Dilemma Ending Part 4
DilemmaSekelebat adegan..
Sungjae memeluk tubuhku dan mengatakan kata-kata paling indah yang kudengar oleh telingaku. "Meskipun nantinya kita tidak memiliki keturunan, aku tetap akan mencintaimu. Kita bisa mengangkat anak sebanyak yang kau mau Amber." Aku bisa merasakan hangatnya air mataku yang mengalir dan juga rasa hangat yang mengalir ke dalam hatiku..
Sekelebat adegan lain..
Aku melihat Taehyung dan memberikan senyumku yang termanis. Dengan sedikit berjinjit aku mengecup singkat bibir Taehyung dan berbisik, "Saranghae Taehyung-ah. I really love you.." Kemudian aku meninggalkannya menuju lift. Yang kuketahui, Taehyung pasti gila-gilaan mengejarku. Aku membayangkan tak lama lagi dia akan memepetku di dinding kantornya dan menyarangkan ciuman-ciuman panasnya di bibir dan seluruh leherku...
Adegan berikutnya..
airmata Jiyong keluar dari pelupuknya. Pria dewasa berumur 28 tahun itu menangis tersedu di hadapanku.
"Terimakasih Amber.. setelah aku pulih, aku berjanji akan selalu menjagamu dan anak kita dengan segenap jiwa dan ragaku. Terimakasih dan maafkan semua kesalahanku. Aku sangat mencintaimu.."
Aku tersenyum dan Mengecup pelan bibir Jiyong. "Kau harus sembuh, aku ingin anak kita nanti diajak pergi ke taman bermain oleh ayahnya yang tampan." Aku memeluknya erat, dan pria itu mengelus perlahan perutku dengan penuh sayang.
Bayangan adegan-adegan itu memudar dan kemudian semuanya menghilang. Keadaan apa ini? Mengapa ketiga pria itu ada di dalam pikiranku? Sekarang aku ada dimana?
Mataku mengerjap terbuka. Aku melihat tanganku yang masih tertancap selang infus. Kupaksa tubuh ini untuk bangun dan duduk di atas tempat tidur. Sebentuk jendela yang terang benderang menarik mataku. Luar biasa! Pemandangan pantai dengan langit biru cerah menyambut indera penglihatanku. Awalnya tubuhku lemas luar biasa, saat melihat pemandangan super indah itu aku seakan mendapat kekuatan tambahan.
Pemandangan itu sangat luar biasa, sehingga aku melupakan keberadaanku, berapa lama aku disini, dan tujuanku kesini. Aku benar-benar tidak mengerti. Tetapi masa bodohlah, pemandangan ini terlalu indah untuk dilewatkan.
Aku tak bergeming memandangi jendela sampai tidak sadar ada seseorang yang memasuki ruangan. Kesadaranku kembali saat kudengar orang itu berbicara.
"Amber sudah bangun ya.." Suara riangnya berhasil mengalihkan wajahku dari jendela.
Sesosok pria super tampan. Dengan rambut hitam tebal, wajahnya bercahaya dan senyumnya yang luar biasa ramah menatapku dengan gembira.
Aku tidak punya pilihan lain selain memandangnya dengan ekspresi bingung. "Maafkan aku, tetapi kau siapa ya? Rasanya aku tidak mengenalmu."
Pria itu kembali tersenyum. Senyum cerah penuh optimisme yang bisa menulari kebahagiaan padaku yang terus terang masih tidak paham dengan apa yang terjadi.
"Kau pasti tidak ingat, aku Kim Seokjin. Dokter Kim, atau selama ini kau biasa menyebutku Jin Oppa." Senyumnya melebar sampai memperlihatkan deretan gigi geliginya yang rapi.
"Kim Seokjin.. Jin Oppa? A.. Aku tidak ingat." Kataku sambil memegangi kepalaku mencoba mengingat-ingat.
"Santai saja Amber. Tidak perlu terlalu dipaksakan. Ayo kita jalan-jalan saja. Pantai ini terlalu indah untuk kita lewatkan." Pria itu menggenggam tanganku dan dengan telaten mengambil kantung infus dan menggantungkannya pada kaitan yang ada di sebuah kursi roda. Dengan lembut dia membopong dan mendudukkanku di atas kursi roda.
Kami berdua menyusuri jalanan di pinggir pantai sambil sesekali pria itu menyibak rambutku yang tertiup angin. Aku tidak ingat siapa dia, tetapi perasaan hangat di hatiku sungguh membuatku tahu bahwa pria ini sangat dekat denganku dan selalu ada di sampingku.
Anehnya beberapa saat yang lalu, aku malah memimpikan tiga orang pria yang berada di masa laluku (sebenarnya aku tidak yakin 'di masa lalu' itu seberapa lama sudah kutinggalkan karena aku tidak tahu sekarang tanggal, bulan atau tahun berapa. Dan sudah berapa lama aku tertidur). Tiga pria itu, Yook Sungjae, Kim Taehyung, dan Kwon Jiyong. Setelah mengingat mereka, secara spontan aku memandang ke arah perutku yang masih tetap datar. Tentu saja aku bertanya dalam hati, apa yang terjadi dengan janin di dalam perutku ini.
Setelah lama berkutat dengan pikiranku sendiri, aku memutuskan untuk bertanya saja pada Kim Seokjin.
"Hmm.. sekarang tanggal berapa ya?" Pertanyaan yang terlihat mudah, tetapi jawabannya dipastikan akan menguak sebagian besar misteri tentang diriku.
Kudengar helaan nafas pria di belakangku. Untuk sesaat dia diam saja, pria itu masih mendorong perlahan kursi rodaku.
"Sekarang tanggal 22 September 2017. Sudah lewat empat hari sejak ulang tahunmu yang ke 25."
"Kau tahu tanggal ulangtahu
Comments