Friend, Not Friend

Give Me Your Love
Please Subscribe to read the full chapter

Soojung menatap dua kotak bekal yang disiapkannya dengan pandangan kosong. Gadis itu kemudian menghela napasnya frustasi. Tanpa sadar, Soojung menyiapkan dua buah kotak bekal. Satu untuk Sehun –tunangannya, dan satu untuk….

Soojung menggeleng cepat begitu satu nama itu terlintas di pikirannya. Sepertinya otaknya benar-benar sudah konslet karena tanpa sadar sudah menyiapkan kotak bekal untuk Kim Jongin –orang pertama yang menawarkan sebuah ikatan kepadanya –pertemanan. Bahkan Soojung belum benar-benar meng-iya-kan ajakan Jongin, sekarang dia malah membuatkan Jongin bekal. Atas dasar apa, coba?

“Apa aku terlalu terbawa suasana hingga membuatkan dia bekal?” gumam Soojung pelan. “Benar. Mungkin karena tidak ada yang benar-benar tulus berteman denganku, aku jadi terlalu senang jika ada yang mengajakku berteman. Benar, hanya itu,” katanya lagi lebih kepada dirinya sendiri.

“Apa yang kau lakukan di sini, nona sombong?”

Soojung nyaris saja meloncat kaget karena mendengar suara yang tiba-tiba saja hadir. Tetapi, Soojung dengan mudah dapat mengendalikan diri. Buktinya dia mampu memasang ekspresi datar sekaligus angkuhnya pada orang yang membuatnya jantungan tadi.

“Bukankah sudah kuperingatkan untuk menjaga sopan-santunmu, Choi Minho. Seharusnya kau sadar diri di mana keberadaan posisimu,” sindir Soojung dengan tajam.

“Aku akan bersikap sopan pada orang yang memperlakukanku dengan baik dan menghargai diriku sebagai manusia. Tidak seperti seseorang,” balas Minho yang jelas sekali menyindir Soojung.

“Apa maksudmu, huh?” tantang Soojung tidak terima. Membuat Minho menyeringai puas. “Aku rasa pelajaran dari tunanganmu itu belum memberi efek apapun. Kau masaih semena-mena dan begitu angkuh,” jelas Minho dengan nada mencibir.

“Kau….” desis Soojung kesal. Sejenak Soojung menarik napasnya dalam-dalam. Sedikit ekstra keras jika berniat membalas perkataan Minho. “Kau tidak tahu apapun soal diriku, jadi jangan pernah kau berpikir untuk dapat mengguruiku,” lanjut Soojung dengan kesal.

Gadis itu memutuskan untuk segera beranjak dari dapur. Dengan adanya Minho, membuat Soojung benar-benar kehilangan moodnya. Dan daripada tekanan darahnya meningkat, sebaiknya Soojung mengalah kali ini. Benar, hanya kali ini saja.

Minho tersenyum puas setelah berhasil memenangkan perdebatannya dengan Soojung. Jung Soojung –sejak awal dia tidak menyukai nona mudanya itu. Dia selalu saja sewenang-wenang, dan apapun permintaannya harus dituruti. Tipikal putri chaebol yang angkuh dan manja. Sialnya, Minho mengakui kalau Jung Soojung adalah gadis yang tergolong cantik. Sangat cantik malah. Mungkin jika kelakuan gadis itu secantik parasnya, Minho bisa saja jatuh hati padanya. Bisa saja.

Minho menggeleng keras. menyingkirkan segala pikiran aneh yang baru saja melintasi otaknya. Bisa-bisanya dia berpikir bisa menyukai nona mudanya itu? Dia tipikal pemuda yang cukup tahu diri. Lagipula Soojung bukanlah gadis idamannya. Dia menginginkan gadis yang cantik memang, hanya lebih sederhana. Tidak seperti Soojung yang hidup glamor dan dikelilingi kemewahan. Mungkin seperti Choi Jinri, adiknya. Gadis manis dengan sikap yang lemah lembut.

“Hiissh, pikiranku jadi sedikit kacau gara-gara nona sombong itu,” gumam Minho sambil menghela napas panjang. Kedua sudut matanya lantas menemukan dua buah  kotak bekal yang masih belum ditutup. “Hoo, apakah dia yang membuatnya?”

“Apa yang kau lakukan dengan kotak bekalku?”

Minho yang tadinya ingin sedikit mencomot makanan di kotak bekal itu akhirnya menarik tangannya sesegera mungkin. Bagai kucing yang ketahuan hampir mencuri makanan, Minho hanya mundur perlahan dengan langkah takut. Jujur saja, Minho tidak pernah merasa takut pada nona mudanya ini. Tidak sama sekali. Hanya saja, kali ini Minho sedikit merasa kecolongan. Apalagi dengan tatapan tajam Soojung yang benar-benar dapat membuat orang tidak mampu berkutik, seperti yang terjadi pada Minho saat ini. Sudahlah, sebenarnya Minho hanya cukup mengakui dirinya takut. Sayang, ego untuk mengakuinya kelewat tinggi.

“Oh, kau tidak membawa yang satu lagi?” tanya Minho begitu Soojung hendak pergi dari dapur dengan hanya membawa sebuah kotak bekal.

Soojung menatap lama kotak bekal yang berada di meja. “Buang saja, tadi aku tidak sengaja membuatnya,” jawab gadis itu dengan nada yang begitu datar.

Minho bersungut-sungut saat sosok Soojung sudah tidak terlihat lagi. Gadis itu benar-benar tidak tahu caranya menghargai sesuatu. Contohnya saat ini, dia tidak menghargai makanan yang dirinya siapkan sendiri. Bayangkan, menghargai karya sendiri saja tidak bisa, apalagi karya orang lain.

Dengan masih setengah kesal Minho melanjutkan niatnya untuk mencomot bekal yang ditinggalkan Soojung –nonanya. Kedua bola mata Minho membulat saat kali pertama mencicipi masakan buatan Soojung.

“Woaaah, aku tidak tahu kalau nona sombong itu pintar memasak juga,” gumamnya sambil terus menyuapkan makanan itu ke mulutnya. Kelihatannya Minho terlalu menikmati hingga tidak mengingat siapa yang sudah memasak makanan yang kini dia makan.

 

O0O

 

“Kau yakin, Jong?”

Jongin mengangguk yakin sambil tersenyum penuh kemenangan. Dirinya bahkan mengabaikan semua tatapan teman-temannya yang memandanginya remeh. “Kalau tidak percaya akan kubuktikan,” kata Jongin dengan penuh kepercayaan diri.

“Buktikan saja kalau begi… Nah, itu Soojung,” suara Chanyeol benar-benar mampu membuat teman-temannya –termasuk Jongin mengikuti arah pandangannya.

Dengan langkah tenang, Jongin berjalan mendahului rekan-rekannya. Saatnya menyapa Soojung dan membuktikan pada teman-temannya bahwa mereka sudah berteman. “Soojung,” panggil Jongin sambil melambaikan tangannya.

Di luar dugaan, Soojung kini malah menatap Jongin dengan raut kelewat datar. Membuat senyum Jongin luntur seketika. Hei, apa yang salah? Bukankah mereka sudah berteman sejak kemarin?

“Pa-pagi, Soojung,” sapa Jongin dengan gugup. Pasalnya kini Soojung manampilkan raut seolah tidak menjalin ikatan apa-apa dengan Jongin, membuat Jongin malu sendiri.

“Kim Jongin.”

“Ne,” sahut Jongin dengan riang. Akhirnya Soojung membalas sapaannya juga.

 

“Jangan sok dekat. Kita bukan teman.”

 

Satu detik

 

Jongin membuka mulutnya, terperangah.

 

Dua detik

 

Teman-temannya yang lain mengerjap pelan, bingung dengan apa yang sudah terjadi.

 

Tiga detik

 

Begitu Jongin sadar, Soojung sudah menjauh dari dirinya.

 

“Ya, Jung Soojung. Kenapa kau bilang begitu? Bukankah kita sepakat menjadi teman?” seru Jongin. Membuat dirinya jadi pusat perhatian sekarang ini.

Jongin mendengus kesal. Seruannya tadi baru saja diabaikan oleh gadis seperti Soojung, benar-benar memalukan. Dan yang membuat Jongin lebih kesal lagi adalah karena teman-temannya yang menonton sudah menahan tawa sejak tadi.

“Tertawalah sampai kalian puas.”

Atas instruksi Jongin, kesebelas temannya segera menyemburkan tawanya –termasuk Sehun. Pemuda itu tidak menyangka saja jika yang terjadi akan semenarik ini. Di luar niatnya yang memang ingin membuat Soojung lepas darinya melalui Jongin, Sehun cukup terhibur dengan permainan taruhan ini. Melihat sang cassanova kelas kakap ditolak, sungguh tontonan yang menarik.

“Sudah kubilang, Jong. Terlalu mudah jika kau berhasil mengajaknya berteman,” celetuk Kris.

“Tapi, aku kan sudah menghiburnya saat sedih. Kenapa dia sama sekali tidak tersentuh, huh?” gumam Jongin kesal.

Gumaman Jongin itu sontak membuat Luhan tertarik. Pemuda berlensa rusa itu segera saja menatap Jongin penasaran. “Soojung bersedih? Kapan?” tanya Luhan antusias.

“Hei, biasa saja kalau bertanya Lu,” sahut Jongin. Pemuda berkulit tan itu benar-benar dibuat bingung dengan reaksi Luhan.

“Sudahlah, jawab saja,” balas Luhan tidak tenang. “Apa dia menangis?”

“Ckks, apa pedulimu, Lu? Memang urusanmu?”

Luhan mendesah kasar. Ingin sekali dia berteriak kalau itu memang urusannya. Semua mengenai Soojung adalah urusannya. “Bukan, aku hanya tanya,” jawab Luhan akhirnya. Dia tidak mungkin bicara yang sebenarnya. Apalagi ada Sehun di sini. Bukan hanya nasib Soojung yang jadi taruhan, nasib Luhan-pun demikian juga.

“Memang kenapa kalau begitu?”

“Aku pikir dia tahu kalau kau tidak terlalu tulus berteman dengannya,” hanya satu alasan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rizkyginting #1
Chapter 30: akhirnya kaistalnya balekan lagi
amiisiltya #2
Chapter 38: Demi apa luhan sedih bangeeeett. Kasian luhan :"""
affexions
#3
Chapter 38: wow!! that was so sad:( goodjob authornim... aku suka side-storynya walaupun agak sedih juga
ysmnfrh #4
Chapter 35: Plot twist bgt ga nyangka bakal kaya gini. Bagus ceritanya thorrr
viannafe #5
Chapter 37: Thor izin minta psswrdnya dong. Maaf jika gangguin
viannafe #6
Chapter 33: Hyeyeon kok bilang gitu deh. Kan kasian soojong dijelekin
viannafe #7
Chapter 30: Smga sehun rela ngelepaskn soojong. Kaknya jongin digelarnya nenek sihir. Keke
viannafe #8
Chapter 35: Aduh. Kasian bangat Luhan. Sehunie kok jd begini
kyuhyun12 #9
Chapter 36: Aku harap kaistal berakhir bahagia jangan sad ending please
kyuhyun12 #10
Chapter 35: Kerennn kaka ff nya