PART 13
HOW MUCH I LOVE YOUJessica menatap gadis yang tengah tidur didepannya. Diluar dia mendapati Kris yang tengah menerima telepon. Gadis inilah yang membuatnya berkali-kali harus bersabar dan menunggu. Karena bagi Kris, gadis ini adalah prioritas kedua setelah ibunya. Jessica menyentuh pergelangan tangan Juhyun yang terbalut perban. Masih tersisa beberapa bercak darah disitu.
Lalu Jessica bangkit dan mengitari kamar Lay yang rapih. Memperhatikan beberapa pigura foto yang dipajang disana. Foto-foto Lay, Juhyun dan juga Kris. Terkadang bersama Tao juga. Tapi lebih sering hanya mereka bertiga. Dipantai, digunung, bahkan didepan rumah. Foto-foto sederhana yang membuat dada Jessica sesak.
Sedangkan dengannya, Kris jarang sekali mau difoto berdua. Kris sering berkata, “Its not my style.” Tapi didinding kamar Lay banyak sekali foto Kris. Pintu bergeser terbuka, nampak Kris yang tersenyum lalu berjalan menghampiri Jessica. Kris melingkarkan sepasang lengan panjangnya pinggang Jessica. Kris menempelkan kepalanya dibahu Jessica dan juga pipinya ke pipi Jessica.
“Aku merindukanmu, Jessica Jung.” Jessica tersenyum mendengar kalimat Kris. “Itulah akibatnya kalau kamu sering mengacuhkanku dan memilih mempedulikan gadis lain.” Sindir Jessica. Kris menggeleng, “Juhyun bukan sekedar gadis lain. Dia permataku. Dia adikku.”
“Juhyun kenapa sih? Dia mencoba bunuh diri?” Tanya Jessica. Kris mempererat pelukannya dan menciumi bahu Jessica yang tertutup cardigan merah. “Dia mengatakan tidak. Katanya cermin kecilnya terletak dibawah bantal dan pecah, secara tidak sengaja mengenai tangannya. Tapi baik aku dan Lay curiga bukan sesimpel itu. Aku rasa dia sedikit patah hati.”
Jessica melepaskan diri dari pelukan Kris, “Patah hati?” Kris tersenyum kemudian menarik Jessica dalam pelukannya. “Kemarin dia meneleponku, katanya memergoki cinta pertamanya melewati Hanok Village dengan pacar temannya.” Ujar Kris kalem. Jessica terpengarah dalam pelukan Kris. Berharap Kris tidak mengenali perubahan gesture tubuhnya.
Kau tidak mengetahuinya kan Kris? Batin Jessica bertanya-tanya.
***
(Februari 2014)
Kris mengangguk-angguk menerima panggilan telepon itu. Matanya memerah dan wajahnya menegang. Seketika saat sambungan terputus, Kris memutuskan untuk menelepon seseorang.
“Chen, bisa aturkan penerbangan untukku ke New Zealand hari ini? Penerbangan apapun, maskapai apapun, kelas apapun. Iya, aku butuh. Nanti aku transfer. Gomawo.”
Lay menatap sahabatnya dengan bingung, “Ada apa Kris?”
“Jessica mencoba bunuh diri di New Zealand. Dan Luhan tidak bisa dihubungi. Bantu aku mencari tahu dimana Luhan, Lay. Aku tahu Juhyun masih sakit, tapi ini juga penting. Setidaknya cobalah hubungi Luhan.”
Lay terkesiap, sejak dulu dia tahu, Jessica bisa melakukan apapun. Selama ini dia hanya diam dan melihat. Tapi tidak untuk malam ini. “Baiklah, aku mengerti. Akan aku coba hubungi Luhan. Kau berhati-hatilah.” Kris hanya mengangguk.
***
Lay menatap tubuh Luhan yang lemas. Dia menemukan Luhan duduk di tangga darurat apartemen yang disewanya. Nafas Lay memburu. “Ya! Xiao Luhan! Jessica mencoba bunuh diri dan kau disini terlihat sekarat. Sebenarnya kalian ini kenapa?” sergah Lay. Luhan hanya menoleh.
“Jessica hanya berusaha menahanku. Dia mencoba menarik perhatianku. Tenanglah, dia tidak akan mati.”
Lay frustasi melihat kondisi Luhan yang kosong. “Kalau kau memang mencintai Juhyun, maka bahagiakan dia, buat dia tersenyum. Dan bicaralah baik-baik dengan Jessica. Jangan seperti ini. Kau plin-plan Xiao Luhan!” bentak Lay lalu pergi meninggalkan Luhan.
“Aku hanya tidak mau lebih plin-plan lagi dengan kembali pada Jessica disaat aku ingin tetap disamping Juhyun, menebus semua kesalahanku.” Ujar Luhan pelan. Yakin tidak didengar oleh Lay.
***
Kris menggenggam tangan pucat itu, mengusapnya halus dan mengecupnya. Dia pernah sangat mencintai gadis ini. Pernah. Ya, pernah.
Perlahan-lahan perasaannya berubah. Bagi Kris, ketika dia sudah tidak diinginkan, maka tidak ada alasan laginya untuk bertahan. Dia memang merasakan luka. Cukup menyakitkan. Karena kata orang luka pertama justru yang paling dalam dan sangat menyakitkan. Sakit yang cukup mampu memberikan efek trauma cukup besar. Terutama pada Kris. Jessica. Panggilnya lembut dari dalam hatinya.
Jessica bergerak sedikit, selang penuh darah itu sedikit mengayun mengikuti gerakan tangan Jessica. Kris menggenggam makin erat. Jessica sedikit mengerang, kemudian perlahan membuka matanya. Kris tersenyum lalu mengusap kepala Jessica lembut.
“Kenapa kau melukai dirimu sendiri Jessica?”
Jessica menatap mata Kris. Perasaan bersalah menyeruak diantara relung-relung jiwanya. Kris masih mengusap kepalanya.
“Kenapa kau tidak bisa merelakan Luhan? Memberikan kesempatan pada Juhyun untuk bahagia? Kenapa kau melakukan kebodohan ini Jessica?”
Perlahan air mata Jessica turun. Wajahnya memerah karena marah bercampur malu. Dia meninggalkan pria yang kini ada didepannya, yang justrtu ada disampingnya untuk mendukungnya. “Kris mianhae… mian..” cuma kata maaf yang menggumpal dari sekian banyak perasaan bersalah pada Kris. Tiga tahun menghianati Kris. Dan ternyata penghianatan yang dia lakukan tidak lebih dari sekedar pelarian. Mencari kesenangan saja. Tidak hanya baginya juga bagi Luhan.
Kris bergerak memeluk Jessica, mengusap pundak kepala dan rambut coklat keemasan yang panjang menutupi punggungnya. Kris menepuk-nepuk bahu Jessica yang naik turun karena menangis. “Pergilah Kris. Aku lelah. Jangan kembali. Aku tetap dengan pendirianku. Aku ingin pergi dari hidupmu. Dengan hidup Luhan.” Kris terpengarah. Dia mengira Jessica akan merengek memintanya kembali. Tapi benarlah sesuai dugaannya, dia memang diminta pergi. Tidak, tepatnya dia sudah diusir.
“Aku tetap ada jika kau butuh. Mungkin perasaan itu tak lagi sama Jessica. Tapi aku menawarkan persabahatan. Dan aku ada di Canada jika kau mencariku.”
Lalu Kris beranjak pergi. Selesai sudah semua kisah ini. Dia harap demikian.
Comments