lebih kurang seminggu ini pemuda berkulit tan itu jarang memamerkan senyum pada gadis-gadis. Dia cenderung sering melamun. Sepertinya banyak beban yang dipikirkannya.
“Apa yang harus kulakukan?”
Setelah terdiam cukup lama, Jongin akhirnya buka suara. Suara Jongin terdengar begitu frustasi.
“Apa maksudmu, Jong?” Junmyeon mencoba bertanya. Kali saja pemuda dengan senyum kharismatik itu mampu membantu melenyapkan kegalauan hati Jongin.
“Jung Soojung,” Jongin baru saja menyebut satu nama yang sudah menjadi masalahnya saat ini.
“Sudah seminggu aku mendekatinya, selalu saja ditolak. Dia membuang cokelat yang kuberikan, menginjak buket bunga yang kubawakan, menolak ajakanku pulang bersama. Dan bahkan mengusirku saat jam makan siang,” Jongin menumpahkan segala kekesalan yang menyeruak memenuhi benaknya.
Tetapi, bukan keprihatinan yang didapat Jongin. Teman-temannya malah menyemburkan tawanya di depan pemuda itu. Sial.
“Ehhhem,” Kyungsoo yang pertama kali menyadari raut Jongin yang makin suram akhirnya buka suara. “Maaf, Jong. Kami tidak bermaksud mengejekmu.”
“Tapi, memang kau lucu sekali,” celetuk Chanyeol sebelum Kyungsoo melanjutkan perkataannya.
Jongin mendengus kesal. “Aku bukan minta dikasihani. Aku minta solusi. Tidak adakah yang bisa memberikan sarannya padaku?”
“Coba tanyakan pada Luhan,” usul Lay. Membuat Luhan menatapnya tajam. “Kenapa aku?”
“Kau megenalnya, Lu. Dan tidak mungkin Jongin bertanya pada Sehun. Mereka yang taruhan, bro,” jelas Lay.
Luhan terdiam. Suatu kesalahan karena sudah menyebut nama Soojung saat itu. “Aku tidak begitu mengenalnya. Kami tidak sekelas.”
“Ayolah, Luhan. Aku butuh nasehatmu,” Jongin memohon penuh harap.
Luhan mendesah pelan. Haruskah dia memberi Jongin saran? “Lakukan hal yang baik padanya. Lakukan dengan tulus.”
“Kau yakin itu akan bekerja padanya? Gadis seperti dia?” Sehun tiba-tiba menyeletuk.
Luhan segera saja menatap tajam Sehun. “Apa masalahmu, Oh Sehun?”
“Hei, santai saja. Aku hanya mengatakan yang kutahu soal gadis itu,” Sehun menanggapi Luhan dengan datar. Membuat Luhan membuang pandangannya kesal.
“Hei, kalian kenapa?” Jongin merasa ada yang tidak beres dengan kedua orang ini. Mereka seolah mengenal targetnya dengan baik. Yah, meski dalam arti yang berbeda. Luhan terlihat benar-benar memahami. Dan Sehun terkesan tidak suka.
Oh, sudahlah itu malah membuat Jongin semakin pusing. Sebaiknya dia coba saran Luhan. Siapa tahu berhasil.
O0O
“Soojung, mianhae. Benar, nih tidak apa kalau kutinggal?”
Soojung mengangguk dengan ekspresi datarnya. Mau bilang sejujurnya kalau kenapa-kenapa juga tidak bisa. Soojung itu ditakdirkan untuk tidak boleh protes. Jadi, ya sudah, dia iyakan saja.
“Gomawo, Soojung. Piket berikutnya aku pasti akan membantumu.”
Bohong. Tidak ada lain kali atau piket berikutnya. Dia tidak mungkin akan membantu untuk berikutnya juga. Soojung mendesis malas saat menatap punggung teman sekelasnya tadi yang mulai menjauh. Hari ini sudah menjadi tugasnya dan temannya tadi untuk piket perpustakaan. Membantu menata buku-buka yang bersebaran di setiap sudut perpustakaan, mengembalikan buku ke tempatnya semula.
Soojung menarik napasnya dalam-dalam. Mau mengeluh juga tidak ada gunanya. Tidak akan merubah apapun. Dia tetap melakukan piket sendirian. Dari pada berkeluh kesah, sebaiknya juga dia kerjakan. Setelah beres dia kan bisa segera pulang.
Soojung mulai mengambil beberapa buku di meja baca. Buku super tebal itu ditumpuknya tidak terlalu tinggi, agar mudah dibawa.
Grep.
Soojung tercengang sesaat. Buku yang diangkut di lengannya sudah berpindah tempat. Di lengan orang lain. Orang yang seminggu penuh ini mengganggu hidupnya.
“Mau apa lagi, Kim Jongin?” dengan kesal Soojung bertanya.
Jongin –pemuda itu hanya memasang cengiran lebar yang bagi Soojung kelewat bodoh. “Membantumu.”
Soojung memutar bola matanya kesal. “Tidak perlu. Tidak usah repot-repot.” Soojung dengan segera merampas kembali buku yang tadi akan dia susun di rak.
“Tidak repot.” Jongin dengan cepat menghalangi Soojung untuk meraih bukunya kembali. “Lagi pula sebaiknya kau terima saja bantuanmu. Bukankah deng
Comments