Chapter 13

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Bus akhirnya tiba dan ponselku bergetar lagi di dalam saku rokku, menyadarkanku kembali pada pikiranku. Seseorang menabrak bahuku. Orang itu adalah salah satu dari gadis-gadis yang terobsesi dengan Jongin sehingga aku menduga ia melakukanya dengan sengaja. Aku memeriksa panggilanku segera setelah aku mendudukan diri di bagian belakang, mengabaikan tatapan mematikan yang ditujukan padaku dari para gadis itu yang duduk hanya beberapa kursi dariku.

Rupanya, aku melewatkan dua panggilan dari bibiku. Aku mengirim pesan untuk memberitahunya aku sedang dalam perjalanan ke Spines. Beberapa menit kemudian, aku berjalan menuju toko tapi ketika aku sampai di sana, Ha Joon mengatakan padaku bibi dan adikku telah pergi satu jam yang lalu. Jantungku serasa melompat ke tenggorokan. Jika Bibi menemukan ibuku berada di rumah saat ini, akan menjadi keributan tentunya. Terutama jika ia menemukan ibuku mabuk.

Aku benar. Yah, kecuali bagian yang mabuk karena Ibu sedang tidak mabuk sekarang. Tapi Bibi Sora dan ibu yang pasti dengan berdebat. Aku hanya di luar pintu depan ketika aku mendengar suara-suara teriakan mereka. Bibi Sora berteriak pada ibu yang sedang duduk di sofa. Ia memelototi jendela, jelas menghindari mata kakaknya. Bibi Sora menyinggung lagi tentang ayah, bahwa ia tidak akan pernah kembali, bahwa ia tidak baik. Aku setuju dengannya tentang itu. Tapi apa yang aku tidak suka sekarang adalah bibi berteriak pada ibu.

Bibi Sora berhenti ketika ia melihatku berdiri di dekat pintu. Saat itulah ia melampiaskan frustrasi ke arahku. Menanyaiku kemana saja aku pergi, mengapa aku tidak mengangkat panggilannya. Aku membiarkan ia memarahiku, lebih baik aku yang dimarahi olehnya daripada ibu. Tapi sepertinya ibu tidak bisa membiarkannya juga karena ia berdiri dari sofa dan berjalan ke arahku. Ia mengatakan padaku untuk pergi ke atas dan mandi.

"Mereka akan bersamaku." Kata Bibi Sora. Ia tidak berteriak lagi tapi ia sangat bersikeras. "Cari pekerjaan. Karena jika tidak, aku akan membawa mereka."

Ibu berbalik untuk melihat kakanya. "Kau takkan—"

"Oh, aku akan melakukannya!" Bibi Sora berpendapat. "Lihat dirimu! Kau tidak memiliki pekerjaan, kau terus-terusan dipecat. Kau tidak dapat mengurus mereka." Ia berhenti dan ada keheningan. Aku bisa mendengar jantungku yang berdebar. "Ini yang terakhir kalinya." Lanjut Bibi Sora. "Mencari pekerjaan dan pertahankan. Jika tidak, aku akan mengambil anak-anakmu untuk selamanya." Ia berbalik dan menyambar tasnya di sofa dan kemudian ia melihat ibuku lagi. "Dan kau tahu aku bisa."

Setetes air mata bergulir di pipi ibuku segera setelah kakaknya pergi. "Dia benar." Katanya, berbalik menatapku. "Bibimu benar."

"Apa Ibu akan membiarkannya mengambil kita?" Aku bertanya, suaraku serak.

"Tidak ... " kata ibu, menggelengkan kepala dan kemudian ia menarikku ke dalam pelukannya. "Maafkan aku, Sayang." Katanya di telingaku saat aku balas memeluknya. "Aku sangat menyesal."

Aku menyuruhnya diam dan mengelus halus punggungnya. "Ini akan baik-baik saja." Gumamku. "Kita bisa melewati ini. Kita semua."

"Kau tahu," kata ibu, melepas pelukanku. Ia menatapku dan menyelipkan seikat rambut ke belakang telingaku. "Kau selalu seperti Sora." Ia berkata, tersenyum sedih. "Kuat, cerdas ... selalu memiliki keberanian dan semangat untuk melakukan apapun ... "

"Ibu, hentikan." Kataku lembut dan menjentikkan rambutnya dari bahu. "Jangan bicara tentang itu."

"Aku akan mencari pekerjaan, Hana." Suaranya terdengar serius. "Aku akan mencari pekerjaan dan aku akan mempertahankannya. Aku tidak bisa kehilanganmu dan Young Soo juga."

"Tidak." kataku, "Ibu tidak akan kehilangan kami."

Ibu memelukku sekali lagi dan kemudian ia berkata ia akan menyiapkan makan malam untuk kami. Aku naik ke lantai atas dan bertanya-tanya di mana adikku. Bertanya-tanya apakah ia melakukan apa yang aku perintahkan jika Bibi Sora dan ibu sedang berdebat , untuk memasang headset dan mendengarkan lagu favoritnya. Dan ia melakukannya. Ia sedang duduk di meja belajarnya dengan sebuah buku yang hampir menempel hidungnya, tapi ekspresinya tampak tegang. Aku berjongkok di samping kursinya dan menatapnya.

 

"Apa mereka sudah selesai?" Ia bertanya dengan tenang, melepas penutup telinganya. "Aku pikir itu salahku."

"Apa?"

"Salahku." Dia mengulangi, menatapku sedih. "Tadi sore, ketika aku berkata pada bibi Sora ibu tidak perg

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga