Just Friend

Give Me Your Love
Please Subscribe to read the full chapter

Kita memang teman. Tapi, teman yang spesial….

 

“Jadi dia bertanya, Memang kau mau aku membalasnya dengan cara apa?”

Jongin menghentikan ceritanya sejenak sambil memasang seringaian lebar. “Aku pasang saja tampnng sok berpikir. Padahal kalian tahu aku sudah menyusun ide yang brilian. Kalian tahu apa itu?” lanjutnya.

Chanyeol memutar bola matanya malas, “Jangan berbelit-belit, Jong. Langsung ke poin intinya saja,” peritah pemuda jangkung itu tak sabar.

Jongin mendengus kesal karenanya. Dari tadi teman-temannya terus menyela ceritanya dengan hal-hal semacam itu. Langsung ke poin utama –lah. Jangan cerita terlalu panjang lebar –lah. Dan bla –bla –bla. Apa mereka tidak tahu bahwa setiap kata yang Jongin ucapkan adalah bagian penting yang tidak boleh ada yang terlewatkan satupun?

“Tsk, hal yang seru baru saja akan terjadi, tahu. Diam dan dengarkan saja,” kata Jongin kesal. Tetapi, kemudian pemuda itu kembali memasang wajah serius. “Aku mendekatkan tubuhku padanya. Dekat sekali. Bahkan aku bisa merasakan deru napasnya menerpa wajahku. Dia mundur perlahan, dan hampir saja terjatuh dari ranjang…” Jongin lagi-lagi memotong ceritanya. Dirinya lantas memastikan setiap ekspresi yang diberikan teman-temannya.

“Dan… Hup… aku menangkap tubuhnya. Menarik pinggangnya, hingga tubuh kami saling menempel. Kemudian kubisikkan sesuatu. Jadilah temanku,” Jongin mengakhiri cerita super panjangnya dengan senyum yang kelewat lebar. “Yah, begitulah.”

Ada helaan napas lega yang dilepaskan oleh rekan-rekan Jongin. Akhirnya cerita Jongin yang benar-benar panjang kali lebar kali tinggi itu selesai. Tamat dengan hanya menghasilkan satu kesimpulan. Soojung dan Jongin akhirnya berteman. Titik.

“Jadi, intinya, kau menolong Soojung yang terkurung di gudang, membawanya pulang ke rumah, lalu berteman dengannya. Itu sebabnya tadi pagi kau membuat geger seantero sekolah karena berangkat bersama nerd itu,” Kris merangkum cerita Jongin dalam satu tarikan napas.

“Binggo.”

“Ckks, kalau itu intinya, kenapa pakai cerita sepanjang itu? Tidak seru,” celetuk Baekhyun sambil memasang raut bosannya. “Kalau kau langsung memintanya jadi pacarmu dan dia setuju, maka itu baru seru,” lanjut pemuda itu lagi.

Jongin yang tadinya ingin membungkam mulut cerewet Baekhyun, akhirnya malah yang terdiam sendiri. Benar juga, kenapa dia tidak langsung ke poin utama –menjadikan Soojung kekasihnya. Kenapa harus pakai jalan yang berbelok-belok?

“Aku yakin otak bebal Jongin tidak sampai ke sana,” sahut Kris kemudian. “Yah, kau benar, ide berteman adalah ide ter-brilian yang mampu dicapai otaknya,” tambah Tao.

“Yak. Bu-bukan begitu. Ha-hanya saja aku ingin permainan ini lebih seru. Pelan-pelan seperti biasanya. Bukankah lebih menarik?” kilah Jongin segera.

“Terserah apa katamu saja, Jong. Yang jelas kami akui progressmu memang sudah meningkat,” kata Chen dengan kalem. Membuat Jongin membusungkan dadanya dengan bangga.

“Ngomong-ngomong, tumben sekali kau tidak berkomentar, Lu?” tanya Junmyeon sambil menyikut Luhan yang terlihat diam saja. Dari matanya yang tiba-tiba saja bergerak liar, sepertinya pemuda itu tengah melamun.

“Oh, aku hanya sedang malas saja,” gumamnya pelan. “Hmm, aku mau ke toilet dulu,” pamit pemuda itu dengan segera. Meninggalkan teman-temannya yang kini menatapnya curiga.

“Jadi…” Chanyeol mengarahkan pandangannya pada Sehun. “Bagaimana pendapatmu, Oh Sehun? Siap kalah taruhan?”

Sehun menghela napasnya dengan tenang, “Ini baru saja dimulai, bukan? Perjalanannya masih panjang,” jawab Sehun masih dengan ekspresi datarnya.

“Tsk, lihat saja, kau akan menyerahkan mobilmu padaku, Oh Sehun,” kata Jongin penuh percaya diri. Sebenarnya dia tidak terlalu mengharapkan mobil Sehun. Tapi, ini mengenai harga diri. Jongin tidak boleh sampai kalah. Jika kalah, mau ditaruh mana mukanya sebagai penyandang gelar cassanova kelas kakap?

 

O0O

 

Soojung bukannya tuli. Bukannya dia tidak mendengar semua kasak-kusuk mengenai dirinya dan teman barunya –Kim Jongin. Soojung hanya bersikap tidak peduli saja. Dia malas saja jika harus meladeni orang-orang kurang kerjaan yang bergosip mengenai dirinya. Jadi, yah anggap saja Soojung me-non-aktifkan indera pendengarannya saat ini.

 

“Hmmmmhhh.”

 

Soojung melebarkan kedua bola matanya saat merasakan seseorang membekap mulutnya. Secara spntan tubuh Soojung memberontak, hanya saja energinya tidak cukup untuk mengimbangi orang yang menyerangnya secara tiba-tiba ini. Dan dengan sangat terpaksa Soojung harus rela dibawa bersembunyi di laboratorium kimia yang kebetulan dilewatinya.

“Soojung ini aku.”

Kening Soojung mengernyit saat mendengar suara itu. Soojung segera berbalik ketika dirinya sudah dibebaskan. Dan betapa terkejutnya Soojung setelah mengetahui siapa penyerangnya.

“Luhan?”

“Ssssttt, jangan bersuara terlalu keras,” perintah Luhan sambil mengunci pintu laboratorium segera. Tak lupa pemuda itu menutup semua tirai agar tidak ada yang bisa melihat bahwa dirinya dan Soojung berada di dalam sana.

“Kenapa kau memperlakukanku begitu? Kau seperti penculik,” protes Soojung segera.

“Mian, Soojung. Sungguh aku tidak berniat menyakitimu sama sekali. Hanya saja akan aneh jika tiba-tiba saja aku berbincang denganmu secara normal,” Luhan mencoba memberi Soojung penjelasan. “Dan lagi kau kan tidak mau aku menyapamu di sekolah. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk pura-pura tidak mengenalmu?”

Soojung membulatkan mulutnya. Luhan benar. Gara-gara syarat Sehun agar mau bertunangan dengannya, Luhan juga harus ikut andil untuk menyukseskan misi Soojung. Berpura-pura mengabaikan Soojung, anggap mereka tidak saling mengenal. Meski itu benar-benar menyiksa Luhan. Mana ada seseorang yang rela berpura-pura tidak melihat orang terkasihnya disakiti begitu dalam seperti ini? Tapi, sekali lagi Luhan cukup tahu diri. Dia sudah cukup puas membantu Soojung meski hanya sebatas ini. Yang penting Soojung bahagia itu sudah cukup bagi Luhan.

“Jadi, kenapa kau membawaku ke mari? Tidak seperti biasanya saja,” tanya Soojung penasaran.

Luhan menghela napasnya sejenak, sebelum mengutarakan maksud dan tujuannya. “Ini soal Jongin. Kudengar kalian berteman?”

Soojung mengangguk, “Benar. Dengan pemaksaan,” jawabnya. “Hei, apa dia pamer kepadamu dan teman-teman bodohmu itu?”

“Soojung, sudah kuingatkan jangan suka melabeli orang sesuka hati seperti itu. Tidak baik,” Luhan menasehati sebelum menjawab pertanyaan Soojung. “Dia hanya bilang kalau kau temannya.” Luhan berusaha merangkum apa yang tadi Jongin ceritakan. Dengan tidak memberitahukan hal yang sebenarnya.

“Tapi, ada hal yang ingin aku pastikan,” Luhan menarik napasnya dalam

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
rizkyginting #1
Chapter 30: akhirnya kaistalnya balekan lagi
amiisiltya #2
Chapter 38: Demi apa luhan sedih bangeeeett. Kasian luhan :"""
affexions
#3
Chapter 38: wow!! that was so sad:( goodjob authornim... aku suka side-storynya walaupun agak sedih juga
ysmnfrh #4
Chapter 35: Plot twist bgt ga nyangka bakal kaya gini. Bagus ceritanya thorrr
viannafe #5
Chapter 37: Thor izin minta psswrdnya dong. Maaf jika gangguin
viannafe #6
Chapter 33: Hyeyeon kok bilang gitu deh. Kan kasian soojong dijelekin
viannafe #7
Chapter 30: Smga sehun rela ngelepaskn soojong. Kaknya jongin digelarnya nenek sihir. Keke
viannafe #8
Chapter 35: Aduh. Kasian bangat Luhan. Sehunie kok jd begini
kyuhyun12 #9
Chapter 36: Aku harap kaistal berakhir bahagia jangan sad ending please
kyuhyun12 #10
Chapter 35: Kerennn kaka ff nya