Chapter 34

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Aku menyuruh Jongin untuk mencuci wajahnya selama satu menit sehingga ia akan menyingkirkan seluruh lip gloss yang ada di bibirnya. Aku tidak ingin menjadi gugup saat menjelaskan kepada orang tuanya mengapa anak mereka berlumuran lip gloss. Setelah beberapa saat, ia melangkah keluar dari kamar mandi dan kami berdua berjalan menyusuri lorong. Dalam setiap langkah, kakiku mulai mati rasa saat Jongin dan aku berbaris menuju ruang makan mereka. Aku mencengkeram lengannya begitu kencang sehingga ia menatapku. "Maaf." Gumamku, melepaskan lengannya. Sebagai gantinya, aku memainkan ujung kardigan sekolahku.

Jongin menghela napas, ia berhenti berjalan dan berbalik menghadapku. "Hana, rileks." Katanya lembut meremas tanganku.

"Aku tidak bisa rileks, oke?" Desisku padanya, tanganku mulai berkeringat. "Aku akan bertemu dengan orang tuamu! Aku belum siap untuk itu!"

Sebenarnya, apa yang ingin aku katakan padanya adalah karena kakaknya baru memergoki kami sedang  bercumbu di perpustakaan yang mana itu benar-benar memalukan dan dalam beberapa saat, aku akan bertemu orang tuanya! Insiden sebelumnya telah membuatku bergetar, aku tidak bisa mengatasi yang lainnya dalam satu malam!

"Kau tidak harus siap." Jongin mengatakan dengan tenang dan ketika aku menatapnya tajam, ia menambahkan, "Apa yang ku katakan, adalah ... jadilah dirimu sendiri. Mereka tidak seburuk itu dan aku bersumpah mereka akan menyukaimu." Ia dengan lembut mengusap sisi bahuku dan membuat sedikit perbedaan bagaimana dengan perasaanku saat itu—hanya sedikit perbedaan karena aku masih merasa gelisah.

"Tapi aku sangat gugup sekarang—"

"Jongin, Sayang?" Suara perempuan bergema di seberang lorong dan aku membeku sekaligus. "Apakah itu kau?"

Jongin berbalik sementara aku menelan ludah dengan gugup di belakangnya.

"Ibu… " Jongin berkata riang. "Ya, ini aku."

Terdengar suara seperti dentingan, ibunya berjalan ke arah kami dengan langkah kakinya yang bergema di lorong. Aku mendekat ke belakang punggung Jongin, berharap, walau hanya sedikit, bahwa ia tidak akan melihatku.

"Aku tidak tahu kau sudah tiba." Katanya, ia terdengar begitu lembut dan sopan.

"Aku baru saja pulang, sebenarnya." Jongin mengatakan saat aku mencoba untuk bergerak lebih dekat di belakangnya.

"Yah, itu bagus." Ibunya melanjutkan, suaranya terdengar begitu dekat sekarang. "Aku hampir selesai dengan—" ibu Jongin berhenti berbicara ketika ia menangkap mataku.

Awalnya, aku berpikir untuk bersembunyi di balik Jongin karena lututku hampir tertekuk detik ini juga. Tapi kupikir itu bisa jadi justru membuatku terlihat tidak sopan. Jadi, aku mencengkeram bagian belakang seragam Jongin dengan satu tangan, sebagai dukungan, dan kemudian aku memberanikan diri melihat ibunya. Untuk sepersekian detik, kupikir aku sedang melihat seorang aktris—aku merasakan rahangku anjlok, ia tampak sangat menakjubkan. Ia memiliki rambut bob, wajah berbentuk oval dan matanya, Jongin mendapatkannya dari ibunya. Aku tersenyum sopan padanya yang sekarang menatapku ingin tahu.

"Ibu, ini Cho Hana." Kata Jongin tenang, menunjuk ke arahku.

"Selamat malam." Kataku sopan dan tersenyum padanya. Ia menilai diriku, aku tahu itu. Aku menelan ludah tegang dan siap untuk terbungkam oleh—

"Hana." Katanya dengan senyum termenung saat ia menatapku. "Aku tahu," ia melirik Jongin dan kemudian kembali menatapku, "Selamat datang di rumah kami." Katanya, tangannya terulur dan aku menjabat tangannya. "Kau pasti pemilik sepatu di pintu depan itu kan?"

Aku mengangguk ragu-ragu.

"Baiklah, kalau begitu." Kata Mrs. Kim dan kemudian ia berpaling pada Jongin, "Sayang, kenapa kau tidak membawanya ke ruang makan, aku hampir selesai dengan makan malamnya."

"Aku mengerti." Kata Jongin. Mrs. Kim memberiku senyum kecil lalu Jongin dan aku melihatnya menghilang ke dalam ruangan. Aku menghela napas lega. "Sudah kubilang dia tidak seburuk itu." Jongin mengatakan padaku saat kami menuju ke ruang makan.

"Dia sangat cantik." Kataku sambil melirik ke balik pintu tempat dimana Mrs. Kim menghilang. "Dan kau memiliki matanya." Ujarku tersenyum padanya.

Jongin terkekeh. " Ya. Aku sangat memilikinya."

Kami belum mencapai ruang makan ketika aroma hidangan makanan langsung membuat perutku mengerang dalam kegembiraan setelah mencapai lubang hidungku. Ketika kami masuk ke ruang makan, aku tidak bisa menahan untuk terkagum melihat ruangannya. Ini tidak terlihat seperti yang besar itu, tapi pasti biayanya di atas rata-rata. Tergantung di langit-langit ada lampu bercahaya dan di sisinya berwarna putih, mengapung, ada tirai lembut pada jendela kaca besar. Ada meja panjang di tengah, peralatan makan sudah siap juga. Tapi yang terbaik di ruangan itu adalah masakan yang disajikan di atas meja— irisan steak lezat yang menggiurkan, salad sayuran, kue buah dan ayam goreng.

"Aku pikir kau mengatakan orang tuamu tidak ada di rumah?" Aku bertanya pada Jongin dalam nada rendah saat ia memanduku ke meja. "Bagaimana mungkin dia menyiapkan semua ini ?"

"Pertemuan Ibu pagi ini dibatalkan." Kata suara di belakang kami. Itu Jin Hee, melangkah ke dalam ruang makan mengenakan pakaian rumahnya namun ia masih terlihat cantik. Mungkin itu karena faktor darah, pikirku. Jin Hee tersenyum saat ia duduk di kursi yang kosong. "Jadi Ibu pulang ke rumah dan mulai mengaduk-aduk dapur, berharap untuk melakukan sesuatu. Ibu seperti itu, dia tidak bisa berhenti sebentar tanpa melakukan apa-apa." Tambahnya santai, khususnya menatapku. "Duduklah denganku." Ia mengatakan padaku, menepuk-nepuk kursi kosong di sampingnya dengan anggukan. Aku berjalan menuju kursi itu, lalu Jongin mengikuti di belakangku, dan duduk di samping Jin Hee yang tampak cukup tegang.

"Tapi saat kami tiba di rumah tak ada seorangpun." Kata Jongin saat ia duduk di kursi di sisiku yang lain. "Garasinya kosong."

"Ibu pergi keluar sebentar." Kata Jin Hee, bermain dengan serbet di atas meja. "Aku bertemu dengannya di toko dan kemudian kami bertemu dengan ayah saat kita sedang menuju keluar—" Ada suara menggema di ruangan lain yang tampaknya terhubung ke ruang makan. "Itu ibu, aku akan segera kembali." Katanya, turun dari tempat duduknya dan kemudian menghilang ke dalam ruangan.

Beberapa detik setelah Jin Hee pergi, ada suara lain menggema di lorong. Aku panik menyisir rambut dengan jari-jariku.

"Tidak, aku senang mendengarnya." Katanya pada penerima telepon, tersenyum. "Tentu saja, aku akan segera bertemu denganmu, Dr. Yoon. Baiklah. Sampai nanti."

"Ayah!" Kata Jongin gembira. Ia turun dari kursinya dan berjalan menuju ayahnya dan memeluknya cepat.

Ayahnya, tampak hampir seperti Jongin, kecuali mata. Terutama ketika ia tersenyum, ia terlihat seperti Jongin. "Oh, dan siapa wanita muda ini?" Katanya saat matanya mendarat padaku.

Aku berdiri dari kursi dan tersenyum sopan.

"Ini Hana, ayah." Kata Jongin, tersenyum malu-malu pada ayahnya. "Cho Hana."

"Hana?" Mr. Kim menggema sedikit bingung dan kemudian wajahnya retak dalam senyuman. "Tentu saja. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Sayang." Katanya, menjulurkan tangannya padaku.

Aku tersenyum padanya sopan saat aku menjabat tangannya. "Senang bertemu denganmu juga , Mr. Kim."

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga