Chapter 17

Never Let Me Go [Indonesian]
Please Subscribe to read the full chapter

Jongin berdiri di meja depan dan kemudian ia berjalan ke arahku. Aku hampir tidak mengenalinya karena ia mengenakan jaket varsity yang menutupi seragamnya, rambut halusnya disisir menyamping. Aku harus mengatakannya, ia tampak sangat tampan hari ini. Tidak heran mengapa gadis-gadis di meja depan menatapnya dengan mulut menganga. Jujur, jika aku tidak mampu menguasai diriku lebih dulu, aku pasti akan melakukan hal yang sama.

"Untung kau di sini." Katanya sambil mendekatiku, memegang catatan Sejarah. "Kau bisa membantu esaiku?" Katanya agak bercanda ketika ia akhirnya sampai padaku tapi suaranya terdengar sedikit kesal— bahkan wajahnya tampak sedikit kaku juga. "Kecuali, kau sedang sibuk."

"Tidak, aku tidak sibuk." Aku berhasil menjawabnya. "Kenapa kau tidak di, eh, latihan terbuka sekarang?" Aku tidak bisa tidak bertanya saat kami pergi ke lantai atas untuk menemukan meja kosong.

"Bagaimana kau tahu tentang itu?" Tanya Jongin, menatapku ke samping.

"Min Jee mengatakannya padaku." Kataku. Ia menunjuk ke sebuah meja kosong dekat jendela kaca besar dan kami berdua berjalan ke arah sana.

"Benar, Min Jee." Katanya sementara kami berdua mengeluarkan kursi dan mengambil kursi kami di seberang lainnya. "Yeah, aku melihatnya di sana."

"Jadi kau berada di latihan terbuka itu?"

"Yep." Katanya santai, mengatur bukunya di atas meja. "Lalu aku pergi."

Aku mengangkat alis, menunggunya untuk menjelaskan tapi dia tidak melakukannya. Ia hanya membuka bukunya yang ternyata buku lain—dan kemudian ia menatapku. "Apa kau keberatan jika kita mulai dengan esai Sastra sebelum Sejarah?" Ia bertanya, pensil sudah di jarinya. "Aku hampir selesai dengan itu, aku hanya perlu menambahkan beberapa hal."

"Oh, tentu." Kataku, mengangkat bahu dingin.

Jongin mulai mencorat-coret pada catatannya sangat serius. Aku belum pernah melihat ia terlihat begitu sesuatu selain menari. Aku membuka catatanku sendiri ketika aku teringat catatan kecilku untuk meminjam beberapa buku.

"Ternyata kau disana!" Aku mendengar seseorang berkata.

Rupanya, Jongin mendengarnya juga dan beberapa siswa di seluruh lantai. Eun Hee tiba-tiba muncul di samping meja kami. Ia membawa sebuah buku di lengannya yang kurus dan ia melihat Jongin. "Apa yang terjadi?" Ia bertanya cemas.

Jongin menatapnya acuh tak acuh. "Apa yang kau katakan?"

"Kau tahu apa yang aku katakan." Kata Eun Hee, benar-benar mengabaikanku yang aku anggap biasa saja karena aku benar-benar tidak nyaman berada di sekitar mereka ketika mereka sedang bertengkar tentang hubungan apapun yang mereka miliki.

Jongin tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat, ia membawa kembali pandangannya ke catatannya, sementara Eun Hee berdiri di sana, menatap lekat-lekat. Sementara itu, aku ada di sana, tampak merasa tak nyaman seperti biasa .

"Eh, kurasa ... " Suaraku parau, bangun dari tempat dudukku, "Aku pikir aku harus pergi untuk—"

"Tidak, duduklah." Jongin membentakku cukup tegas dan aku dengan cepat duduk kembali ke kursiku.

Terdengar desisan tajam dari siswa lain di lantai itu, jelas terganggu oleh adegan yang kami buat. Eun Hee mendelik pada mereka dan kemudian ia menarik kursi di samping Jongin dan duduk di sana. Ia tampak cukup khawatir dan marah. "Aku mendengar apa yang terjadi di latihan terbuka hari ini." Katanya, suaranya berbisik tapi cukup terdengar bagiku untuk mendengarnya. "Apakah dia menyakitimu?" Ia melanjutkan, sambil melirik lengan Jongin. "Kita bisa bicara dengan kepala sekolah, kau tahu. Kita bisa—"

"Kenapa kau selalu menempelkan hidungmu pada urusan orang lain?" Jongin menanyainya dingin, yang tampaknya cocok dengan tatapan dingin yang sedang ia berikan pada Eun Hee.

Eun Hee, tampak hampir kaku dan shock, berhasil mendapatkan kembali keberadaan hatinya seketika dan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi ia menutupnya lagi. Aku mencoba untuk mengalihkan mataku pada teks sastra tapi aku merasa sangat sulit.

"Karena ..." Eun Hee mencoba lagi, suaranya nyaris tak terdengar. Aku yakin hanya aku dan Jongin yang bisa mendengarnya. "Karena aku—"

"Kau bukan pacarku, Eun Hee." Kata Jongin kejam membuatku menatapnya. Kekesalan di wajahnya jauh lebih menonjol sekarang. "Jadi berhenti bertindak seperti pacarku." Katanya begitu tidak ramah pada Eun Hee sambil melihat langsung ke matanya. Rahangku hampir jatuh karena shock.

Untuk pertama kalinya sejak aku bertemu Eun Hee, raut yang sangat terlihat tak bisa membela diri terukir di wajahnya yang cantik. Aku mengetahuinya dengan melihat di wajahnya dan anehnya, didalam hatiku tiba-tiba merasa sakit, sesuatu yang sangat familiar. Eun Hee menekan bibirnya, ia mengepalkan tinjunya dan menahannya, air mata terbendung di sudut matanya. Aku tidak yakin jika Jongin memperhatikan kepalannya karena ia terus menulis di catatannya lagi. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya—apapun—tapi Eun Hee berdiri dan berjalan keluar dari meja kami tanpa kata-kata.

Aku melihat punggungnya saat ia berjalan keluar dari perpustakaan, rambutnya yang panjang tergerai dan beberapa siswa bergumam di belakangnya. Aku kembali menatap Jongin yang masih sibuk menulis di catatannya seolah-olah tidak ada yang terjadi. Seolah-olah ia baru saja tidak menghancurkan hati seseorang di depan penonton. Aku merasa diriku frustrasi, kemarahan mendidih dalam perutku.

Bagaimana ia bisa bertindak seperti ini? Aku berpikir panas.

Aku menarik napas dalam dan gemetar, berusaha menenangkan diri, karena aku mulai mengumpulkan barang-barangku dari atas meja.

Jongin akhirnya menatapku. "Apa kau akan pergi?" Ia bertanya, suaranya relatif dingin sekarang.

Aku berdiri dari kursiku dan merapikan barang-barangku ke dalam tas. "Ya." Kataku, berusaha untuk menjaga suaraku seimbang tapi aku punya perasaan yang kuat aku tidak melakukannya dengan baik. "Aku memberitahumu perlu berada dalam keadaan santai ketika belajar dan, tampaknya kau tid

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
suthchie #1
Chapter 55: Akhirnya selesai juga...

Wahhh ngak nyangka lho kalo ceritanya bakal publish selama itu...
Bersyukur aku dapat rekomendasi ff ini udah selesai... Bahakan aku cuma butuh waktu beberapa hari buat bacanya...
Soalnya aku tuh tipe orang yang ngak berhenti untuk penasaran sama cerita kalo belum selesai...
Pokoknya terima kasih banyak buat temenku yang udah merekomendasikan ff ini...

Secara keseluruhan aku suka cara menyampaikan ceritanya, ngak terburu buru tapi juga ngak ngebosenin...
Apalagi cast nya si jongin...

Pokoknya terimakasih buat authornya
yang udah bikin cerita yang hebat
suthchie #2
Chapter 54: Akhirnya balikan juga...
Jongin orang baik. Hana sangat beruntung memilikinya
suthchie #3
Chapter 53: Kuanggap itu sebagai tanda balikan...
Semoga
suthchie #4
Chapter 52: Cobaan hana terlalu berat...
suthchie #5
Chapter 51: Semoga ibu hana benar2 menjadi baik
suthchie #6
Chapter 49: Minjee trtaplah berada di sisi hana...
suthchie #7
Chapter 50: Untunglah hana punya sahabat baik seperti minjee...
suthchie #8
Chapter 48: Kenapa kau mengambil keputusan iyu hana...
Aku yakin, jongin sangat hancur...
suthchie #9
Chapter 47: Yang aku kawatirkan akhirnya trrjadi...
Pasti daehyun memberi tau hal buruk pada jongin
suthchie #10
Chapter 46: Itu hal baik hana... Semoga