PART 3
HOW MUCH I LOVE YOU(Juni 2005)
Jessica’s POV
Aku menatap punggung laki-laki itu dari balik rak-rak buku didepanku. Tanganku gugup meraih buku demi buku agar memberiku ruang yang lebih lebar agar bisa memandang punggungnya. Jantungku makin berdegub.
“Kevin…” panggil seorang laki-laki yang baru memasuki perpustakaan. Namanya Kevin. “Sudah berapa kali kukatakan kalau jangan panggil namaku yang itu Zhang Yixing.” Balas laki-laki itu. Eh? Namanya bukan Kevin? Lalu siapa?
“Baiklah Wu Yifan. Aku hanya bercanda.” Ujar laki-laki yang bernama Zhang Yixing, “Dan hei, bukannya sudah sepakat kalian memanggilku Lay.” Tambahnya. Terlihat bahu laki-laki itu naik turun, tertawa karena kalimat Zhang Yixing. Jadi namanya Wu Yifan. Bukan orang Korea sepertimya. Cocok dengan wajahnya yang begitu unik.
“Kau masih menyukai Seohyun?” Tanya Wu Yifan memcah keheningan saat Zhang Yixing terlihat ikut menyandarkan punggungnya ke rak buku dibelakangnya. Aku masih mengatur agar suara degub jantungku tidak terdengar kencang.
Zhang Yixing menghela nafasnya, “Tapi kita tahu, sudah 6 tahun dia menyukai rusa kita.” Wu Yifan menepuk bahu Zhang Yixing, “Kau harus sabar. Lagipula bagaimanapun kalian tidak akan bisa bersama kan? Orang tua kalian pasti melarang.” Zhang Yixing hanya terlihat mengangguk.
“Kau tahu kan aku tidak bisa menyakiti ayahku apalagi ibu tiriku. Meskipun Seohyun segalanya bagiku, aku hanya bisa menjaganya seperti yang kau lakukan Kris.”
“Jadi namanya Kevin, Wu Yifan atau Kris? Oopppsss.” Aku serta merta menutup mulutku yang bercelutuk. Terlihat Zhang Yixing membalikkan badannya dan menatap kearah tubuhku. Aku berjalan mundur, menghindari tatapan Zhang Yixing, “Siapa?” Tanyanya. Lalu laki-laki itu berbalik melihat dengan curiga kearah Zhang Yixing dan akhirnya menatapku!
***
(Desember 2013)
Kris mengangkat banner hitam dari kertas karton kearah sosok yang dia tunggu yang baru keluar dari arah gate utama kedatangan luar negeri. Tampak gadis semampai itu melambai kearahnya sambil tersenyum, “Oppa!!!” ujar gadis itu kearah Kris. Kakinya melangkah ringan sambil mendorong trolly yang cukup penuh koper.
Kris nampak merentangkan tangannya dan memeluk gadis itu, “Zhang Juhyun! Ya! Bukannya sudah kubilang tidak perlu bawa banyak baju? Aku akan membelikannya untukmu. Dan mana Lay?” Juhyun hanya tersenyum, “Siapa bilang koper itu berisi baju? Itu isinya sepatu dan tas koleksiku tau.” Kris terkekeh dan mencubit hidung Juhyun.
“Jadi kemana Yixing oppamu? bukannya dia akan mengantarkanmu?” ulang kris. Juhyun menghapus senyumnya, “Dia akan menghadiri pernikahan bodoh itu. Lalu baru kesini.”
Kris terhenyak, menyadari bahwa dia salah mengambil topic pembicaraan. “Ah, arraso. Ayo, kita ke apartemenmu yang baru. Aku sudah mengatur agar kamar apartemenmu hanya berseberangan denganku. Atau kamu mau makan malam dulu?” ujar Kris mengalihkan mood Juhyun. Juhyun kembali sumringah.
“Aku ingin makan pataat.” Ujar Juhyun sambil bergelayut manja. “Ya!!! Ini Vancouver bukan Amsterdam. Bagaimana ada pataat disini.” Juhyun terpingkal melihat Kris marah-marah. “Hahhaha, arraso. Aku hanya ingin istirahat. Mungkin semangkuk ramyun cukup untuk malam ini.” Ujar Juhyun ringan. Kris mengulas senyum, “Baiklah. Ayo!”
***
(April 1999)
Luhan menguatkan dirinya untuk mengetuk pintu rumah berwarna putih dengan ornament coklat dipinggirannya. Tok tok! Tok tok! Diketuknya beberapa kali pintu itu sampai terbuka dan tampak seorang wanita paruh baya yang dia kenal sebagai bibi pengurus rumah itu. Disimpannya kembali kedalam kantong jaketnya kotak panjang pipih beludru ditangannya.
“Ah, Tuan Muda. Baru saja Tuan Muda Yixing dan kedua orang tuanya serta Nona Juhyun meninggalkan rumah. Mereka merayakan ulang tahun nona di restoran favorit nona. Mungkin Tuan Muda Luhan ada pesan?” Luhan tersenyum dan mengangguk sopan lalu menjawab, “Ah, tidak bibi. Sampaikan saja pada Lay kalau saya mencarinya. Saya pulang dulu, Bibi. Selamat sore.” Ujar Luhan berpamitan.
Langkah kakinya menjauh kemudian meraih sepedanya disandarkan didekat pintu gerbang utama. Waktunya tidak tepat Luhan.
***
(Maret 1998)
“Eoh! Maaf! Aku tidak melihat. Maaf.” Ujar gadis kecil itu malu-malu sambil merapihkan majalah yang berserakan. Luhan berjongkok didepan gadis itu, bermaksud membantu memungut majalah-majalah itu. “Khamsahamnida.” Ujar gadis itu sambil beranjak. Kemudian masuk kedalam kamarnya. Luhan menatap gadis kecil itu, yang dia perkirakan berusia lebih muda darinya. Dia menandai pipi memerah itu. She is beautiful.
“Luhan, cepat masuk! Atau kau dapat giliran terakhir bermain gamesnya.” Panggil Lay. “Ah ne. anyway, who is that girl?” Tanya Luhan. Dia memang jago menggunakan bahasa inggris karena masih belum terbiasa menggunakan bahasa korea disini sejak kedatangannya dariSan Fransisco. Lay melongok kearah pintu kamar Juhyun, “She? My step-sister. Jangan khawatir, dia hanya pemalu dengan orang baru. Kemarilah.” Jawab Lay santai.
Kemudian Tao menghampiri, “Kalau kau menyukai Juhyun, ge. Kau akan kena masalah. Kris-ge dan Xing-ge sangat protektif pada Juhyun. Kau tidak akan ada kesempatan.” Luhan hanya tersenyum menanggapi kalimat dari Tao, kemudian dia memutuskan bergabung dengan teman-temannya.
Yang luput dari mata Luhan adalah, dibalik pintu itu. Juhyun memegang dadanya, dan pipinya memerah. Aku jatuh cinta pada mata itu. Sepasang mata itu mirip sekali dengan rusa. Xiao Luhan. Teman kakakku.
Comments