I'm With You (3)

Satu Permintaan (One Wish)
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Aku kembali ke kafe ‘Palgan’ mendapati Hanbin menyilangkan kedua lengannya di dada. Sambil menyipitkan matanya ke arahku dan wajah marah sangat terlihat di ekspresi mukanya. Aku menaikan alis saat melihatnya.

“Apa?” kataku ketus.

“Bukankah sudah ku bilang kau tetap tinggal disini.”

“Maafkan aku, tapi aku bosan. Kau pergi selama 2 jam dan kau suruh untuku hanya duduk selama kau pergi. Oh ayolah Hanbin, kau tahu aku tak suka berdiam diri. Dan jangan tanya padaku tentang,Lisa. Dia sudah sibuk dengan kafenya, aku tak mungkin mengganggunya untuk menuruti keinginanku.”

Aku tersenyum ke arah kasir dimana Lisa berada. Dia melihat ke arahku di sela – sela ia sibuk bekerja. Aku tahu dia khawatir padaku apalagi dengan ekspresi muka Hanbin yang marah. Ia pasti merasa bersalah.

“Kau harus senyum Hanbin. Kau membuat Lisa merasa bersalah  karena memperbolehkanku keluar.”

Keras kepala, Hanbin hanya diam. “Aku masih marah padamu. Bagaimana jika kau tersesat. Tidak ada orang yang kau kenal disini selain aku. Bagaimana kalau diculik dan dibawa ke suatu tempat terpencil dan aku tidak bisa menemukanmu. Bagaimana kalau-”

“Stop! “Ku biarkan telunjuk tanganku berada di depan mulutnya. Dan karena aku melakukannya tiba – tiba dia kaget dan terdiam. “Lihat, aku sudah meminta maaf padamu. Ayo memberi salam pada Lisa dan keluar dari sini.” Lanjutku menyerah.

...................................................................................................................................................................................................................................................

 

Hanbin hanya memandang lurus saat aku melihat ke arahnya. Aku tahu dia masih marah, aku tahu itu. Marahnya membuatku tak nyaman dengan perjalanan ini. Aku tidak suka orang marah apalagi setelah aku sudah meminta maaf padanya dan aku masih diperlakukan seperti itu.

Aku menghembuskan nafas lewat mulut. Aku tidak suka jalan – jalan dengan orang yang marah. Sangat tidak nyaman!

Aku terdiam untuk mecari cara agar dia tersenyum. Dan ide pun muncul di otakku.

..................................................................................................................................................................................................................................................

 

AUTHOR P.O.V

 

“Yahh.. Kim Hanbin~aku sedih jika kau tidak tersenyum.” Kata Hayi dengan melirik sekilas ke arah Hanbin. Ia menunggu beberapa saat agar Hanbin membalasnya. Sesuai ekspetasinya Hanbin tak merespon.

“Aku marah padamu Hayi.” Kata Hayi sendiri dengan membulatkan suara agar terdengar seperti suara laki – laki, maksutnya adalah ia ingin menirukan suara Hanbin.

“Tapi bukankah aku sudah meminta maaf?” katanya, kali ini dengan suara aslinya lagi. Sedikit ekspresi pun ditambahkannya.

“Emm..tapi aku tetap marah padamu.” Katanya dengan menirukan suara Hanbin.

Hanbin sendiri akhirnya sekilas melirik ke arah Hayi tapi ia kembali melihat ke depan. Melihat sang laki – laki tertarik akan apa yang dilakukannya, Hayi pun meneruskan aktingnya.

 “Kau tahu kau sudah besar, kau tidak seharusnya bertingkah seperti anak kecil.”

“ Apa? Anak kecil? Aku bukan anak kecil..”

“Oh Tuhan.. Bagaimana bisa aku bersahabat dengan seseorang yang bertingkah seperti anak kecil..”

“Yahh~ benar kenapa juga  kau jadi sahabatku?”

“Ah tunggu sekarang aku ingat salah satu alasan kenapa aku mau jadi sahabatmu.” Kata Hayi sambil mengangkat telunjuknya.

Hanbin yang sedari tadi mendengar percakapan aneh antara Hayi dan Hayi bersuara besar akhirnya tersadar kenapa dia bisa berteman lama dengan Hayi. Dia wanita yang tidak normal,  gila ya dan dia suka dengan hal random yang dilakukan Hayi.

“Wae?” kata Hayi dengan suara besarnya.

“Aku tidak mau mengatakannya, karena kau masih marah padaku.”

“Baiklah aku juga tidak mau tahu apa itu..”

“A-apa? Setidaknya kau memaksaku untuk mengatakannya bukannya menyerah begitu saja..” kata Hayi membuat lelucon. Dan Hanbin hampir kalah saat itu.

“Aisss... oke, baiklah katakan padaku sekarang kenapa kau menjadikanku sahabatmu”

“Itu karena...” Hayi memandang ke arah Hanbin, bersiap – siap akan apa yang akan dikatakannya. Ia berharap agar kalimatnya yang selanjutnya ini akan membuat Hanbin tersenyum.

“Aku menyukai senyummu Hanbin. Maka tersenyumlah untukku.” Kata Hayi dengan tersenyum. Ia masih bejalan disampinya dan memandangi wajah Hanbin. Tapi tak ada ekspresi wajah yang berubah di wajahnya. Ekspresinya masih sama, datar dan tak mau tau. Senyum di wajah Hayi pun hilang dan digantikan dengan muka cemberut.

Hayi menundukan kepalanya. Sekarang ia yang marah pada Hanbin. Hanbin yang tadi masih berjalan disampinya kini berada di depannya dan tak tahu bahwa sang wanita sudah berhenti berjalan. Hayi merasa ingin pulang dan tak ingin melanjutkan perjalanannya lagi. Ia mulai lelah, kakinya pun capek karena hampir selama pagi sampai siang ini ia terus berjalan entah berapa lama. Dan moodnya mulai berubah sejak Hanbin mulai marah padanya. Ia mulai tak bisa menolirir itu.

“Kenapa berdiri disini?” kata seorang laki – laki yang berdiri dibelakangnya. Hayi membalikan badan menemukan Hanbin berdiri tepat di belakangnya. Dengan senyum yang mengejeknya.

Ia yakin ia tak salah lihat saat Hanbin masih berjalan di depannya dan ia hanya mengalihkan pandangan dari Hanbin pun tak lama. Dan sekarang Hanbin berada di belakangnya.

“Aku marah kepada sahabatku.” Kata Hanbin tiba – tiba dengan muka sedih yang dibuat buatnya. Hayi mengernyitkan dahinya, melihat aneh ke arah Hanbin karena pertanyaan yang dilontarkannya di jawab sendiri olehnya.

“Aku marah juga pada sahabatku. Tapi sekarang tidak lagi. Kau tau kenapa?”

Hayi mulai tertarik mendengar kalimat Hanbin. Hanbin menirunya dan pemandangan itu membuatnya geli. Walaupun begitu wajahnya mulai cerah saat Hanbin bilang ia tak lagi marah padanya.

“Kenapa?” Hanbin merubah ekspresinya saat menirukan wajah Hayi. Tidak ia tidak mengubah suaranya seperti wanita. Walaupun sebenernya ia yakin 200% Hayi akan langsung tertawa saat mendengar ia menirukan suaranya.

“Sahabatku sangat aneh.. ia bicara dengan dirinya sendiri seperti orang gila. Apa yang harus ku lakukan? Apakah aku harus membawanya ke dokter?” Hanbin tersenyum disela sela ia berbicara. Hayi tahu Hanbin mengejeknya. Ia sudah biasa dengan itu, memanggil satu sama lain aneh, gila, pabo.

“Yahh~” Hayi memukul lengan kiri Hanbin dengan tangannya. Ia tak serius de

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
MayJune
Stay calm and wait for BiHi moment

Comments

You must be logged in to comment
tyasra #1
Chapter 28: Aku suka banget sama semua ceritanya, simpel tapi manis sama bikin deg-degannya dapet banget, itu yang 2nd girl parah banget yak wkwkwk tp itu yang bikin unik, kalo ada lanjutannya rame kayaknya heheh, tp nanti jadi complicated ceritanya ya.. update terus authornim!! aku sama sama bihi trash dr indonesia! fighting!!! :D
fitriyannii #2
Chapter 35: Ada jelanjutannya kan,?? Ditunggu
tyasra #3
Chapter 18: i really do enjoy your stories! jd gak sabar SHI di Ina, semoga bakalan banyak hanbinxhayi moment yaaaa
daw309 #4
Chapter 24: modar modar ini aduh
daw309 #5
Chapter 21: maaak dek hayi mantap hahahaha
ktroct #6
update soon. i enjoy your story
tiew21 #7
Chapter 30: arhghhh manisnya. klo mereka aslinya beneran kayak gini. bahagianya!!!!!!!
Leeyaaaa
#8
Chapter 28: Reader baru nih, salam kenal
Aku suka baca ff km
Ceritanya menarik semua
Paling suka cerita 1,8,15 ❤
1&15 manis tp gak berlebihan, 8 kocak bgt haha
Ditunggu chap berikutnya! Semangat!
cheoneunpil
#9
Authornim kapan update nyu ff ? Ditunggu ya, thor~ ^^
IM_Hyolyn #10
Chapter 21: End? Eeey kayanya My 2nd Girl ini harus ada lanjutannya lagi kkk~ Ceritanya unik. Two thumbs up! ^^