Chapter Two
Dilemma
Sebuah koper besar yang tergeletak di atas tempat tidur terbuka dengan isi yang masih berantakan. Di atas meja nakas yang ada di samping tempat tidur tergeletak laptop yang masih menyala. Amber terlihat berjalan mondar-mandir mengumpulkan barang-barang yang akan dibawanya ke Jepang, sambil sesekali mengecek laptopnya untuk memastikan semua file desain untuk MV itu sudah siap.
Keberangkatannya kali ini terasa sangat mendadak. Tadinya Amber sudah tidak terlalu berharap konsep desain rancangannya bisa lolos dipakai untuk MV Hyuna. Karena saingan dari perusahaan lain sangat banyak dan semuanya sudah pasti sangat profesional. Perasaannya campur aduk antara senang dan gugup karena Hyuna adalah salah satu K-Pop singer yang berpengaruh di industri musik Korea.
Incheon International Airport pada pukul 7.30 pagi sudah terlihat sibuk. Amber melakukan boarding pada pukul 8.00. Setelah pemeriksaan tiket, yeoja itu berjalan melintasi airport-bridge untuk memasuki pesawat, dia diantarkan seorang pramugari ke kursinya yang berada di deretan paling depan. Amber merasa bingung, sampai saat panggilan ketiga diumumkan, belum nampak batang hidung kedua bosnya. Sambil mengangkat bahu, dia berpikir mungkin kedua bos mudanya itu naik pesawat yang lain. Amber memakai entertainment headset yang tersedia di kursinya, baru saja yeoja itu mulai bersenandung, terasa bahunya ditepuk. Terlihat Sungjae tersenyum lebar dengan Taehyung di belakangnya.
Sungjae sudah hendak duduk di sebelah kursi Amber, tapi tiba-tiba adiknya menarik tangan sang kakak. "Minggir hyung, itu kursiku." Lalu dengan tenang namja itu menghempaskan badannya di kursi sebelah Amber. Sungjae hanya bisa meringis dan pindah duduk di kursi belakang Amber.
Melihat yang duduk di sebelahnya adalah sang bos 2 alias Kim Taehyung si pendiam dan bermulut tajam, Amber merasa mati gaya. Sungjae masih lebih menyenangkan walaupun sifat ert-nya kelewatan. Amber memutuskan untuk berkonsentrasi mendengarkan musik sambil memejamkan mata. Lama kelamaan Amber tertidur, perjalanan 2 jam 20 menit dari Incheon menuju Okinawa dilalui Amber dengan mata terpejam. Di sebelahnya seorang namja memperhatikan wajahnya saat tertidur. Dia tersenyum melihat wajah manis Amber.
**********
"Tolong untuk backgroundnya pakai red screen ya, lebarnya harus pas 15 meter, tingginya harus menutupi langit-langit ruangan. Minimal 4,5 meter. Apakah ruangan ini tingginya cukup? Aku minta tolong diukurkan." Amber memberi instruksi pada kru yang sedang men-setting scene MV indoor. Para kru itu sibuk mengukur tinggi ruangan agar settingannya sesuai dengan yang Amber minta.
"Nona, ruangan ini tingginya hanya 3,7 meter. Bagaimana ya?" Seorang kru melapor pada Amber
Amber menepuk dahinya. "Aduh, aku kan kemarin sudah memberikan contoh konsep desain beserta detail ruangan yang aku minta. Kenapa bisa meleset begini?"
Dengan penasaran, Amber menaiki tangga dan mencoba mengira-ngira bagaimana cara menyiasati masalahnya. Amber tahu, mengganti setting tempat untuk mengikuti desain awalnya akan sulit karena ini bukan di Seoul. Perubahan mendadak pasti sulit dilakukan. Karena pikiran Amber masih terus mencari solusi dari masalahnya, saat akan turun tangga dia terpeleset. Beruntung sepasang tangan kuat terasa memeluk pinggang rampingnya, membuatnya selamat tidak terjatuh dari tangga.
Masih dengan wajah datarnya, Kim Taehyung memandang Amber. "Dalam pemasangan setting, sudah ada kru yang mengerjakannya. Kau tidak usah bersusah payah ikut dalam pekerjaan kasar ini."
"Bukan begitu Mr. Kim, ada sedikit masalah dalam settingan ini. Ruangan ini tidak sesuai dengan permintaanku karena kurang tinggi, sehingga settingan kamera harus diletakkan lebih jauh. Aku kuatir bisa mengurangi kualitas gambarnya." Amber menjawab dengan jantung agak berdebar karena pelukan sepintas dari Taehyung tadi.
"Bagaimana kalau red screen ini, kau tarik sampai menutupi langit-langit? Kamera bisa dimundurkan sedikit dan dinaikkan sudutnya. Kesannya jadi lebih tinggi kan?"
Amber berpikir bahwa ide bosnya itu bagu
Comments