Chapter 32

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

"Tidak bisa." Kataku datar ketika aku berbalik kembali padanya. "Aku sibuk. Ujian segera berlangsung." Aku menambahkan, mencengkeram penaku lebih keras.

"Baiklah." Keluhnya. Aku mendengar langkah kakinya mendekat dan kemudian ia meletakan sebuah amplop di atas tumpukan bukuku. "Aku akan menjadwal ulang pertemuannya."

Aku menggeser pandanganku dari amplop yang ia tempatkan di atas mejaku ke wajahnya. "Apa?" Tanyaku parau.

"Kau harus bertemu ayahmu." Ibu bersikeras, menatapku agak tegas. Ia menepuk amplop di meja yang kulirik sekilas. "Ini adalah biaya sekolah untuk kuliahmu. Kau harus berterima kasih padanya secara pribadi. Young Soo dan aku akan pergi denganmu."

"Aku tidak akan menemuinya, ibu." Aku tergagap, menahan frustrasi yang menumbuh. "Aku akan meneleponnya atau semacamnya."

Dalam seketika, ibu membanting telapak tangannya di atas mejaku begitu keras, membuatku tersentak. "Kita akan pergi dan bertemu ayahmu terserah kau suka atau tidak!" Ia meraung ke arahku, matanya berkilauan marah padaku. "Jika ibu harus menyeretmu keluar dari rumah ini, ibu akan melakukannya!" Ia tetap menatapku tegas untuk sesaat dan kemudian ia menghela napas dalam-dalam. "Ibu akan mengirimi ayahmu pesan dan kita akan bertemu dengannya setelah ujian." Katanya lalu ia memberi tatapan terakhir dan meninggalkan kamarku.

Aku ditinggalkan menatap amplop yang ia tinggalkan di atas mejaku. Aku meraihnya dan memasukannya ke dalam laci meja. "Aku tidak akan bertemu dengannya." Gumamku tergesa-gesa.

Setelah beberapa hari, aku masih memiliki keinginan untuk berbicara dengan ibu setelah apa yang terjadi. Minggu ujian akhirnya tiba dan aku merasa sangat cemas. Aku belum mampu untuk berkonsentrasi pada belajar. Jika bukan karena Jongin, aku yakin aku tidak akan mampu menyelesaikan rangkuman catatan kami. Ia sangat membantu untuk memfokuskan perhatianku dan tidak membiarkan kepalaku berkeliaran tidak jelas. Aku terkesan ia telah memperhatikanku berpikir keras beberapa hari terakhir sehingga aku mencoba, sebanyak mungkin, terutama ketika aku bersamanya, untuk memasang tampang “baik-baik saja”. Hal terakhir yang aku ingin ia lakukan adalah untuk mengkhawatirkanku.

Beberapa hari sebelum akhir minggu ujian, aku berjalan melewati kamar tidur ibu dan mendengar percakapannya dengan ayah. Ia mengkonfirmasikan kami akan makan malam dengannya dan ia memberitahu ayah betapa inginnya Young Soo dan aku bertemu dengannya lagi. Ketika aku kembali ke kamarku, aku menyadari bahwa ibu telah membesarkan harapannya lagi untuk membuat ayah kembali pada kami. Tapi itu tidak akan terjadi. Jika ayah benar-benar ingin kembali, ia akan melakukan itu sejak lama. Jika ia benar-benar peduli tentang kami, ia tidak akan meninggalkan kami. Mengapa ibu tidak bisa melihat itu?!

Aku berjalan di kamarku dan mengambil amplop yang ibu berikan padaku beberapa hari yang lalu. Aku harus menghentikan ini. Aku tahu aku harus, jika tidak, ini hanya akan berakhir sangat buruk bagi kita semua. Aku mendapat ide tentang bagaimana untuk melakukan hal itu. Aku benci melihatnya tapi aku harus dan aku berjanji pada diri sendiri bahwa itu akan menjadi yang terakhir kalinya aku akan bertemu dengannya.

Di sekolah hari berikutnya, kami semua berkumpul di halaman setelah ujian yang melelahkan. Sebagian besar siswa sekarang mendengungkan tentang ujian akhir yang akhirnya selesai. Baekhyun, Yixing dan Sehun adalah beberapa dari mereka. Mereka menceritakan cerita mereka tentang betapa sulitnya ujian mereka dengan heboh. Sementara itu, Jongin, yang duduk di sampingku, menyenggol bahuku.

"Bagaimana ujianmu?" Ia bertanya pelan sambil mengintip ke mataku.

"Baik, kurasa." Aku menjawab dan aku tidak tahu mengapa berbisik-bisik. Tapi aku merasa itu lucu jadi aku membiarkannya. " Kau?"

"Ujian praktikku semuanya bagus." Katanya, ia mengulurkan tangan dan dengan lembut menyingkirkan rambut dari wajahku. "Tapi ujian tertulis? Hanya baik saja. Tapi aku berpikir esai Sejarah membunuh harapanku."

"Nilaimu akan baik." Kataku sambil tertawa kecil.

Jongin tertawa kecil juga. Ia melirik sekilas teman-teman kami yang masih sibuk berbagi pengalaman mengerikan mereka selama ujian. Sehun sekarang berbagi cerita tentang bagaimana ia dan teman-teman sekelasnya bertukar kertas tes mereka untuk menghafal jawaban masing-masing dan betapa ia terkesan dengan dirinya sendiri.

"Aku berencana memintamu berkencan sepulang sekolah hari ini karena kita belum melakukan kencan pertama." Jongin berbisik padaku. Aku berpikir tentang apa yang ia katakan dan ia sangat benar. "Tapi aku tidak bisa hari ini karena guru tariku memintaku untuk tinggal setelah sekolah." katanya, menatapku meminta maaf. "Aku memintanya membantuku dalam beberapa bagian untuk audisiku. Apa tidak apa-apa jika kita melakukan kencan pertama kita di waktu yang lain?"

"Tentu saja." Ujarku dan tersenyum padanya sungguh-sungguh. "Aku sebenarnya akan pergi... ke suatu tempat."

Jongin mengerutkan alis. "Ke suatu tempat?" Ulangnya. "Kau tidak berniat untuk berkencan dengan orang lain, kan?" Candanya.

"Jangan konyol." Aku terkekeh, mendorongnya menjauh. "Aku akan menemani bibi Sora untuk check-up."

Dia tersenyum padaku kemudian. Kasih sayang itu mencapai matanya dan hampir membuatku ingin tersenyum balik ke arahnya. Dan aku melakukannya. "Aku merindukan itu." Katanya pelan.

"Itu apa?"

"Senyummu." Katanya, melirik bibirku. "Kau belum tersenyum selama beberapa hari terakhir."

Aku sedikit terkejut dan tersentuh bahwa ia bahkan memperhatikannya. "Itu karena minggu ujian berhasil menguras semangatku." Ujarku, berharap ia akan menggubrisnya.

"Aku tahu sesuatu yang akan meningkatkan semangatmu." Jongin mengatakan, matanya bersinar. "Aku akan menunjukkan padamu di hari-hari ini."

"Oke." Kataku, menemukan ia begitu menarik saat ia sedang bersemangat.

Setelah sekolah, Jongin dan aku tidak bisa bertemu. Setelah pertemuan kami di halaman, aku mengingatkan ia untuk tidak memaksa dirinya terlalu keras selama latihannya. Aku juga bisa berbagi tentang apa yang telah terjadi di rumah dengan Min Jee. Aku bercerita tentang rencanaku dan ia menawarkan untuk ikut denganku. Aku tahu ia memiliki banyak rencananya akhir-akhir ini jadi aku bilang aku akan baik-baik saja dan aku akan menelepon jika terjadi sesuatu.

Setelah empat puluh lima menit, bus akhirnya berhenti. Aku turun dari bus dan memeriksa peta mini yang aku gambar beberapa hari lalu. Setelah berkeliling selama lima menit dan bertanya pada orang asing di mana tepatnya bangunan yang aku cari, aku akhirnya melihatnya. Itu gedung yang tinggi, gedung kaca, hampir seperti duplikat dari gedung-gedung perusahaan mewah di film-film.

Aku menarik napas dalam-dalam saat aku mencengkeram saku rokku di mana aku menjejalkan amplop itu. Aku berjalan ke dalam dan langsung menuju lift, aku menekan lantai yang aku tuju dan berharap kantor ayahku masih berada di sana. Rasanya agak asing bagiku berada di sini meskipun ketika aku masih kecil, aku terbiasa pergi ke sini. Ayah sering membawaku ke sini saat ibu sedang hamil Young Soo. Aku tidak tahu pernikahan mereka perlahan-lahan berantakan saat itu.

Pintu lift terbuka dan dengan ragu-ragu, aku melangkah ke luar. Aku memandang sekeliling dan melihat sebuah meja yang berdekatan dengan pintu ganda dari mahoni. Itulah pintunya, pikirku. Aku mengingatnya dengan sangat baik.

Aku mengambil napas dalam-dalam dan berjalan menuju meja di mana seorang wanita yang mungil dan cukup sibuk sedang mengetik di komputernya. Ia bukan sekertaris ayah sejauh yang ku ingat. Mungkin sekertaris yang ku kenal telah mengundurkan diri atau semacamnya. Sekretaris ini, di sisi lain, tampaknya tidak melihatku jadi aku be

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga