Lamaran yang aneh

HOLD ME TIGHT

Jungkook hadir di auditorium utama hari itu bersama mahasiswa tahun pertama lainnya untuk mengikuti audisi. Ia sama sekali tidak menghiraukan mereka, walaupun beberapa gadis yang ada di dekatnya tak pernah berhenti mencuri pandang ke arahnya disertai dengan senyuman-senyuman menggoda yang menurutnya sangat menganggu. Padahal ia sama sekali tidak mengenakan pakaian yang berlebihan, atau mencolok. Baik di Seoul maupun di LA ternyata sama saja.

Mata hazelnya menatap lurus ke panggung auditorium, mengamati seorang pemuda berambut merah mencolok yang sedang memainkan Canon menggunakan biolanya dengan penuh penghayatan. Jungkook mengakui permainan orang itu sangat bagus. Ia belum pernah melihatnya di LACM sebelumnya, tapi dilihat dari kumpulan gadis di depannya yang terus memandangnya dengan tatapan memuja, Jungkook rasa ia cukup populer. Apalagi dengan wajah seperti itu, hidung macung, mata tajam dan senyumnya yang kotak. Cute

Pemuda itu mengakhiri permainannya dan membungkuk ke arah para dosen yang bertindak sebagai juri, dan turun dari panggung. Jimin yang ternyata ada di dekat panggung langsung menyapanya dengan senyuman ramahnya. Jungkook mengangkat alis, tidak menyangka Jimin bisa mengenalnya.

"Jungkook."

Namanya dipanggil. Ia bangkit dari duduknya dan langsung naik ke panggung, mendudukkan diri di hadapan grand piano yang ada di sana. Ia sama sekali tidak merasa gugup. Hal ini sudah lama ia nantikan, dan tidak mungkin ia membiarkan rasa gugup mengalahkannya.

"Hm, Jungkook ya..." kata Mr. Spark, dosennya di kelas piano. "Murid tahun pertama, bergabung dengan LACM empat bulan lalu. Sangat handal di bidangnya. Termasuk dalam kelas jenius," ia membacakan profil Jungkook. "Ayo kita lihat apa yang kau punya."

Rencana awalnya adalah Jungkook berniat memainkan Fur Elise untuk audisinya, tapi entah kenapa, setelah melihat permainan biola pemuda-senyum-kotak tadi, keinginan untuk memainkan Canon juga terbersit di benaknya. Jungkook menarik napas pelan dan langsung menekan tuts-tuts piano itu, memainkan Canon -nya. Ia tidak begitu ingat lagunya, tapi Jungkook memainkan pianonya sambil memejamkan mata, mengingat setiap nada yang keluar dari biola pemuda tadi, dan menggubahnya dengan pianonya. Itu sangat berhasil. Ia sama sekali tidak kehilangan detail-detail kecilnya.

Jungkook mengakhiri permainannya dengan sangat sempurna. Ia membuka mata, menoleh ke arah Mr. Spark dan kolega-koleganya dan mengangguk singkat.

Mr. Spark mengangkat alis. "Itu tidak seperti Canon yang kuingat," komentarnya.

Jungkook tidak membalas komentar itu. Ia sangat tahu Canon -nya tadi benar-benar berbeda. Penuh dengan spontanitas dan senyum-kotak.

"Hm," Mr. Spark meneruskan. "Canon-mu yang tadi itu membuatku merasa kau seolah-olah mengiringi permainan biola peserta sebelum ini."

'Memang begitulah yang terjadi,' pikir Jungkook, sedikit geli.

"Tapi kau membawakannya dengan sangat luar biasa! Selamat, Jungkook. Kau ikut ke Swedia," kata Mr. Spark, tersenyum lebar.

Jungkook bangkit berdiri, membungkuk singkat pada dosennya itu dan langsung keluar dari auditorium. 'Sama sekali tidak sulit'.


Sehari sebelum keberangkatannya ke Swedia, Jungkook sedang mengemasi barang-barang yang akan dibawanya. Ia sedikit kaget setelah menerima jadwal charity concert dan mendapati bahwa konsernya sendiri masih diadakan dua minggu lagi setelah keberangkatan. Ia sempat bertanya-tanya kenapa harus berangkat dua minggu sebelum hari H. LA-Swedia tidak sejauh itu. Tapi ia mendapatkan jawabannya begitu ia bertanya ke lobi. LACM akan berangkat ke Swedia naik kapal pesiar, Star Cruiser. Kapal mewah yang penumpangnya adalah kalangan menengah ke atas. LACM cukup kaya untuk itu. Tapi pertanyaan kembali muncul di benak Jungkook. Kenapa harus naik kapal kalau ada yang lebih cepat?

"Divisi Digital Musik ingin membuat Music Video bersifat dokumenter tentang charity concert ini, lengkap dengan perjalanannya. Dan menurut mereka kalau naik pesawat, itu sama sekali tidak berkesan. Jadi mereka sengaja meminta agar perjalanan ini dilakukan dengan kapal," Info dari Kim Seokjin menerangkan, dia adalah mahasiswa divisi tersebut.

Jungkook tidak mengomentari penjelasan itu, tapi bukan LACM namanya kalau tidak menghambur-hamburkan uang. Untungnya Jungkook mengajukan aplikasi untuk progam beasiswa ketika mendaftar di sini, jadi dia bebas biaya apapun. Walaupun ia sangat kaya raya, dan itu bukan uang ayahnya. Kakeknya,mewariskan sejumlah besar uang padanya ketika beliau wafat dengan pesan 'gunakan uang ini untuk meraih cita-citamu', pesan yang ia pegang sampai sekarang. Ya, Jungkook masih kaya raya karena hartanya sama sekali tidak tersentuh oleh ayahnya, tapi ia tetap tidak ingin menghabiskan uang itu begitu saja. Hidupnya masih panjang sebelum ia jadi pianis sukses dan punya penghasilan sendiri. Setidaknya ia harus berpikir jauh kedepan. Masa depan tidak ada yang bisa menebak.

Jungkook selesai mengepak dan merebahkan diri di tempat tidurnya. Sudah sebulan ini Jungkook pindah-pindah apartemen, dan sekarang ia sengaja tidak memakai ponsel. Ia sudah lelah menjadi buron keluarganya sendiri. Seminggu lalu ia nyaris di seret pulang oleh segerombolan pria yang memakai setelan hitam-hitam, suruhan ayahnya. Tapi untungnya dia bisa meloloskan diri dari mereka.

Jungkook mengurut keningnya, frustasi. Ia kehabisan ide. Ia tak mau menghabiskan sisa hidupnya dengan terus melarikan diri. Ia harus berbuat sesuatu. Tapi satu-satunya cara yang terpikir olehnya hanya mengganti kewarganegaraannya. Ayahnya takkan mengakuinya sebagai anak lagi kalau ia sudah resmi menjadi warga negara asing. Sayangnya, itu tidak semudah kelihatannya. Birokrasinya sangat rumit. Dan Jungkook benci birokrasi. Ia sendiri sangat kerepotan ketika ia mengurus visa dan pasya.

Sebenarnya ada cara yang lebih mudah : menikah dengan warga negara asing. Tapi yang benar saja, ia belum mau menikah di usia segini. Lagipula, bagaimana kalau ternyata setelah menikah, ayahnya merestuinya dan bukannya membuangnya dari keluarga Jeon, ia malah menyambutnya dengan senang hati? Masalahnya akan jadi lain. Ia tidak mau ambil resiko.

Jungkook menghela napas dan memutuskan untuk tidur. Masalah yang belum ada ujungnya ini akan dipikirkannya nanti setelah charity concert.


Hanya ada lima orang mahasiswa tahun pertama yang lolos audisi dari Divisi Musik. Jungkook tidak heran ketika melihat bahwa pemuda-senyum-kotak pemain biola itu adalah salah satunya. Bagaimanapun permainannya sangat brilian. Bahkan sampai sekarang Jungkook masih teringat permainannya, benar-benar menginspirasi.

"Akhirnya kau datang juga, Jungkook-ah!" sambut Jimin, menyerahkan kamera yang sedang dibawanya kepada Yoongi, membuat pemuda berkuncir satu itu mengeluh dan membuat wajah kesal. Pasalnya kedua pemuda ini sedang bersiap merekam untuk tugas Music Video mereka. Dan tak jauh dari mereka pemuda tadi, Kim Seokjin juga terlihat sibuk menyetel kameranya sendiri.

"Kapan kalian mulai merekam?" tanya Jungkook memastikan.

"Tepat setelah kapalnya berangkat! Kau sudah lihat kapalnya belum? Luar biasa! Menakjubkan! Sangat besar, dan mewah, dan awesome, dan segalanya!" kata Jimin bersemangat. "Nah, itu tanda keberangkatan! Ayo naik, Jungkook-ah!" katanya melompat-lompat kegirangan. Dasar Childish.

Jungkook menarik koya, menyerahkannya pada petugas sementara ia memasuki kapal. Ia setuju dengan Jimin kali ini, kapalnya sangat luar biasa. LACM berani membayar mahal untuk ini.

Mr. Spark mengumpulkan semua peserta yang jumlahnya hanya tiga ratus orang, tiga belas orang di antaranya adalah mahasiswa tahun pertama, di aula utama untuk memberikan pidato singkat. Dialah yang bertanggung jawab untuk charity concert tahun ini.

"Selama perjalanan yang cukup panjang ini, diharapkan kalian semua tidak berhenti untuk berlatih. LACM selalu memberikan yang terbaik di tiap konsernya dan tidak menolerir kegagalan. Untuk itu, setiap malam seusai makan malam, diadakan rehearsal di aula utama ini untuk melatih kemampuan kalian. Jangan anggap rehearsal sebagai permainan. Semuanya wajib berpakaian resmi saat rehearsal, dan anggap itu adalah konser yang sebenarnya. Berikan yang terbaik. Selamat menikmati perjalanan," ucapnya. Semua peserta bertepuk. Jungkook hanya menepukkan tangannya satu dua kali sebelum ia melesat keluar dari aula utama dan langsung mencari kabinnya, menghindari fans-nya yang makin lama makin banyak.


Rookie mendapat giliran pertama tampil malam ini.

Lima orang dari Divisi Musik yang Jungkook ketahui terdiri dari dirinya, dan empat orang yang ia tidak ingat namanya walaupun baru berkenalan siang ini, memutuskan untuk membawakan lagu Chopin sebagai pembukaan. Ia berlatih bersama mereka siang ini dan merasa cukup puas. Pemuda-senyum-kotak berambut merah mencolok itu melakukan kesalahan berkali-kali karena terlampau gugup, tapi secara keseluruhan dia bagus.

Jungkook mengeluarkan tux hitamnya dari dalam kopor dan mengenakannya. Tepat ketika ia selesai, seseorang mengetuk pintuk kabinnya.

Jungkook membukanya dan mendapati Jimin berdiri di luar sana, lengkap dengan tux putih dan kamera yang selalu dibawa-bawanya. Ia nyengir lebar. "Tampaknya kau sudah siap, Jungkook-ah! Kelompokmu tampil pertama malam ini! Semangat!" katanya sambil menepuk-nepuk bahunya dan kemudian langsung pergi ke kabin sebelah. Kameranya sudah siap merekam kegiatan kali ini.

Jungkook mengangkat alis. Jimin memang tipe orang seperti itu. Easygoing, ramah dan tidak canggung. Tidak heran kalau ternyata dia mengenal semua orang yang ada di LACM.

Jungkook turun untuk makan malam dan begitu dia memasuki ruang makan, semua cewek di sana langsung menjerit histeris melihat penampilannya yang luar biasa dengan tux-nya.

"Oppaaa~!"

"Apa semua orang Korea setampan dia?"

"Dia tampan sekali!"

Jungkook hanya memutar bola matanya dan memilih untuk duduk di meja paling pojok, menghindari keramaian. Ia makan secepat dia bisa, dan langsung keluar lagi ke aula utama, mempersiapkan diri. Ia tidak kaget melihat teman-teman sekelompoknya sudah ada di backstage, dengan alat musik masing-masing.

Pemuda-senyum-kotak berjalan mondar-mandir dengan gugup sambil menenteng biolanya. Ia tersenyum kaku pada Jungkook ketika ia lewat, senyum yang tentu saja tidak akan mungkin dibalas oleh seorang Jungkook. Ia mana mungkin tersenyum pada orang asing.

"Kau datang, Jungkook," sapa seorang gadis yang selalu memiliki raut wajah keibuan. Jungkook tidak ingat namanya, tapi gadis itu juga memainkan biola. Sasuke menilai permainan wanita itu di bawah Si Senyum-Kotak, tapi cukup lumayan.

Jungkook hanya mengangguk singkat padanya. Hanya lima orang rookie yang tampil sebagai pertunjukkan pembuka kali ini. Seorang pianis, dua orang pemain biola, seorang pemain bass, dan seorang gitaris. Sama sekali tak ada konduktor. Membawakan lagu Chopin sedikit nekat memang, tapi Jungkook yang sudah berpengalaman mengubah nada-nada, dengan kilat membuat partitur untuk semua alat musik siang ini. Hasilnya, tidak mengecewakan. Julukan golden-rookie yang sudah melekat padanya selama tiga bulan terakhir ini bukan omong kosong. Yang perlu di khawatirkan hanya Si Senyum-Kotak. Ia selalu melakukan kesalahan kalau gugup, dan Jungkook terus berharap ia akan main sebagus saat audisi.

Pukul sembilan. Mr. Spark dan salah satu dosen wanita, Mrs. Wilson, memasuki backstage dengan pakaian yang sangat serasi. Mr. Spark menghampiri mereka berlima. "Rehearsal akan dimulai dalam dua menit. Tunjukkan yang terbaik yang kalian punya. Kalau kalian main jelek, bisa saja aku membatalkan hasil audisi kemarin yang berarti : kalian tidak akan main di charity concert. Sampai bertemu di luar." Ia tersenyum dan langsung keluar untuk membawakan acara bersama Mrs. Wilson.

Si Senyum-Kotak menelan ludah begitu mendengar perkataan Mr. Spark. Si gadis pemain biola menenangkannya, mencoba membuatnya tidak terlalu gugup. Kalau Si Senyum-Kotak gagal, itu mungkin juga berarti menjadi kegagalan semuanya.

Jungkook bangkit berdiri dari tempat duduknya selama satu jam terakhir. "Jangan lakukan kesalahan," katanya singkat dan langsung keluar ke panggung, diikuti yang lain.

Jungkook mengambil posisi di balik grand piano -nya. Secara tidak langsung, ia juga memiliki peran sebagai konduktor malam ini. Setelah penonton selesai bertepuk, ia menekan tuts-tuts pianonya sebagai nada pembuka, diikuti oleh alat musik lain. Ia terus memberikan isyarat kepada yang lain selama lagu dimainkan, memastikan semuanya bermain bagus.

Sampai insiden itu terjadi. Sepertinya gitaris jarinya tergelincir, dan Jungkook tahu ia akan merusak semua gubahan lagunya, sudah terlambat untuk memperbaiki. Ia hanya bisa menatap gitaris dengan tatapan tak senang. Tapi ternyata dugaannya salah. Bahkan sebelum Jungkook menyadarinya, nada-nadanya kembali teratur seperti semula. Ia mengangkat alisnya. Ia menatap Si Senyum-Kotak. Entah sejak kapan ia telah mengambil alih posisi gitaris dengan biolanya, membuatnya mengalun lebih indah dari sebelumnya. Untungnya semua yang ada di panggung menyadari perubahan itu dengan cepat. Gitaris mengambil nada dengan mengiringi biola Si Senyum-Kotak, meninggalkan posisinya. Dan ritme kembali berada di tangan mereka.

Permainan selesai. Jungkook bangkit berdiri bersamaan dengan tepuk tangan meriah dari penonton. Ia langsung menatap Mr. Spark yang sejak tadi menonton di deret paling depan. Pria paruh baya itu mengangguk dan melempar senyum padanya. Jungkook membalas anggukan itu. Setidaknya tidak ada satupun yang dikeluarkan dari tim.

Mereka berlima turun dari panggung, tepukan penonton masih belum berhenti.

"Itu tadi keren sekali, Jungkook-ah!" puji Jimin yang entah sejak kapan sudah ada di backstage. "Hebat! Kau pasti akan sukses di charity concert nanti!" ia menepuk-nepuk bahu Jungkook dan setelah tidak mendapat respon lain dari Jungkook selain lirikan dan anggukan, ia beralih ke yang lain.

Jungkook keluar dari backstage dan hendak memasuki aula utama dari pintu depan ketika serombongan gadis-gadis dengan gaun malam yang tampak mahal berlarian ke arahnya.

"Jungkook! Kyaaa~!"

Jungkook membelalak ngeri dan membatalkan niatnya menonton rehearsal kelompok lain malam ini. Ia memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan melesat pergi dari tempat kejadian sebelum ia dimakan oleh karnivora berwujud wanita Amerika itu. Kemampuan fisiknya yang memang dilatih sejak kecil membuatnya bisa melarikan diri dengan mudah. Segera saja ia sudah berada seorang diri di atas geladak kapal, bersandar pada railing besi, menatap langit malam dan membiarkan angin laut meniup rambutnya. Untung saja Star Cruiser adalah kapal yang sangat besar. Akan butuh berjam-jam bagi gadis-gadis tadi untuk menemukannya.

"Jungkook?"

Ia menoleh, melihat Si Senyum-Kotak dengan tux putihnya yang mirip punya Jimin berjalan menghampirinya dengan dua gelas champaign di tangannya. Rambutnya yang kontras dengan pakaiannya itu berayun lembut tertiup angin.

Ia tersenyum dan menyodorkan salah satu gelas kepadanya. Jungkook menerimanya.

"Aku cukup deg-degan di panggung tadi," katanya, membuka topik pembicaraan. "Morell mungkin terlalu gugup sampai melakukan kesalahan seperti itu." ia tertawa pelan. "Untung kita bisa memperbaikinya."

Jungkook melirik ke Si Senyum-Kotak ketika ia mengucapkan kalimat terakhirnya. Sangat aneh bagi Jungkook karena ia sama sekali tidak mengucapkan, "Untung aku bisa memperbaikinya." melainkan mengganti kata 'aku' dengan 'kita'. Jungkook belum pernah bertemu orang yang serendah hati itu selama hidupnya.

"Dan kau brilian, Kookie!" pujinya, mata hazelnya berbinar-binar seperti anak kecil. "Aku saja masih sangat sulit membuat partitur untuk ala musikku sendiri untuk disesuaikan dengan alat musik lain. Tapi kau dengan cepat sanggup membuat partitur untuk lima alat musik sekaligus! Luar biasa!" Ia meneguk champaign-nya.

Jungkook menyadari sesuatu. Pantas saja dia dekat dengan Jimin. Mereka sepertinya sama berisiknya. Dan juga ramah. 

"Bagaimana kau bisa menemukanku di sini?" tanya Jungkook.

Ia tertawa. "Aku melihatmu diuber-uber banyak sekali cewek tadi. Dan aku memutuskan untuk mengikutimu saja. Suasana di aula utama masih membuatku tegang." Ia menghabiskan sisa champaign -nya. "Aish~ harusnya aku bawa satu botol tadi, bukannya dua gelas," keluhnya memanyunkan bibirnya.

"Ngomong-ngomong," lanjutnya, "Kau benar-benar tidak punya nama belakang? Atau kau sengaja merahasiakannya?" tanyanya.

Jungkook meliriknya lagi. Siapa dia berani-beraninya menanyakan hal seprivasi itu? "Tidak, aku memang tidak punya marga."

Lawan bicaranya mengangguk-angguk paham. "Kau tidak punya pacar?"

Jungkook mengangkat alis. Pertanyaan macam apa itu? Ia menghabiskan champaign -nya dalam sekali teguk, dan menggeleng sebagai respon atas pertanyaan itu.

"Aku juga keturunan Korea lho..."

Jungkook menoleh.

"Almarhum ayah dan ibuku dari Seoul, tapi karena aku dilahirkan di Amerika, maka kewarganegaraanku juga Amerika," jelasnya.

"Aku turut berduka cita untuk orang tuamu," tanggap Jungkook.

Ia tertawa dan mengibaskan tangannya. "Thanks, tapi itu tidak perlu. Kejadiannya sudah lama sekali," balasnya. "Sebenarnya bisa saja aku melepas kewarganegaraan Amerikaku dan kembali ke Seoul, tapi itu percuma. Aku sudah tidak punya kerabat lagi."

"Kau tinggal dengan siapa di sini?"

"Aku tinggal di apartemenku sendiri," jawabnya. "Kau boleh mengunjungiku kapan-kapan kalau kau mau. Kau harus mengajariku banyak sekali tentang musik. Kau mahasiswa tahun pertama yang sudah menguasai ilmu senior. Aku tidak akan heran kalau kau lulus lebih cepat. Benar-benar golden-rookie"

Jungkook tidak menanggapi.

"Kau sendiri?" tanyanya lagi. "Kau tinggal dengan siapa di Amerika, Kookie?"

"Sendiri."

Mulutnya membulat membentuk huruf 'o'. Tapi kemudian ia tertawa. "Kau harusnya cari pacar. Untuk merawatmu atau semacamnya begitu."

Jungkook mendengus.

"Aku tidak bercanda!" serunya, tahu Jungkook menganggap konyol omongannya. "Akan lebih mudah kalau ada wanita di sisimu. Dan kau pasti tidak kesulitan mendapatkannya. Cewek-cewek jaman sekarang lebih suka tipe cowok yang irit bicara dan pemalu."

Irit bicara? Pemalu? Jungkook mendengus tertawa.

Si Senyum-Kotak langsung tersenyum sangat lebar khasnya sambil menatap wajahnya, membuat Jungkook sedikit jengah. "Kenapa?" tanya Jungkook.

"Aku berhasil membuatmu tertawa, walaupun memang cuma sebentar sih. Tapi setidaknya aku berhasil," jawabnya jujur.

Jungkook mengernyit. "Apa ini semacam taruhan atau apa?"

Si Senyum-Kotak menggeleng. "Tidak kok. Aku cuma melihatmu jarang tertawa saja. Sepertinya kau tidak menikmati hidupmu dengan ekspresi menakutkan yang kau tunjukkan setiap hari begitu. Tapi saat kau main piano, ekspresimu sedikit lebih enak dilihat," katanya.

Jungkook menatap Si Senyum-Kotak dengan penuh tanda tanya. Ia sama sekali tidak paham kenapa ada orang yang mengamatinya sedetail itu.

"Kau sendiri," Jungkook memutuskan untuk angkat bicara. "Kenapa kau tidak cari pacar? Kulihat penggemarmu cukup banyak."

Si Senyum-Kotak membelalak. "Aku bukan tipe orang yang mencari pacar untuk sementara begitu. Sama sekali tidak enak untuk kedua belah pihak."

Jungkook kembali menatap Si Senyum-Kotak, dan kali ini ia ingat namanya. Kim Taehyung. Kenapa ia bisa melupakan nama korea yang unik begitu?

Jungkook mengalihkan pandangannya ke arus laut di bawahnya. Tersenyum singkat ketika sebuah pemikiran melintas di otaknya. Pemikiran yang sangat konyol. Tapi mungkin itu satu-satunya cara yang bisa berhasil membuatnya dibuang oleh keluarganya sendiri.

Angin laut bertiup dan Jungkook kembali menoleh ke arah Taehyung. "Hei, Taehyung-ssi apa kau mau menikah denganku?"


bersambung....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
deuthie
#1
Chapter 14: Author aku udah baca ff ini lama bgt pengen komen tapi harus login, sekarang baru buat akunnya hehe...
aku suka sama ceritanya bagus dan detil banget ngejelasin soal musik huhu tapi kenapa sad ending ya? sedih si jk gitu amat.. cuma aku agak bingung sama pas bagian junghyun-nya ku pikir dia punya maksud terselubung /? sama si taehyung tapi ternyata pas dia balik ke korea gak ada apa2 lagi .-.
yep_permata #2
Chapter 14: Kok sedih akhirnya :((((
yep_permata #3
Chapter 5: yeayyyy semoga kuki hatinya terbuka buat tae segera hihi
veetaminbee #4
Chapter 3: halloo authornimmm ^^
aku baru nemu ff nya jadi aku review di updatean terakhirnya yang ini/?
suka banget ff nya, jalan ceritanya juga, hm apa nanti mereka bakal melanggar kontrak? iya dong yakan xD tapi kalo keluarganya jungkook malah setuju gimana._. penasaran kan, ditunggu kelanjutannyaaa
yep_permata #5
Chapter 3: Next chapt pleasee