I love you's the only beginning…

HOLD ME TIGHT
JK's journal, October 8th, 2016
Tak ada yang salah di mataku sejak Juli. Bahkan cuaca buruk musim gugur juga tidak mengangguku. Aku bahkan sudah nyaris melupakan mobilku yang masih menginap di tempat Vincent. Aku tidak berniat untuk dekat-dekat dengan orang itu, atau Charlotte, sampai beberapa tahun ke depan. Toh Taehyung tidak keberatan dengan motorku. Malah kadang ia yang mengendarainya untuk jalan-jalan sementara Kucing berlarian di sampingnya. Ide gila, mana ada majikan yang senang melihat anjingnya kecapekan berlari mengikuti Ducati? Tapi ternyata Kucing lebih gila dari majikannya karena anjing itu menyukainya.
Hah. Aku sudah menghabiskan beberapa baris jurnalku untuk menulis hal tak penting tentang Taehyung dan Kucing.
Tunggu.
Aku menyadari sesuatu.
Rupanya aku sudah menghabiskan berhalaman-halaman jurnalku hanya untuk menulis tentang Si Alien Aneh itu. Hahaha. Sangat menggelikan. Tidak heran kalau mungkin pada suatu hari nanti, ada yang memungut jurnalku ini di jalanan, iseng membacanya, dan mungkin akan menuangkannya dalam bentuk cerita. Siapa tahu kisah hidupku bisa jadi novel laris, atau paling tidak, sebuah fanfiction (aku tahu tulisan jenis itu sedang populer sekarang ini) yang dibaca banyak orang. Dan kali ini aku memang akan menulis tentang dirinya lagi.
Tidak, jangan salah sangka dulu, aku tidak akan menulis tentang kesalahan kesepuluhnya. Kesalahannya yang paling parah dan mengubah hidupku selamanya. Aku akan menyimpan itu untuk nanti. Kali ini aku sudah benar-benar yakin akan kesalahan terbesarnya dalam hidupku itu, dan aku tinggal menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya.
Aku tadi sedang menulis tentang tak ada yang salah di mataku sejak bulan Juli. Dan aku benar. Tapi aku tahu ada sesuatu yang salah pada bagian lain di tubuhku sejak Juli, salah satu alasan kenapa kesalahan terakhir Taehyung itu masuk dalam kategori : unforgiveable.

 

Taehyung merengut, membuat bibirnya sedikit lebih maju beberapa milimeter. Jungkook hanya meliriknya sekilas dari atas koran yang sedang dibacanya. Ada artikel menarik tentang satu-satunya keturunan keluarga Jeon, keluarga terkaya se-Asia, yang baru saja melangsungkan pernikahan mewah di London dengan seorang model sekaligus penyanyi cantik dan populer dari Negeri Ginseng. Jungkook tak bisa menahan senyum geli tiap membaca kalimat-kalimat dalam artikel itu. Setahu Jungkook, Sang Mempelai Wanita lebih tua beberapa tahun dari mempelai prianya.

"Kookie~"

Jungkook mengabaikan panggilan itu.

"Kookie," Taehyung memanggil lagi, disertai dengan melempar rubik yang baru saja Jungkook selesaikan beberapa menit lalu ke arahnya, membuat korannya melesak dan Jungkook terpaksa benar-benar menatap Taehyung kali ini.

"Apa?" sahutnya malas.

"Kau berjanji akan membantuku menyelesaikan laguku minggu lalu. Tapi kau sama sekali tidak menepatinya. Kau malah sibuk membaca tentang pernikahan kakakmu," gerutu Taehyung sebal. "Jangan-jangan istri kakakmu itu adalah mantan pacarmu dulu."

Jungkook melipat korannya dengan sabar, menahan dengus tawa yang sudah nyaris keluar mendengar gerutuan Taehyung. "Sebagai koreksi, dia mantan kakakku, Tae," tanggap Jungkook, meletakkan korannya di atas meja, Kucing langsung menggigitnya dan membawanya ke dapur. Lenyap sudah harapan Jungkook untuk menyelesaikan membaca malam ini. "Dan istri Junghyun sama sekali tidak ada hubuangannya denganku. Komentarmu itu memberiku kesan kau sedang cemburu, suamiku," goda Jungkook kejam, bahkan tanpa kilat mata jahil atau ekspresi geli.

Perkataanya barusan berhadiah lemparan bola bisbol yang nyaris mengenai pelipisnya kalau Jungkook terlambat menghindar.

Taehyung tersenyum sinis. "Aku tidak pernah cemburu dengan teman wanitamu, suamiku," balas Taehyung. "Tapi kau benar-benar akan tahu apa yang bakal terjadi padamu kalau kau tidak membantuku menyelesaikan laguku. Sekarang." Taehyung memberikan penekanan mengancam pada kata terakhirnya.

Jungkook meraih remote televisi dan menekan tombol power. "Ayolah, kau tak pernah kesulitan menyelesaikan lagu apapun sebelumnya. Bahkan tanpa bantuanku sekalipun. Dan kali ini apa yang membuatmu menjadi sebaliknya?"

Taehyung meniup poni merahnya, seraya menjatuhkan dirinya ke punggung sofa dan mendongak menatap eternit, membiarkan jawline-nya terekspos oleh mata Jungkook. Jungkook sudah terbiasa merasakan denyar di dasar perutnya sekarang sehingga ia tak terlalu bereaksi.

"Entahlah…" keluhnya, terdengar jelas dia sedang frustasi. "Ada sesuatu yang menghambat. Aku benar-benar tak paham. Dan karena kau jenius, kau pasti bisa membantuku." Taehyung menegakkan kembali posisi tubuhnya, cengiran kotak sudah menghiasi wajah tampannya. Tapi cengiran itu langsung lenyap dan digantikan oleh tatapan penuh selidik. "Kenapa sih kau melulu menatapku seperti itu? Aku sudah memergokimu menatapku dengan ekspresi seperti itu," ia menunjuk wajah Jungkook yang langsung mengalihkan pandang, "berkali-kali selama berbulan-bulan ini. Mencurigakan tahu."

Jungkook berdehem. 'Siapa yang tidak peka kali ini eh?'

"Baiklah, baiklah, aku menyerah. Mainkan dulu lagumu, sejauh yang kau buat," kata Jungkook, mencoba mengalihkan perhatian Taehyung.

Taehyung kembali nyengir senang dan meraih biolanya yang rupanya sudah disiapkannya di balik sofa, langsung menggeseknya.

Jungkook menghela napas. Sebenarnya ia memang sangat ingin membantu Taehyung menyelesaikan lagunya, tapi ia terus menundanya karena hasilnya pasti akan jadi seperti ini. Jungkook tak bisa memandang Taehyung dengan cara yang sama sejak Juli lalu, dan itu bertambah parah kala dia sedang memainkan biola putihnya yang sangat match dengan kulit putih-nya itu. Jungkook selalu menderita 'Gangguan Pemusatan Perhatian dan Konsentrasi' tiap kali ia menonton Taehyung bermain biola. Bukan hanya di rumah saat mereka berdua seperti ini, tapi juga di kampus, di kafetaria saat Taehyung iseng bermain untuk menghibur kelompoknya, di taman di bawah pohon maple favoritnya saat ia sedang bermain untuk menghibur dirinya sendiri, di kamarnya saar Taehyung sedang mencoba mengaransemen sebuah lagu, dan masih banyak momen-momen lainnya. Jungkook pasti tak bisa fokus dengan nada yang mengalun keluar dari biolanya. Walaupun ia tahu benar kalau nada-nada itu pasti sangat indah sekali. Tapi saat ini ada sesuatu yang lain yang sanggup menarik perhatiannya, sesuatu yang lebih—

"Kau mendengarkan tidak sih?"

Pertanyaan Taehyung yang dilontarkan dengan nada sinis menyadarkan Jungkook dari lamunannya. Jungkook mengangkat sebelah alisnya. Sudah dua kali dalam lima belas menit Taehyung memergokinya.

"Ne," gumam Jungkook.

Taehyung memutar bola matanya. "Sudahlah, tampaknya kau tidak terlalu excited untuk membantuku. Aku akan menyelesaikannya sendiri saja." Taehyung bangkit berdiri dari sofanya dan hendak melangkah pergi, tapi Jungkook mencekal tangannya, membuat Taehyung membeku di tempat, begitu pula Jungkook.

Jungkook buru-buru melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Taehyung, menyadari ia nyaris saja membuat gunung api, yang sudah selama berbulan-bulan ini bersemayam di dadanya, meletus. "Oke, aku akan fokus kali ini."

Taehyung mencibir, tapi toh dia duduk juga dan kembali mengulang lagunya yang seharusnya sudah Jungkook dengar daritadi kalau dia tidak sibuk sendiri dengan pikirannya.

Jungkook memilih untuk tidak memandang Taehyung sementara ia bermain kali ini, melainkan terfokus pada bantal sofa di sisi kanan Taehyung. Berhasil. Ia bisa mendengar nada-nada yang keluar dari biola Taehyung dengan jernih, tanpa bayang-bayang pikirannya.

Taehyung baru saja hendak mencapai chorus ketika ia tiba-tiba berhenti. Mata hazelnya membuka dan menatap Jungkook penuh harap.

Jungkook balas menatap Taehyung, menyipitkan matanya. "Kutebak kau memberi judul lagu ini 'Half Moon'?" tanya Jungkook.

Mata hazel Taehyung melebar. "Bagaimana kau tahu?"

Jungkook mendengus dengan gaya meremehkan. "Gampang ditebak," jawab Jungkook seraya berjalan ke arah grand piano-nya di belakang Taehyung. Ia membuka penutupnya dan mulai melemaskan jari-jarinya. "Aku mulai menerapkan cara pikir konyolmu yang kau gunakan untuk memberiku judul 'whither grief'. Itu lumayan berhasil."

Taehyung mengetuk-ngetuk dagunya dengan penggesek biola. "Tapi kan seharusnya kumpulan kata yang muncul di benak tiap orang bisa berbeda-beda untuk sebuah lagu…" ucapnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Jungkook hanya tersenyum dalam hati.

"Oke," Jungkook mencoba mengembalikan percakapan ke topik awal. "Aku akan coba mengiringimu. Aku hanya bermain mengirimu. Ingat itu. Kau sendiri yang harus menemukan nada yang pas untuk lagumu. Yang kulakukan cuma membuka jalan untukmu."

Taehyung mengangguk, ekspresinya memancarkan tekad kuat. Ia sampai bangkit dari sofa-nya dan berdiri menghadap Jungkook.

Jungkook membiarkan Taehyung memulai nadanya, ia mengikuti setelah nada kelima, dan membiarkan dirinya dituntun oleh alunan biola Taehyung sepenuhnya. Jungkook hanya mengiringi.

Sesekali Jungkook mengerling Taehyung dari sudut matanya, dan menyadari kalau Taehyung lebih rileks. Tiba-tiba saja Jungkook ingat Taehyung pernah mengatakan kalau permainan pianonya membuatnya merasa nyaman, dan Jungkook tanpa sadar menyunggingkan seulas senyum.

Mereka telah melewati bagian pre-chorus tempat Taehyung terhenti. Jungkook sudah siap untuk menghentikan permainannya dan menyemprot Taehyung karena berhenti mendadak, tapi persiapannya sia-sia. Taehyung sama sekali tidak berhenti. Ia terus melanjutkan permainannya, membuat Jungkook tetap mengiringinya dengan ekspresi heran dan kagum.

Tampaknya rileksnya Taehyung berbuah baik. Mereka telah melewati bagian chorus sekarang, setiap saat Taehyung akan beralih ke coda, dan benar saja. Taehyung memainkan anti-klimaks yang sangat indah, dan dengan satu rangkaian nada yang membuat Jungkook terpukau, Taehyung mengakhiri lagunya.

Mata hazelnya berbinar saat terarah ke Jungkook. "Itu tadi sangat membantu! Aku akan segera menuliskannya di partitur! Sudah kuduga kau pasti bisa membantuku!" ucapnya penuh semangat dan langsung melesat ke kamarnya. Jungkook, yang masih terkagum-kagum, bangkit berdiri dengan perlahan dan mengikuti Taehyung ke kamarnya. Tapi ia tidak masuk, hanya bersandar di ambang pintu, mengamati Taehyung yang sedang tekan menulis di atas buku paritur.

Dan Jungkook menyadari sesuatu. "Memangnya kau ingat semua nadanya?"

"Ne," gumam Taehyung, menirukan Jungkook dengan amat sangat payah. "Kan barusan aku yang memainkannya. Masa aku langsung lupa?"

Jungkook mengerjap. Taehyung baru memainkan nadanya sekali, dan dia langsung bisa menyalinnya di buku partitur, bahkan tanpa bantuan Jungkook untuk mengingatnya. Tampaknya LACM punya jenius lain yang belum disadarinya.


 

Jungkook menekuni buku partitur milik Taehyung sore itu, ketika Sang Pemilik sedang sibuk bermain lempar-tongkat-kayu bersama Kucing dan dia duduk di rerumputan di halaman depan apartemennya. Jungkook mengerutkan dahinya di beberapa lagu, menyadari pilihan nada Taehyung yang tidak biasa di bagian-bagian tertentu. Dan hanya satu kata yang melintas di otak Jungkook setelah membaca keseluruhan buku partitur Taehyung; Rumah.

Ia sendiri tak tahu kenapa kata itu yang terlintas tentang karya Taehyung. Tapi kesan yang diberikan setiap lagu Si Alien itu memang rumah.

Jungkook menutup buku partitur itu dan mengamati Taehyung yang sedang tertawa-tawa bersama Kucing, merasakan denyar familiar di dasar perutnya itu lagi. Ia tahu bahwa dulu sekali, bahkan sebelum mengenal Taehyung, ia pernah merasakan feeling itu. Bedanya, perasaan itu dulu ia rasakan tiap kali ia memandang cinta pertamanya.Jungkook mengaitkan kesepuluh jarinya sementara dia duduk bersila, mencoba mengabaikan denyar itu, dan menyadari sesuatu; ia tak pernah melepas cincin


 

JK's journal, October 9th, 2016.
Entah kenapa tiba-tiba pemikiran ini melintas di benakku; sudah satu tahun lebih sepuluh bulan masa pernikahanku dengan Taehyung. Menurut kontrak awal, aku akan mengajukan surat cerai padanya dalam waktu kira-kira empat bulan lagi. Atau mungkin bisa kurang dari itu.
Dan ketika pikiran itu mulai merasukiku, aku merasa kalau semua yang kurasakan selama bulan-bulan terakhir ini hanya mimpi yang takkan pernah terwujud.

 

Taehyung sedang tidur-tidur ayam di sofa panjang dengan Kucing berada di pangkuannya sementara Jungkook sibuk menonton TV di sofa di sebelahnya. Sebenarnya Jungkook tidak benar-benar menonton TV, ia terus mengganti-ganti channel-nya, merasa tak puas dengan semua acara yang ditayangkan karena tak bisa membuatnya mengalihkan perhatiannya dari suara napas Taehyung yang teratur dan dadanya yang bergerak turun naik. Jungkook mengutuk dirinya sendiri.

Tiba-tiba ponselnya berdering, membuat Kucing melompat turun dari pangkuan Taehyung secara mendadak dan langsung berlari ke dapur. Anjing itu sedikit paranoid dengan dering ponsel. Jungkook meraih ponselnya yan tergeletak di atas meja dan menjawabnya sementara Taehyung menatapnya dengan ekspresi bertanya.

"Ne?" sahut Jungkook seperti biasa.

"Jungkook, kau seharusnya lebih sopan pada dosenmu, paling tidak dengan menyimpan nomorku sehingga kau tidak terus-menerus menjawabku dengan gumaman tak jelas seperti itu."

Jungkook terkesiap begitu menyadari siapa lawan bicaranya. "Maaf, Mr. Spark."

Terdengar suara Mr. Spark terkekeh. "Kumaafkan mengingat kau muridku yang paling prestisius. Aku ada kabar bagus untukmu."

"Ya, Sir?"

Mr. Spark tertawa senang sebelum menjawab, "Seorang pianis, sekaligus komponis dan penyanyi terkenal dari Korea Selatan, Bang SiHyuk, baru saja mengunjungiku beberapa saat lalu. Dan ia melihat-lihat folderku yang berisi kumpulan dari laguku. Dan coba tebak?"

Jungkook memilih untuk tetap diam, tahu Mr. Spark pasti akan langsung menjawab pertanyaannya sendiri.

"Tepat sekali! Ia tertarik dengan lagu-lagu gubahanmu dan memutuskan untuk merekrutmu ke dalam orkesnya. Dia menganggapmu sangat berbakat."

Jungkook membelalak. Kali ini dia benar-benar tak tahu harus berkomentar apa.

Mr. Spark tertawa lagi. "Aku sudah memberinya alamatmu dan nomor ponselmu. Mungkin dia akan menghubungimu sesegera mungkin. Dia sangat tertarik padamu."

Jungkook mencoba menyusun kata-kata selama beberapa saat. "Saya tak tahu harus dengan cara bagaimana mengucapkan terimakasih, Sir."

"Tak perlu, Jungkook. Toh aku tidak melakukan apa-apa. Kabari aku begitu dia menghubungimu. Sudah saatnya kau meninggalkan LACM dan berkarya untuk dunia luar, kid. Aku memutuskan untuk meluluskanmu begitu kau direkrut. Aku sudah bosan melihatmu terus-menerus di kelasku. Hahaha."

Jungkook benar-benar kehabisan kata-kata. "Terimakasih, Sir." Hanya itu yang bisa Jungkook katakan sebelum Mr. Spark memutuskan sambungan.

"Apa katanya?" tuntut Taehyung begitu Jungkook kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Ia tentu saja sudah mendengar siapa lawan bicara Jungkook dan tampaknya dari ekspresi Jungkook, sebenarnya hanya dari sorot mata Jungkook, Taehyung tahu kalau Mr. Spark memberitahukan hal besar.

"Park Yoo Hwan, kau tahu dia?" Jungkook balik bertanya.

Taehyung berpikir selama lima detik sebelum menjawab, "Pemilik Big Hit Orchestra itu bukan? Yang terkenal itu?"

Jungkook mengangguk. "Dia mungkin akan merekrutku ke dalam tim-nya."

Mulut Taehyung terbuka membentuk huruf o sebelum kemudian dia meninju udara keras-keras, "Luar biasa!" seru Taehyung, bangkit berdiri dan mulai melompat-lompat di sofa sambil terbahak. "That's awesome, Kookie! Bang SiHyuk!"

Jungkook hanya menggeleng geli melihat tingkah laku Taehyung yang sama sekali tidak sesuai dengan umurnya sekarang.

"Ayolah, Kookie! Kau harusnya lebih ekspresif dari sekarang! Kau akan direkrut salah satu orkestra paling terkenal di seluruh dunia! Kau tak bisa terus-terusan memasang tampang datar begitu!" Taehyung masih tertawa geli, kali ini menertawakan ekspresi Jungkook yang benar-benar datar.

"Berhenti melompat, Tae. Sofanya bisa ambruk," Jungkook memperingatkan, setengah bercanda, tapi nada geli dalam suaranya hilang seketika ketika tiba-tiba Taehyung menghilang ke balik sofa disusul dengan suara 'bruk!' keras yang membuat Jungkook langsung bangkit berdiri dan berseru, "Taehyung!" dengan nada cemas yang tak bisa disembunyikannya.

Ia bergegas ke balik sofa, mendapati Taehyung jatuh dengan posisi tak elit di lantai berkarpet sambil memegangi pantatnya. Si Alien itu meringis kesakitan. "Sial…" keluhnya.

Jungkook tertawa pelan sekilas.

Ringisan di wajah Taehyung lenyap, digantikan senyum kotak. "Kau harus sering-sering tertawa begitu, Kookie," ucapnya dari lantai.

Jungkook mengangkat sebelah alisnya dan kembali memasang wajah datar. Jungkook tidak mengomentari ucapan Taehyung. Ia hanya mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Taehyung bangkit. Taehyung menyambut tangan Jungkook dan sudah setengah berdiri ketika Kucing memutuskan ini adalah waktu yang tepat baginya untuk andil.

Anjing yang sama sekali tak bisa dibilang kecil itu berlari ke arah Taehyung, tepat menubruk dadanya seraya menggonggong-gonggong riang, rupanya ia masih berpikir kalau adegan yang sekarang ini adalah salah satu bagian dari euforia Taehyung beberapa saat lalu.

Taehyung yang kaget karena diterjang Kucing secara mendadak begitu kehilangan keseimbangannya. Dan Kucing ternyata lebih cerdik dari kelihatannya. Ia langsung melangkah mundur begitu tahu tuannya ambruk, yang tentu saja sambil menarik Jungkook ikut ambruk bersamanya.

Bruk!

Kali kedua pantat Taehyung menghantam lantai berkarpet.

Kali pertama bagi Jungkook merasakan detak jantung Taehyung di dadanya. Dan entah kenapa saat itu lagu yang terputar di playlist otaknya hanyalah, 'I love you's the only beginning…'

Tanpa dikomando, Taehyung langsung mendorong tubuh Jungkook menjauh darinya sementara ia bangkit berdiri. Taehyung langsung memberikan glare yang amat sangat mengancam ke arah anjing kesayangannya, membuat Kucing mendengking memelas dan bersembunyi di belakang tubuh Jungkook, yang kali ini memberinya tatapan lembut penuh kasih.

Jungkook berjanji akan memperlakukan Kucing lebih baik sejak saat itu. Ia hanya memiliki empat bulan.


Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
deuthie
#1
Chapter 14: Author aku udah baca ff ini lama bgt pengen komen tapi harus login, sekarang baru buat akunnya hehe...
aku suka sama ceritanya bagus dan detil banget ngejelasin soal musik huhu tapi kenapa sad ending ya? sedih si jk gitu amat.. cuma aku agak bingung sama pas bagian junghyun-nya ku pikir dia punya maksud terselubung /? sama si taehyung tapi ternyata pas dia balik ke korea gak ada apa2 lagi .-.
yep_permata #2
Chapter 14: Kok sedih akhirnya :((((
yep_permata #3
Chapter 5: yeayyyy semoga kuki hatinya terbuka buat tae segera hihi
veetaminbee #4
Chapter 3: halloo authornimmm ^^
aku baru nemu ff nya jadi aku review di updatean terakhirnya yang ini/?
suka banget ff nya, jalan ceritanya juga, hm apa nanti mereka bakal melanggar kontrak? iya dong yakan xD tapi kalo keluarganya jungkook malah setuju gimana._. penasaran kan, ditunggu kelanjutannyaaa
yep_permata #5
Chapter 3: Next chapt pleasee