Chapter 33

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Keesokan harinya, ibu tampaknya tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan ayah yang bisa dibilang baik. Aku tidak membutuhkan argumen lain dengan hal pertamanya di pagi hari. Di sekolah, semua anak masih terpaku pada ujian. Mereka terus membicarakan tentang hasil ujian mereka akan seperti apa.

Disekitar waktu luangku, Jongin mengundangku ke ruang latihan. Ia mengatakan bahwa ia tidak bisa berlatih beberapa bagian untuk audisi kemarin karena ia berlatih untuk upacara yayasan mendatang di sekolah. Ia menunjukkan sedikit tarian yang akan ia lakukan dan, seperti biasa, aku terkesan.

"Apa yang kau pikirkan sekarang?" Tanya Jongin saat ia duduk di sampingku di kursi kayu panjang yang ditempatkan di depan lantai ruang latihan. "Ada sesuatu yang mengganggumu?" Tanyanya ketika aku hanya menatapnya.

"Sedikit." Kataku, sedikit mengangkat bahu. "Aku hanya khawatir ... tentang hasil ujianku."

Jongin menyeringai. "Kau telah melakukannya dengan baik." Ia meyakinkanku, lalu mencium bagian atas kepalaku, membuatku tersenyum.

Selama beberapa hari berikutnya, aku mencoba untuk tidak memikirkan tentang apa yang terjadi dengan keluargaku. Aku memusatkan perhatian pada kuliah dan juga penerbitan majalah sekolah selanjutnya.

"Apa kau mencari sesuatu?" Jongin bertanya padaku sepulang sekolah suatu hari. Ia mengintip dari balik bahuku saat aku meraba-raba di dalam loker.

"Aku tidak menemukan buku catatanku." Aku berkata kepadanya agak cemas. "Aku sudah mencoba menggeledah tasku tapi tidak ada. Buku catatan itu sangat penting bagiku. Aku menyelipkan catatan yang akan ku gunakan untuk artikelku di majalah sekolah." Aku menambahkan dengan panik ketika aku mulai meraba-raba ke dalam lokerku lagi.

"Apa yang terdapat semacam peta berdesain?" Jongin bertanya.

Aku berbalik ke arahnya. "Ya, itu dia!" Kataku, menatapnya mengantisipasi. "Apa kau melihatnya?"

"Ya," katanya sedih. "Sebenarnya kau meminjamkanku buku itu beberapa hari yang lalu."

"Oke, aku sangat membutuhkannya minggu ini." Kataku lalu aku mulai berjalan menuju lokernya.

"Bukumu tidak ada di lokerku." Katanya. "Aku meninggalkannya di rumah. Maaf."

Aku merosotkan bahuku. "Jongin, aku membutuhkan buku catatanku." Aku berkata padanya. "Aku akan mengerjakan artikelku malam ini."

"Baiklah, kalau begitu kita pergi ke rumahku." Kata Jongin, menganggukan kepalanya.

"Tunggu—apa?" Kataku saat ia mulai menarikku maju.

"Kau mendengarku." Katanya santai, seringaian menyebar di wajahnya. "Kau bilang kau membutuhkannya segera."

Aku mendesah terpaksa karena aku tahu ia benar. "Baiklah." Ujarku ragu-ragu. "Aku akan mengemasi barang-barangku terlebih dulu."

-------

Aku selalu ingin tahu tampak seperti apa rumah Jongin. Aku selalu membayangkan mungkin ia tinggal di rumah besar itu, mirip dengan anak orang kaya yang tampan di drama dan film yang pernah kutonton. Bus akhirnya berhenti setelah hampir satu jam perjalanan. Jongin mencengkeram tanganku saat kami melangkah di sepanjang trotoar. Kami sekarang berjalan di jalan yang tenang yang dijajari oleh pohon-pohon dan semak-semak yang dipotong rapi. Entah bagaimana, jalan ini tampak akrab dan aku menyadari bahwa aku telah melihat jalanan ini di TV. Ini adalah salah satu jalan di kota di mana orang-orang beruang tinggal dan Jongin adalah salah satu dari mereka.

Aku tidak benar-benar yakin mengapa hal ini masih mengejutkanku.

"Apa orang tuamu di rumah?" Aku bertanya padanya dengan cemas.

Jongin menoleh padaku dengan senyum di wajahnya. "Tidak di jam-jam sekarang." Katanya.

"Benar." Aku menyahut, "Kami hanya akan masuk, mendapatkan buku catatanku dan kemudian aku langsung pergi."

Jongin hanya tersenyum dan kemudian menarik-narik tanganku. Kami akhirnya mencapai rumah yang bergaya kontemporer dengan halaman kecil. Jongin membuka pintu gerbang dan kemudian ia berpaling padaku. "Ayo." Katanya.

"Mungkin aku akan menunggu di sini saja." Kataku ragu-ragu saat kami sampai di pintu depan.

"Tidak." kata Jongin datar. "Di luar sangat dingin." Ia membuka pintu dan menarikku ke dalam setelah melepas sepatu kami.

Di dalam, rumah mereka terlihat begitu rapi, elegan dan sangat hangat. Ini tampak seperti sebuah rumah di mana keluarga yang sebenarnya berada. Ada tangga yang berdekatan dengan pintu dan lorong di sisi lain, Jongin membawaku ke yang paling belakang.

"Aku akan menunjukkan sesuatu terlebih dulu." Kata Jongin, menarik-narik tanganku dengan riang. "Ingat ketika aku memberitahumu aku tahu sesuatu yang akan meningkatkan semangatmu?"

Aku menganggukan kepalaku tapi aku tidak bisa tidak bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang ia bicarakan. Kami berhenti di depan pintu, Jongin memberiku senyum sambil memutar gagang pintu. "Manjakan matamu." Katanya sambil mengayunkan pintu terbuka.

Rahangku hampir jatuh ketika aku melangkah ke dalam. Ada baris demi baris rak dengan berbeda ukuran, buku-buku. Aku berbalik perlahan dan menyadari bahwa itu adalah sebuah perpustakaan mini. Aku dibesarkan dengan buku, aku teringat Jongin mengatakan padaku sebelumnya.

Jongin berseri-seri padaku, tangannya di saku dan jelas senang akan dirinya sendiri. "Apa kau menyukainya?"

"Apa kau bercanda?" Kataku, tersenyum padanya. "Inilah surgaku!"

Jongin terkekeh. Ia memegang tanganku sambil mengarahkanku berkeliling di perpustakaan. Itu menakjubkan, mereka memiliki setiap genre buku dan mereka juga memiliki beberapa judul buku yang sangat ingin aku baca. Kemudian, sesuatu bergema di dalam lorong.

"Itu pasti telepon." Jongin berkata, "Aku akan segera kembali."

Aku menganggukkan kepala saat Jongin pergi keluar dari ruangan untuk mengangkat panggilan. Setelah memindai beberapa buku di atas meja, sesuatu menarik perhatianku di atas meja bundar tepat di seberang ruangan. Itu penuh dengan bingkai foto—orang tua Jongin tampak sangat tampan dan cantik, mereka berdua. Aku membungkuk sedikit ketika aku melihat gadis cantik dengan rambut cokelat panjang dan tersenyum lebar pada kamera yang tampaknya ku kenal.

Di mana aku melihatnya sebelumnya? Aku bertanya pada diriku sendiri dan kemudian aku tersadar. Ia gadis yang mengemudikan mobil silver itu ketika Jongin dan aku sedang menunggu di halte bus. Aku berasumsi mereka adalah saudara karena ia dan Jongin memiliki senyum yang sama dan ia benar-benar cantik. Mataku kemudian mendarat di bingkai foto berikutnya dan aku langsung mengenali anak itu yang bersandar pada perosotan yang tampak seperti taman bermain. Aku tidak bisa menahannya jadi aku mengambil bingkai foto itu dan senyum meretak di wajahku saat aku memanjakan diri pada Kim Jongin berusia tujuh tahun. Ia memiliki rambut berbentuk helm, mengenakan celana baggy dan kemeja. Tawa keluar dari mulutku. Ia tampak begitu menggemaskan, pikirku dengan senang hati.

"Apa yang sedang kau tertawakan?"

Aku hampir me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga