PART 8
HOW MUCH I LOVE YOU(April 2009)
“Juhyun-ahhhh…” panggil Kris lembut pada gadis semapai berambut coklat itu. Gadis itu berhenti. Saat Kris membalikkan badannya, Kris mendapati pipi gadis itu bersimbah air mata. Gadis didepannya kini menangis dalam diam. Kris membawa kedalam pelukannya. Menepuk-nepuk pelan punggung yang bergetar itu. Adik kecilku, Juhyun. Bagaimanapun kau tetaplah adik kecilku.
“Sudahlah, jangan marah begitu. Aku rasa, Luhan hanya lupa. Itu saja.” Ujar Kris berusaha menenangkan Juhuun. Kepala Juhyun menggeleng. “Luhan-gege tidak pernah peduli padaku. Tidak mengingat ulang tahunku sedikitpun. Dia tidak pernah menganggapku.” Ujarnya. Kris mengurai pelukannya.
“Hei, setidaknya dia datang hari ini. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya kan?” ujar Kris. Juhyun mengangguk. Kris meraih pipi gadis kecilnya, menghapusnya pelan, “Jangan menangis. Sudahlah. Kita pulang oke?” Juhyun hanya mengangguk.
***
(Februari 2014)
Juhyun mematut-matut kembali sepasang sepatu warna cream dengan sol khas berwarna merah itu. Butiran permata yang membentuk garis dipinggirannya mempercantik sepatu bemodel Pump Shoes itu. Juhyun tersenyum puas.
Do you ever think when you're all alone
All that we can be, where this thing can go?
Am I crazy or falling in love?
Is it really just another crush? (Crush – David Archuletta)
Terdengar suara ringtone ponselnya. Juhyun meraih ponsel berbalut case pinknya, Uri Jagiya Calling… Juhyun tersenyum. “Oppaaaaa…” sapanya begitu panel jawab digesernya. Suara diseberang justru terdengar marah-marah, kontras dengan suara Juhyun.
“Ya!!! Zhang Juhyun!!! Jangan berteriak sihhh… kau sehat?” suara Lay terdengar berat. Juhyun sedikit merasa khawatir, “Oppa sakit?”
“Eoh… aku merindukan adikku yang cerewet ini.” Juhyun terkekeh. “Kenapa tidak segera menyusulku? Oiya lupa harus menghadiri pernikahan itu ya?” suara Juhyun kemudian melemah. Diseberang Lay tampak mengernyitkan dahinya, Kris belum memberitahukan pada Juhyun kalau Luhan menyusul mereka ke Vancouver semalam?
“Uhhh… Juhyunnieee… oppa berangkat ke Vancouver malam ini. Kau jemput oppa arraso?” akhirnya Lay memutuskan untuk diam, mengikuti keputusan Kris. Jika memang mereka harus bertemu, maka bertemulah.
“Arraso oppa. Nanti aku kabari ke Kris oppa. Bawakan mandu buatan omma ya… gomawooooo.”
Lay terkekeh, “Arraso… annyeong.”
***
(Juni 2010)
Sudah lewat setahun dari hari ulang tahun Juhyun tahun lalu, tapi tak sedikitpun Luhan berani kerumah Lay hanya untuk menemui Juhyun. Dia hanya memilih bungkam dan menemui EXO-M hanya saat mereka kuliah atau saat sedang berkumpul. Saat Juhyun datang, Luhan memilih mengacuhkan gadis itu.
“Luhan-ssi…” panggil Jessica. Luhan mendongakkan kepalanya dari buku yang dibaca. “Little mermaid huh?” cibir Jessica. Luhan tersenyum, “Kau tahu tentunya satu-satunya orang yang begitu menggilai dongeng ini.” Jessica terkekeh.
“Tapi endingnya menyedihkan.” Ujar Jessica pelan saat Luhan kembali membaca dongeng itu. “Karena itulah Kris tidak pernah selesai membacanya.”
“Begitu pula dengan Juhyun. Baik Kris dan Juhyun nampaknya sepakat untuk menciptakan ending versi mereka sendiri.” Ujar Luhan. Jessica mengangguk. “Mereka terlalu banyak kesamaan, dan aku bersaing dengan bayangan Juhyun dimata dan hati Kris. Rasanya melelahkan. Dulu aku pikir aku bisa. Tapi setelah bertahun-tahun, Juhyun dan Kris makin tak terpisah.” Ujar Jessica.
“Luhan-ssi, cinta itu tidak pernahkah ada untukku? Sedikitpun apakah pernah Kris benar-benar mencintaiku?” Tanya Jessica pelan. Luhan menatap gadis disampingnya, digesernya pelan posisi duduknya, diulurkannya kedua lengannya. Diletakkan kepala Jessica dalam dadanya. Perlahan bahu Jessica nampak naik turun, menangis tanpa suara.
Luhan merasakan baju depannya sudah basah saja. Lalu ditepuk-tepuknya punggung gadis itu. Entah bagaimana memulianya, Luhan begitu saja sudah mengecup kening pacar sahabatnya. Tanpa perasaan bersalah. Tanpa keraguan. Dan Jessica demikian, menerima apa yang diberikan Luhan. Mungkin hatinya mencari kasih sayang yang tak pernah didapat dari Kris namun didapatkan dari Luhan.
Jessica memeluk punggung Luhan lalu menenggelamkan wajahnya pada bahu bidang Luhan. Dipasrahkannya air mata itu keluar. Dan Luhan hanya memeluk dan semaking mempererat pelukan itu.
Yang tidak diketahui keduanya, sepasang mata mengawasi keduanya. Menjadi saksi aksi keduanya meskipun tidak , namun mengabaikan keduanya. Membiarkannya. Kris melangkah keluar dari pojokan itu. Hari ini hari terakhirnya di universitas. Dia ingin memberikan kejutan pada Jessica dengan mengajaknya bertemu dipojokan perpustakaan, dimana ditempat itulah pertama kalinya keduanya saling mengenal.
Tapi justru, dialah yang terkejut hari ini. Aku ingin mempertahankanmu Jessica.
***
Luhan menggenggam jemari Jessica yang kedinginan, “Kau yakin Kris memintamu menunggu disini?” Tanya Luhan memastikan. Jessica mengangguk. Ditekannya panel-panel layar sentuhnya. Menekan angka-angka yang dihafalnya. “Tidak diangkat.” Ujar Jessica.
Luhan meraih ponselnya, menekan panel-panel layar smartphonenya, “Lay, apakah Kris bersamamu?”
“Tidak, tapi tadi dia bergantian denganku untuk menjaga Juhyun di rumah sakit.” Luhan mematung mendengar kalimat Lay.
“Kenapa Juhyun, Lay?” Tanya Luhan hati-hati, berusaha tidak terdengar posesif. Luhan menghela nafasnya. “Mencoba bunuh diri. Entahlah.” Jawab Lay. Kemudian telepon diputus searah. “Tunggu Lay!!” terlambat sambungan telah terputus, sebelum Luhan sempat menanyakan dimana Juhyun dirawat.
Comments