PART 6
HOW MUCH I LOVE YOU(Juni 2005)
Mata Kris nampak mempelajari gadis yang kini berdiri didepannya diantara rak-rak buku fakultasnya. Kenapa dia ada disini? Kris bertanya dalam pikirannya sendiri. Gadis itu terlihat takut-takut. “Kau siapa?” Tanya Lay lagi, mengingat gadis ini tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Mungkin Lay merasa sebal.
“Sica.. Jessica Jung.” Ujar gadis itu terbata. Kris mengulas senyumnya. “Dan kenapa kau menyebut namaku tadi? Apa yang kau inginkan, Jessica?” dengan sedikit penekanan Kris bertanya. Jessica tampak menelan ludahnya.
“Aku.. aku… aku hanya ingin tahu namamu.” Ujarnya pelan.
“Cih… another fangirl, Kris. Lets go.” Cibir Lay. Lay memang bisa menjadi sangat menyebalkan didepan semua gadis selain Juhyun, karena itulah dia seperti Kris yang digilai banyak perempuan. Kalau boleh dikoreksi sebenarnya semua anak EXO-M (nama EXO menjadi EXO-M saat Tao resmi menjadi bagian dari gang mereka saat Tao SMA).
“Aku bukan fangirl.” Tegas Jessica. “Kalau bukan lalu apa?” sergah Lay cepat.
Jessica menelan ludahnya sekali lagi, “Sudah kukatakan, aku hanya penasaran dengan namanya.”
“Karena apa?” kali ini Kris yang bertanya. Jessica melirik cepat kearah Kris, “Karena.. karena… aku tak sengaja membawa bolpoinmu saat kita bertabrakan beberapa waktu yang lalu.”
Kris mengernyitkan alisnya. Dia bahkan hafal bahwa itu bolpoinku. “Aku hanya ingat aku hanya bertabrakan dengan satu orang hari itu, karena itulah aku ingat itu milikmu.” Kemudian Jessica menyerahkan bolpoin hitam yang dia letakkan disaku celana kainnya. “Aku membawanya kemana-mana, siapa tahu aku bertemu denganmu. dan aku tahu itu bolpoin mahal. Karena ayahku punya satu.”
Kris tersenyum. Gadis yang menarik.
***
(Desember 2013)
Juhyun mengamati kotak berisi biola yang menjadi hadiah natalnya tahun ini. Biola dari bahan keramik yang mirip kaca sehingga tembus pandang. Dengan kayu yang dilapisi warna magenta, cantik dan begitu anggun. Juhyun melihat ukiran sebuah nama dibalik ganggangnya, Seo Juhyun (Seohyun). Nama lahirnya yang sudah lama hampir dia lupakan.
Setitik air mata perlahan luruh dipipinya. Mata Juhyun terasa panas. Dia teringat dengan ayah kandungnya yang seorang composer, yang sayangnya meninggal karena kecelakaan saat perjalanan konser belasan tahun silam. Juhyun merindukannya. Merindukan dia dipanggil Seohyun lagi, tentu saja oleh ayah, hanya ayah yang memanggilku Seohyun.
Kris menghapus air mata yang masih luruh dipipi Juhyun. “Kamu ingin dipanggil Seohyun lagi?” Tanya Kris. Juhyun mendongakkan kepalanya, menatap Kris tidak percaya. “Selama ini ada orang lain yang memanggilmu Seohyun selain kedua orang tuamu. Karena itulah aku dan dia menyiapkan kado ini untukmu.”
Juhyun menatap mata Kris kemudian matanya kembali berkaca-kaca. “Selain kedua orang tua kandungku? Siapa oppa?” tanyanya. Kris bangkit dari kursinya. Kemudian bergerak memeluk Juhyun dari belakang. Untungnya kondisi restaurant malam ini cukup sepi karena belum masuk ke peak hour.
“Seseorang. Dan dia sampai sekarang memintaku untuk terus menjagamu. Dan tentu saja bukan Luhan.” Jawab Kris akhirnya. Seketika harapan Juhyun yang melambung itu luruh kekakinya. “Aku ingin dipanggil Seohyun lagi oppa. Aku rindu Abeoji.” Ujarnya. Dan Krispun mempererat pelukannya. Yixing, gadis ini serapuh kaca, aku janji akan menjaganya saat kau pergi nanti.
***
(Desember 2000)
Juhyun meniupkan nafasnya ketangannya yang kedinginan. Kemudian seseroang memberikan secangkir coklat kearahnya. “Minumlah, nanti kau mati kedinginan.” Ujar seseroang itu. Matanya yang kecil dan terlihat sedikit mengantuk membuatnya teringat pada mata Ayahnya. Seseorang itu duduk disampingnya. “Seo Juhyun. Kenapa kau tidak minta kutemani kalau hanya ingin melihat Luhan berlatih bola seperti ini?”
Juhyun tersenyum menghadapi kakak tirinya, “Tentu saja karena tidak ada yang boleh tahu kalau aku menyukai Luhan-gege.” Jawabnya singkat. Lay mendengus sambil memasukkan tangan Juhyun kesaku mantelnya. “Aku berjanji pada Appa dan Eomma untuk menjagamu. Sejak 5 tahun yang lalu. Dan aku terus menjagamu. Tapi aku tidak akan selalu bisa menjagamu. Kau harus bisa menjaga dirimu sendiri.” Ujar Lay.
Juhyun tersenyum, kemudian memeluk bahu Lay erat-erat, “Oppa tenang saja. Akan ada Kris oppa yang menjagaku.”
Lay mengurai pelukan Juhyun, lalu meraihnya dalam pelukannya. Dan mendaratkan kecupan dipuncak kepala Juhyun, “Seohyun, seandainya kesempatan itu datang padaku sejak awal.” Bisik Lay. Juhyun hanya memejamkan matanya, tidak mengerti apa maksud kalimat-kalimat Lay.
Lalu dengan tiba-tiba ekor mata Juhyun menangkap bayangan Luhan yang menjauhi lapangan. “Eoh, Luhan-gege pergi.” Ujarnya tiba-tiba sambil melepas pelukan dari kakak tirinya. Lay hanya tertawa merasakan kelakukan adik tirinya itu. “Oppa, ppalli. Kita harus pulang.” Ujar Juhyun pada akhirnya. Menyerah karena tidak berhasil mengetahui kearah mana Luhan pergi. Lay hanya mengangguk dan menggenggam jemar-jemari Juhyun.
“Jibae Kajja.” Uajr Lay. Seandainya kau tahu semuanya Seo Juhyun. Juhyun tersenyum sambil menggenggam balik jemari Lay.
Comments