I'm With You (2)

Satu Permintaan (One Wish)
Please Subscribe to read the full chapter

“Kau belum menjawab pertanyaan ku tadi” kata Hayi sambil berkacak pinggang.

Hanbin membuka matanya melihat ke arah Hayi “Hmm?” tanyanya dengan malas.

“Dimana kita? “ kata Hayi dengan cepat.

Hanbin dengan malas menutup matanya kembali. Ia sedang  tidur di sofa dengan kedua tangannya sebagai tumpuan kepalanya.

“Yah! Hanbin, jawab” kata Hayi membentak.

Hanbin benci sekali jika ada wanita membentaknya. Karena menurutnya seharusnya wanita memiliki suara yang lembut bukan kasar. Tapi karena ini adalah sahabat baiknya ia pun menjawab pertanyaan Hayi , sebelum sang wanita semakin marah.

Tapi tidak segampang itu Hanbin memberikan apa yang diinginkan Hayi. Agar lebih seru ia pun menggandengan tangan Hayi dan mengajaknya ke luar rumah.

“Aku akan memberikan clue, dan kau akan mencari tahu sendiri apa jawaban dari pertanyaanmu.”

..................................................................................................................................................................................................................................................

 

HAYI P.O.V

 

Saat Hanbin membuka pintu,udara yang terhembus ke dalam ruangan sangat berbeda dari biasanya yang kurasakan.  Sejuk, segar dan bersih. Udara di mana saat kau baru bangun pagi dan tidak ada kendaraan bermotor mengeluarkan polusinya. Dan benar saja, saat Hanbin membuka pintu lebih lebar, aku tak percaya akan apa yang ku lihat sekarang. Sebuah hutan dengan pohon pohon tinggi menjulang yang kupastikan bahwa umur pohon itu sudah tua. Aku melangkah keluar dan benar saja, ini berada di hutan.

Aku melihat ke arah seorang yang keluar dari sebuah pohon dengan membuka sebuah pintu tapi ketika dia menutupnya pintu yang berada di pohon itu pun menghilang. Dan aku baru sadar, ketika aku melihat ke belakang, aku dan Hanbin juga keluar dari sebuah pohon! Dan pintu yang tadi ditutup Hanbin pun menghilang!

“Hanbin, apakah aku sedang bermimpi?” tanyaku kepada Hanbin, karena aku benar benar tak yakin dengan semua yang ku lihat sekarang.

Bagaimana bisa aku dan orang orang yang ku lihat bisa keluar dari pohon seperti itu? Dan dimana perginya pintu yang ada di pohon tadi?

Sebuah pohon besar bediamater 100 meter tiba – tiba memunculkan sebuah pintu di sisinya dan munculah 3 orang dari dalam. Seorang laki dan perempuan dewasa bersama seorang anak kecil yang ku kira mereka adalah sebuah keluarga. Aku tercengang bagaimana mungkin mereka muat di dalam sana. Dan lebih tepatnya bagaimana bisa sebuah pohon berdiamater lebih kecil dari pohon tadi yang ku lihat bisa menampungku dan Hanbin. Dan didalam pohon itu terdapat ruang yang komplit dan besar seperti rumah biasanya.

 

Aku menoleh ke arah Hanbin yang berjalan disampingku dengan tatapan wajahnya yang masih lurus melihat ke depan. Dia pasti sedang bercanda sekarang,bagaimana bisa dia se tenang ini melihat dunia yang gila berada di depan matanya.

“Hanbin, apa kau serius kita masih di bumi?” kataku lagi, karena pertanyaan tadi Hanbin tidak menjawabnya.

Dan Hanbin hanya tersenyum.  Aku cemberut melihat ke arahnya, tapi saat tak sengaja aku melihat ke atas aku pun tambah terkejut. Tampak sebuah jalan yang terbuat dari ranting pohon yang tertata rapi menggantung di atas. Jalan itu hanya cukup untuk digunakan 2 orang saja, dan tidak semua langit langit tertutupi oleh jalan ranting itu membuat sinar matahari masih bisa menyentuh tanah. Semakin lama berjalan kami bertemu lebih banyak orang lagi.

Orang – orang berjalan menyusuri jalan setapak tanah ini dengan santai. Ku lihat tak ada satu pun kendaraan bermotor disini. Semua orang berjalan dan semua orang memakai tipe baju yang sama. Ah apakah itu yang membuat mereka melihatku dengan aneh? Ku lihat diriku sendiri  yang memakai celana jeans dan sebuah t-shirt longgar yang menurutku sangat lah nyaman. Tapi ku kira tak hanya aku yang salah dresscode hari ini. Hanbin juga memakai jeans dan sebuah kemeja yang tidak dikancingkan dengan sebuah kaos putih di bawahnya.

“Kenapa kita satu satunya yang memakai baju seperti ini?” kataku heran.

“Karena kita tak seharusnya memakai baju ini disini.” Kata Hanbin tiba – tiba, membuatku kaget. Ku kira dia akan menghiraukan lagi pertanyaanku ini.

“Jika kau tau tentang ini sebelumnya, kenapa kau tetap memakai jeans dan kemeja itu?” tanyaku heran

“Karena aku tidak mau hanya kau yang terlihat tidak wajar dimata mereka” Kata Hanbin melihatku. Aku tersenyum atas kalimat dan pikiran bijaknya.

“Tapi Hanbin, sebaiknya kita berpakaian seperti mereka. Itu memudahkan kita dan mereka tak melihat kita seperti 2 orang aneh.” Kataku memberi saran

“Kau ingin berpakaian seperti mereka? Baik, ayo kita beli.” Kata Hanbin melihatku lagi. Aku melebarkan mataku.

“Kau yakin?”

Aku sebenarnya hanya memberi saran bukan memaksakan kehendak kepada Hanbin. Membeli baju? Aku tidak ingin mengejekanya tapi apakah dia punya uang? Ku lihat kain baju yang orang orang disini pakai sangat lah bagus dan terlihat lembut dan ku yakin pasi harganya mahal.

“Kau punya uang untuk membelinya?” kataku dengan pelan tak ingin menyakiti hatinya

“Apapun untukmu Hayi..” Kata Hanbin.          

Hayi tertawa lebar memperlihat kan gigi putihnya. “Baiklah mari kita shooping..” katanya semangat.

..................................................................................................................................................................................................................................................

Hanbin ikut tertawa melihat Hayi bersemangat. Seperti yang dia katakan padanya tadi, Hanbin akan membawa Hayi ke sebuah toko yang menjual baju yang sama dengan orang – orang di sekitar yang mereka lihat.

Semakin lama orang – orang semakin banyak berlalu lalang di jalan ini. Hayi memegang erat lengan Hanbin sambil berjalan sedikit dibelakangnya. Ia tak terbiasa dengan tatapan yang orang – orang berikan padanya, mereka seperti menyuruh Hayi untuk segera pergi dari tempat ini.

Jika dilihat mereka seperti seorang kekasih yang sedang berjalan – jalan di pagi hari di tempat yang salah, namun mereka bukan kekasih , mereka di bawah itu.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

HAYI P.O.V

 

Rasa takutku menghilang menjadi rasa kagum. Tempat ini benar- benar indah. Tampak tak ada sebuah sampah pun dijalan tanah ini, hanya ada daun daun kering coklat yang jatuh membuat pemandangan ini seolah seperti sebuah lukisan yang di lukis oleh seorang pelukis terkenal. Tapi tempat ini adalah nyata. Dan yang membuatku nyaman adalah bagaimana tempat ini didominasi warna hijau coklat dan biru langit. Sesuatu yangs sejuk di mata.

Saat aku masih terpaku dengan sebuah sungai di kiri jalan yang mengalirkan air jenih dan tenang. Hanbin tiba – tiba berhenti dan membuatku ikut berhenti karena aku sampai sekarang masih memegang lengan kirinya dengan satu tanganku.

“Hayi-yaa~ aku berubah pikiran” katanya melihatku dan kami saling berdiri berhadapan satu sama lain. Aku mengkerutkan dahi tak mengerti.

“Aku harus menemui seseorang dan ku kira kita akan ke toko baju setelah itu.” Katanya menjelaskan.“gwencana~ ayo kita pergi.” Kataku sambil mulai berjalan.

“Aniya~” katanya memegang kedua bahuku dan akhirnya membuatku untuk tetap berdiri di posisi awal dan diam. “Kau tidak boleh ikut.”

“Kenapa?” kataku sedih. Bukankah ini berarti aku akan ditinggal sendirian di negeri gila ini? Bagaimana jika seseorang menculikku? Dan tidak orang lain yang akan menolongku, karena hanya Hanbin satu satunya manusia yang ku kenal di negeri ajaib ini.

“Ini masalah rahasia” katanya tersenyum.  “Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Aku akan mengenalkanmu pada seseorang.” Aku melihat ke arahnya dengan tatapan apa-kau-yakin. “Seseorang yang baik tentu saja” lanjutnya seperti ia bisa mendengar pikiranku.

Dan aku pun hanya mengangguk, meng-iyakan. Hanbin tersenyum.

Kami berjalan melewati sebuah jembatan pendek yang terbuat dari kayu dan akhirnya belok ke kiri. Sebuah bangunan bergaya old classic banyak terdapat disini. Aku baru sadar. Jembatan yang baru ku lewati tadi seperti sebuah pintu masuk ke alam lain di negeri ini. Jika disini, semua bangunan terlihat seperti..bangunan, ya dan bukan sebuah pohon yang bisa dimasuki orang. Tapi benar benar bangunan. Disini lebih banyak tumbuhan yang berwarna yang di tata rapi di pagar atau bahkan tumbuh liar di beberapa tempat. Warna warni bungaitu  membuat tempat ini semakin cerah.

 Bau harum masuk ke lubang hidungku

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
MayJune
Stay calm and wait for BiHi moment

Comments

You must be logged in to comment
tyasra #1
Chapter 28: Aku suka banget sama semua ceritanya, simpel tapi manis sama bikin deg-degannya dapet banget, itu yang 2nd girl parah banget yak wkwkwk tp itu yang bikin unik, kalo ada lanjutannya rame kayaknya heheh, tp nanti jadi complicated ceritanya ya.. update terus authornim!! aku sama sama bihi trash dr indonesia! fighting!!! :D
fitriyannii #2
Chapter 35: Ada jelanjutannya kan,?? Ditunggu
tyasra #3
Chapter 18: i really do enjoy your stories! jd gak sabar SHI di Ina, semoga bakalan banyak hanbinxhayi moment yaaaa
daw309 #4
Chapter 24: modar modar ini aduh
daw309 #5
Chapter 21: maaak dek hayi mantap hahahaha
ktroct #6
update soon. i enjoy your story
tiew21 #7
Chapter 30: arhghhh manisnya. klo mereka aslinya beneran kayak gini. bahagianya!!!!!!!
Leeyaaaa
#8
Chapter 28: Reader baru nih, salam kenal
Aku suka baca ff km
Ceritanya menarik semua
Paling suka cerita 1,8,15 ❤
1&15 manis tp gak berlebihan, 8 kocak bgt haha
Ditunggu chap berikutnya! Semangat!
cheoneunpil
#9
Authornim kapan update nyu ff ? Ditunggu ya, thor~ ^^
IM_Hyolyn #10
Chapter 21: End? Eeey kayanya My 2nd Girl ini harus ada lanjutannya lagi kkk~ Ceritanya unik. Two thumbs up! ^^