Chapter 12

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

"Ayo. Diluar sudah mulai gelap." Kata Jongin saat ia beranjak dari kursinya. Nadanya dingin tetapi terdapat ekspresi tegang di wajahnya.

Aku mengangguk ragu-ragu dan meraih sampah kita dari meja.

"Hei, Jongin!" Seseorang memanggilnya. Aku mendongak dan ketiga orang itu mendekati kami. Salah satu dari mereka—orang yang memanggil Jongin—mengangkat tangannya di udara seolah-olah ia akan bersalaman dengan Jongin atau semacamnya. "Bagaimana kabarmu?"

"Tidak berubah." Kata Jongin, mengabaikan tangan orang itu. Nadanya sengaja terdengar bosan.

Orang itu tertawa dengan terpaksa bersama antek-anteknya. Ia hanya setinggi Jongin dan ia kurus dengan potongan rambut jabrik, yang bisa kita lihat dimajalah remaja 90-an. "Kami tidak melihatmu di studio tari setelah kelas tadi." Orang itu berkata, tatapannya sekarang hanya tertuju pada Jongin. "Untuk yang pertama kalinya."

Jongin menaruh tangannya di saku dengan santai. "Aku sedang sibuk."

Orang itu menganggukan kepala dengan lagaknya yang sangat menyebalkan. Aku tahu aku bukan dalam keadaan untuk merasa terganggu, aku baru bertatap muka dengannya lima menit yang lalu tapi hanya dengan melihat  caranya bersikap, telah menimbulkan perasaan iritasi atau semacamnya.

Ya Tuhan, jahatnya aku.

"Apa kau tak akan memperkenalkan aku pada temanmu?" Orang itu tiba-tiba bertanya pada Jongin, menuding kepalanya ke arahku dengan seringai menyebalkan di wajahnya. Dua rekannya berpaling untuk melihatku juga. "Aku Kang Jung Hwa." Orang itu berkata, membuat Jongin untuk tidak repot-repot menjawab . Dia menyodorkan tangannya padaku. "Dan kau?"

"Cho Hana." Jawabku padanya, bersalaman dengan santai dan seramah yang kubisa.

"Nama yang bagus." Ujarnya, masih tersenyum. Dia berbalik kembali pada Jongin yang masih menatapnya acuh tak acuh. "Apa kalian ingin bergabung dengan kami?" Ia bertanya dan menyenderkan tangannya di atas bahu temannya yang mengernyit karena gerakan itu. "Jae, kemari—"

"Tidak" kata Jongin datar, tatapannya sengaja dingin dan tidak peduli.

Jung Hwa menatapnya dan Jongin melakukan hal yang sama. Wajah mereka tampak tenang tapi tatapan mereka menunjukan terlalu banyak ketegangan dan itu mulai merambah ke sekitar toko, sangat kentara dan bahkan beberapa pelanggan yang sedang makan di dekat meja kami mulai bergegas pergi dalam ketakutan. Jantungku mulai bertalu dari dalam dada. Teman Jung Hwa—Jae—memasang ekspresi sedih di wajahnya. Tangan Jung Hwa masih menempel di bahu rapuhnya.

Aku tidak suka dengan apa yang sedang terjadi, aku berpikir cemas.

"Ya, maaf kami tidak bisa." Aku mendengar diriku berkata. Aku mencoba membuat suaraku sedikit ceria untuk menyingkirkan ketegangan yang terjadi. Tampaknya hal itu bekerja sedikit karena anak laki-laki itu saling menatap satu sama lain. Jung Hwa menatapku. "Kami harus pergi." Kataku sambil tersenyum kecil. Aku meraih lengan Jongin dan menggiringnya keluar dari toko.

"Maaf tentang tadi." Kata Jongin setelah kami berada di luar toko. Ia masih tampak sedikit kaku tapi cahaya hangat di matanya yang biasa kulihat entah bagaimana telah kembali. "Aku hanya sangat tidak menyukai mereka."

"Itu cukup jelas sebenarnya." Jawabku enteng .

"Jongin?"

Jongin dan aku berpaling ke samping dan melihat Eun Hee. Pada awalnya, matanya hanya tertuju pada Jongin, wajahnya langsung bersinar dan kemudian ia melihatku berdiri di sampingnya dan semangat tingginya memudar saat matanya mendarat di tanganku. Aku menunduk dan menyadari aku masih memegang lengannya. Aku buru-buru melepas tanganku dan berdeham, mengalihkan pandanganku. Dan kemudian aku mencaci diriku sendiri untuk bertindak seperti itu karena Jongin dan aku tidak melakukan sesuatu yang salah. Aku mengalihkan perhatian kembali padanya dan ia berjalan ke arah kami dengan ekspresi yang keras di wajahnya.

"Kenapa kau tidak menjawab teleponku?" Tanyanya pada Jongin. Ia tampak sedikit marah tapi suaranya lembut.

"Sudah kubilang aku akan sibuk minggu ini." Jongin berkata dingin, nyaris tidak memandangnya.

"Oh, betul, betul." Kata Eun Hee terbata-bata. "Maaf, aku lupa." Ia menatapku saat ini, matanya tidak memancarkan kemarahan, kurasa, tapi itu tidak berarti ia tampak menyikapinya dengan baik. "Aku kira ini ada hubungannya dengan wawancaramu dengannya?" ia bertanya.

Aku ingin mengatakan ya tapi aku hanya berhasil menganggukkan kepala.

"Kit

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga