Dilarang Menyentuh?

HOLD ME TIGHT
JK's journal, February 14, 2016
Valentine datang lagi. Kali ini, hari yang biasanya selalu kuhindari karena menyebabkan datangnya makanan manis dan surat-surat beramplop merah jambu yang membuatku mual, berarti satu hal. Aku sudah melewati masa setahunku bersama Taehyung. Dan aku hanya perlu bertahan satu tahun lagi. Tapi sepertinya aku perlu bertahan dari hal lain, dan aku tak yakin aku mampu.

 

"Ada lima belas komposer yang kemampuannya benar-benar diakui dunia, dan salah satu di antaranya dikenal dengan sebutan Bapak Simfoni, " Mrs. Wilson menekan mouse laptop-nya dan gambar seorang pria dengan gaya rambut khas abad ke tujuh belas terpampang pada layar proyektor. Dosen Sejarah Musik itu memandang murid-muridnya dengan senyum khas-nya. "Ada yang bisa menjelaskan siapa Bapak Simfoni ini?"

"Franz Joseph Haydn," Jungkook buka suara, memecah keheningan kelas, "adalah salah seorang komponis yang paling berpengaruh dari zaman klasik yang dijuluki Bapak Simfoni atau Bapak Kuartet Gesek. Haydn menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai musikus untuk keluarga Eszterházy di kediaman mereka yang sulit dijangkau di Austria. Terisolasi dari komponis-komponis lain dan tren musik sampai saat menjelang akhir hayatnya, ia dipaksa untuk, menggunakan istilahnya, 'menjadi orisinil'." Jungkook mengakhiri penjelasan panjang lebarnya, membuat senyum di wajah Mrs. Wilson makin mengembang.

"Penjelasan yang sangat akurat, Mr.Kim," puji wanita itu. "Aku juga sangat berharap kau bisa menyebutkan ke-lima belas komposer-komposer yang ingin kubahas di sini."

"Mereka adalah Haydn," Jungkook menanggapi tantangan dosennya, "Handel, Rachmaninov, Tchaikovsky, Mahler, Verdi, Brahms, Liszt, Chopin, Schumann, Schubert, Wagner, Beethoven, Mozart, dan yang menduduki peringkat pertama adalah Bach. Masing-masing dari mereka telah menciptakan inovasi yang luar biasa dalam perkembangan musik klasik."

Mrs. Wilson tertawa pelan, bersamaan dengan dering bel tanda berakhirnya pelajaran. "Ingatkan aku untuk memberimu nilai A di kelas ini, Kim," ucap Mrs. Wilson sebelum meninggalkan kelas. Jungkook hanya menyeringai begitu dosennya berlalu, membuat Taehyung mendengus sebal di sebelahnya. Pemuda-senyum-kotak itu mendahului Jungkook keluar dari kelas, tapi Jungkook bisa segera menyusulnya.

"Bagaimana rasanya menelan buku teks, Mr.Kim?" sindir Taehyung begitu Jungkook sudah berada di sebelahnya, menirukan Mrs. Wilson. Jungkook hanya menanggapi sindiran itu dengan dengus geli. Taehyung menghela napas. "Dan aku benci kalau dosen-dosen itu memanggilmu dengan margaku. Entah kenapa kok kesannya menjijikkan."

Jungkook melirik Taehyung. "Kita terikat sumpah pernikahan, Tae."

Taehyung menghela napas makin berat dan mengangguk pasrah. "Kurasa aku mau cuci muka di toilet dulu," gumamnya, dan berbelok di toilet terdekat. Jungkook mengikutinya. Sejak kasus pengeroyokan terhadap Taehyung beberapa bulan lalu, Jungkook memang selalu mengekor pemuda itu kemana-mana. Taehyung protes pada awalnya, tapi ia tahu ia takkan bisa menyingkirkan Jungkook, jadi ia pasrah. Toh takkan ada yang tidak terima dengan sikap Jungkook mengingat mereka memang pasangan suami-suami.

Taehyung membasuh wajahnya di wastafel berkali-kali sementara Jungkook bersandar pada tembok keramik di sebelahnya, membaca e-mail dari Mr. Spark yang mengatakan kalau judul lagunya sangat sempurna. Taehyung selesai membasuh muka dan menatap bayangannya pada cermin di hadapannya.

"Kurasa aku sedikit tidak enak badan," ucapnya, membuat Jungkook mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. Perasaan tak enak yang selalu menyergap Jungkook sejak malam tahun baru lagi-lagi muncul ketika mata hitamnya memandang wajah Taehyung yang basah dengan titik-titik air, membuat sebagian poninya menjuntai turun ke wajahnya.

"Istirahat saja di rumah kalau begitu," saran Jungkook, mengembalikan pandangannya ke layar ponselnya. Berusaha bersikap cuek. Yep, berusaha. Jungkook menyadari kalau akhir-akhir ini ia selalu berusaha untuk tetap menjadi dirinya sendiri yang cuek, pendiam dan anti-sosial. Ia benar-benar berusaha keras.

Taehyung memandang keluar dari jendela di toilet itu, mengamati tetes-tetes air hujan yang makin deras. "Aku malas jalan ke tempat parkir mobilmu dalam keadaan hujan begini."

Jungkook menyipitkan mata memandang Taehyung. "Apa perlu aku menggendongmu?" ucap Jungkook sarkas.

"Hm…" Taehyung mengeringkan wajahnya dengan saputangan yang selalu dibawanya. "Ide itu boleh juga."

Jungkook membelalak dan menahan diri untuk tidak menghantamkan kepala Taehyung ke wastafel marmer di hadapannya. "Aku tidak ada kuliah lagi hari ini. Kalau kau tidak ada kuliah juga, aku mau pulang," kata Jungkook.

Taehyung mengangguk. "Aku ingin tidur siang bareng Kucing," ia menyetujui, dan berjalan keluar dari toilet.

"Mr.Kim!"

Baik Taehyung maupun Jungkook menoleh. Seorang gadis dengan rambut coklat yang di-pony tail berjalan menghampiri mereka. Jungkook sama sekali tidak mengenali gadis itu, jadi pasti gadis itu kenalan Taehyung.

Jungkook melirik Taehyung, benar saja, senyum lebar mengembang di wajah Taehyung ketika melihat sosok gadis itu dan ia balas menyapa, "Hei, Ash. Aku tidak melihatmu di kelas Mr. Crane pagi ini."

Gadis yang dipanggil 'Ash' itu nyengir salah tingkah, menunjukkan sederet gigi yang rapi. "Aku ada sedikit masalah, jadi aku absen pagi ini. Hehe."

Taehyung tertawa. "Ah, kau pasti sudah tahu Jungkook," Taehyung mengedik ke arah Jungkook yang masih berdiri diam di sebelahnya. "Kookie, ini Ashley," kata Taehyung lagi, memperkenalkan gadis itu. "Dia partnerku di kelas Mr. Crane."

Gadis itu tersenyum pada Jungkook dan mengulurkan tangannya. Jungkook biasanya menghindari kontak fisik dengan orang lain, tapi kali ini ia menjabat tangan Ashley.

"Kau mau pulang, Kim?" Ashley kembali mengalihkan perhatiannya ke Taehyung.

Taehyung mengibaskan tangannya. "Panggil aku Taehyung saja, Ash. Tidak usah terlalu formal. Toh aku juga memanggilmu dengan nama kecilmu," tanggapnya. Dan Jungkook merasakan perasaan mencelos di dasar perutnya yang datang bersamaan dengan perasaan déjà vu. Kalimat berikutnya yang terlontar dari mulut Taehyung hanya terdengar samar-samar di telinga Jungkook. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tiba-tiba otaknya dipenuhi dengan pemikiran random yang datang bertubi-tubi, membombardir otak Jungkook. 'Dia selalu meminta semua orang untuk memanggilnya dengan nama kecilnya. Aku tak pernah tahu tentang teman-temannya. Siapa gadis ini? Aku tak pernah mencari tahu tentang kehidupannya di luar rumah. Aku bahkan tak tahu berapa banyak gadis di luar sana yang selalu mendapat tatapan lembutnya dan senyum kotaknya itu. Aku tidak menyukai ini.'

Entah kenapa hal-hal sepele tadi tampak begitu penting di benak Jungkook sekarang. Dan sebelum ia sempat mencegah dirinya sendiri, Jungkook sudah menarik tangan Taehyung, dan menyeretnya menjauh dari Ashley. "Kita pulang sekarang. Kucing menunggu," geram Jungkook.

Taehyung meronta dan berteriak memprotes, tapi tak ada yang bisa menembus telinga Jungkook. Jungkook masih berada di dunianya sendiri. Yang bisa ia rasakan hanyalah lengan Taehyung dalam genggamannya. Detik berikutnya yang Jungkook tahu, ia sudah menghempaskan Taehyung masuk ke dalam mobilnya dan langsung memacu mobilnya pulang ke apartemennya, tak peduli hujan masih turun dengan deras dan membuat jalanan aspal di bawahnya jadi sangat licin.

Samar-samar, Jungkook bisa merasakan Taehyung berteriak memarahinya dari tempat duduk samping, tapi Jungkook tak menggubrisnya. Ia tak menghentikan laju mobilnya sampai di basement apartemennya, dan Jungkook baru sepenuhnya sadar ketika ia turun dari mobil, disambut dengan pukulan telak yang menghantam rahang bawahnya.

Jungkook mengerjap. Ia merasakan darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Jungkook mencoba menganalisis keadaan sekelilingnya dan ia melihat Taehyung berdiri di hadapannya dengan tatapan marah dan tangan terkepal. Tampaknya Taehyung-lah yang barusan meninjunya.

"Kau ini kenapa, hah? Sikapmu seperti orang tolol, Pabo!" seru Taehyung. Jungkook telah membuat kesabarannya terkuras habis.

Jungkook tak membalas ucapan Taehyung. Pikirannya terfokus pada wajah Taehyung yang terlihat sedikit pucat. Ia ingat kalau Taehyung baru saja bilang ia tidak enak badan.

"Kau pikir apa yang kau lakukan?" seru Taehyung lagi. "Kau membuatku muak!" dengan dengan tiga kata terakhir itu, Taehyung membalikkan tubuhnya, berjalan menjauh dari Jungkook, keluar dari basement, dan menghilang di tengah hujan yang makin lebat.

Butuh beberapa menit bagi Jungkook untuk memahami situasi yang terjadi. Ia sendiri tak paham kenapa ia jadi lemot begini. Taehyung berbicara pada seorang gadis bernama Ashley. Perasaan tak suka mendadak muncul di hatinya. Ia menarik Taehyung pergi, dan sekarang Taehyung marah padanya.

Jungkook menyandarkan dirinya di badan mobilnya sambil mengurut keningnya. Ia benar-benar tolol. Atas dasar apa ia menyeret Taehyung pergi begitu saja? Dan… bagaimana kalau ternyata Taehyung menyukai gadis itu? Argh. Ia benar-benar idiot. Wajar saja Taehyung marah padanya. Semua orang juga akan marah kalau diseret pergi secara mendadak ketika ia sedang berbicara dengan orang yang disukainya.

Jungkook mendongak dan memandang hujan lebat di luar. Ia harus meminta maaf. Dan tanpa berpikir panjang lagi, Jungkook kembali masuk ke mobilnya, mencari Taehyung.


 

Jungkook menyetir pelan-pelan, memicingkan mata untuk mengenali sosok Taehyung. Hujannnya sangat deras, membuat pandangannya mengabur. Dan perasaannya makin tak enak ketika ingat Taehyung mengeluh tidak enak badan. Bagaimana kalau keadaannya tambah parah dengan berkeliaran di hujan lebat begini?

Jungkook memukul ban setir mobilnya ketika ia sudah mencari selama satu jam dan hasilnya nihil. Seharusnya Taehyung tak mungkin pergi jauh dengan berjalan kaki. Tapi Jungkook mencelos ketika ingat kalau Taehyung sudah lebih lama berada di New York daripada dirinya, dan tentu saja itu membuat Taehyung tahu tempat-tempat yang tidak diketahui Jungkook. Taehyung bisa ada dimana saja sekarang.

Jungkook mengeluarkan ponselnya, mencoba untuk menghubungi Taehyung untuk kesekian kalinya, tapi tak ada respon. Jungkook benar-benar merasa bersalah. Ia menggigiti bibir bawahnya, mulai panik. Bagaimana kalau penyerang-penyerang Taehyung kembali menyergapnya? .

Jungkook kembali meninju ban setir Volvo-nya dan menepi, memutuskan untuk mencari Taehyung dengan berjalan kaki saja daripada dengan mobil. Tak peduli dengan hujan lebat yang masih turun tanpa ampun, Jungkook turun dari mobilnya menembus hujan, memicingkan matanya ke segala arah, berharap menemukan sosok berkepala merah yang sangat familiar baginya. Pakaiannya langsung basah kuyup dalam sekejap, tapi Jungkook mengabaikannya. Ia mempercepat langkahnya untuk berbelok di 4th Street, melanjutkan pencariannya.

'Sial. Dimana kau, Alien?'

Jungkook menggeram frustasi. Ia sudah berada terlalu jauh dengan apartemennya. Taehyung tak mungkin berjalan sejauh ini. Jungkook menyingkirkan rambutnya yang basah dari wajahnya dan membalikkan tubuhnya hendak kembali ke jalan utama ketika matanya menangkap sosok Taehyung sedang berdiri bersandar pada lampu jalan. Jungkook langsung berlari ke arah sosok itu, tak peduli genangan air yang dilaluinya membuat sepatunya kemasukan air.

"Tae…" panggil Jungkook lirih, tak cukup untuk mengalahkan deru angin dan suara hujan yang menghantam permukaan bumi. Tapi sosok itu mengangkat kepalanya, dan menatap Jungkook dengan ekspresi tersinggung. Jungkook merasa benar-benar pantas mendapatkan tatapan itu.

"Maafkan aku. Aku tidak—"

"Aku muak melihatmu. Tinggalkan aku sendiri," potong Taehyung.

Jungkook berdecak. "Ayolah, kau bisa sakit. Dan kenapa kau semarah ini? Aku cuma menyeretmu pulang…"

"Apa pedulimu kalau aku sakit?" geram Taehyung, menegakkan dirinya sehingga ia tidak lagi bersandar pada tiang lampu. Ia berjalan perlahan ke arah Jungkook. "Cuma menyeretku pulang, hah? Kau merasa cuma itu yang kau lakukan?" Kedua tangan Taehyung terkepal di masing-masing sisi tubuhnya.

Tiba-tiba perasaan cemas mendera Jungkook. "Kalau aku melakukan kesalahan lain, aku minta maaf juga untuk itu. Tapi kumohon, pulanglah."

Emosi sudah terlalu menguasai diri Taehyung sehingga ia tidak menyadari kalau untuk pertama kalinya Jungkook telah memohon padanya. "Kau pikir maaf cukup, hah?" sentak Taehyung. "Kau menyeretku pergi dan memperlakukanku seolah aku ini peliharaanmu! Tepat di depan gadis yang kusukai!"

Jungkook terhenyak. Secara mendadak tubuhnya mati rasa. Hanya dengan kata-kata yang terlontar dari bibir Taehyung. Gadis. Yang. Dia sukai.

Taehyung sudah berdiri di hadapan Jungkook sekarang. "Kau bilang aku boleh pergi kalau ada orang yang kusukai. Dan sekarang aku menyukai Ashley. Biarkan aku pergi."

Susah payah, Jungkook membuka mulutnya, "Kau bohong. Kau tidak menyukai Ashley. Itu hanya alasanmu."

Taehyung mendengus. "Kalaupun aku bohong kau takkan tahu, Pabo. Sama seperti kau membohongi keluargamu. Yang bisa kau percaya hanya apa yang kuucapkan, dan sekarang inilah yang aku ucapkan. Aku menyukai Ashley."

Jungkook merasa degup jantungnya bertambah cepat, dan nafasnya memburu. "Tapi aku tak percaya itu."

'Kumohon, Taehyung. Berhentilah bicara.'

Taehyung menyeringai. "Perjanjian tetap perjanjian, tak peduli kau percaya atau tidak."

Kedua tangan Jungkook mengepal. "Aku pasti akan melepasmu… tapi setidaknya jangan mendadak seperti ini… tunggulah satu atau dua bulan lagi."

'Diamlah, Taehyung. Kumohon.'

Taehyung berteriak frustasi. "Satu atau dua bulan lagi?" suaranya telah meningkat satu oktaf. "Aku bilang aku sudah muak bersamamu! Masalahmu memang selesai, tapi tidak denganku!"

Tangan Jungkook terkepal makin erat, membuat telapak tangannya sakit. Emosi sudah mulai menguasainya. Ia menahan diri untuk membungkam Taehyung yang masih terus berteriak padanya dengan tinjunya.'Hentikan bicaramu, Taehyung. Hentikan itu.'

"Orang-orang mungkin tidak memandangmu aneh karena kau jenius! Dan kau tidak pernah direpotkan dengan hal sepele macam menyukai seorang wanita! Tapi aku mengalaminya!" Taehyung menekankan telunjuknya dengan keras ke dada Jungkook tiap kali ia menyelesaikan satu kalimatnya. "Kau tak pernah merasakan berada begitu dekat dengan orang yang kau sukai, tapi kau bahkan tak bisa mengatakan kau menyukainya. Kau tahu kenapa? Itu karena kau tak punya perasaan, Brengsek!"

Jungkook hilang kesabaran. Ia meraih kerah kemeja Taehyung, berniat akan membungkam pemuda itu. Membuatnya berhenti bicara…

Dan sekali lagi, tubuhnya mengkhianati rasionalnya. Bahkan sebelum Jungkook menyadari apa yang terjadi, ia telah lebih dulu merasakan sesuatu yang lembut dan hangat menempel di bibirnya yang dingin. Sesuatu yang terasa begitu manis di sela-sela tetes air hujan yang tawar. Sesuatu yang membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Sisi baiknya, dia memang membungkam Taehyung. Dengan satu ciuman telak di bibir pemuda itu.

Mata hazel Taehyung terbelalak lebar, sangat kaget dengan perlakuan yang diterimanya dari Jungkook. Selama sepersekian detik sebelum ini, Taehyung yakin Jungkook akan menghantamkan tinju ke wajahnya. Tapi dugaannya sama sekali salah. Ia sudah menyiapkan diri untuk pergulatan sengit dan adu pukulan di bawah hujan, tapi ia sama sekali tidak siap untuk menerima satu ciuman di bawah hujan. Taehyung bahkan tak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali.

Kedua tangan Jungkook yang masih berada di kerah kemeja Taehyung mengendurkan cengkramannya. Jungkook begitu terkesima dengan mata biru Taehyung yang berada sangat dekat dengannya sekarang sehingga ia tak menjauhkan diri, walaupun ia tahu Taehyung akan kekurangan oksigen. Sejujurnya, ia malah menikmati sentuhan hangat bibir Taehyung di bibirnya…

Dan ketika kebutuhan akan oksigen meningkat, Jungkook memutuskan untuk menjauhkan diri. Ia tak ingin Taehyung mati kehabisan napas. Mata hazel Taehyung yang menatapnya dengan ekspresi shock bagaikan merontgennya. Setelah berhasil mengatasi kelumpuhan sementaranya, Jungkook meraih lengan Taehyung dan menariknya dengan lembut kembali ke dalam mobil. Pandangan Taehyung masih kosong ke depan. Begitu Jungkook berhasil menemukan dimana ia memarkir mobilnya, ia membukakan pintu untuk Taehyung yang sepertinya belum bisa bergerak dengan normal, dan mendorongnya masuk.

Setelah Jungkook duduk di belakang kemudi, ia menatap Taehyung dan mendengus geli. Ia menyalakan mesin mobilnya dan memacunya kembali ke apartemen. Sama sekali menghiraukan jok mobilnya yang basah kuyup.


 

Bahkan Jungkook perlu menuntun Taehyung masuk ke apartemennya karena tatapannya masih kosong ke depan. Kucing tak menyambut mereka ketika Jungkook membuka pintu. Anjing itu punya kebiasaan baru untuk tidur di bawah meja dapur saat hujan dan takkan bangun sampai hujan reda.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jungkook, mulai khawatir. Ia takut tindakan gilanya beberapa saat lalu mematikan saraf otak Taehyung. "Maaf tadi aku—"

Kata-kata Jungkook terpotong karena mendadak Taehyung menatapnya tajam. "Kenapa kau tadi melakukan itu?"

Jungkook menggeleng. "Entahlah. Aku…" Jungkook membiarkan kata-katanya mengabur ketika matanya terarah ke bibir Taehyung. Dan sekali lagi, sebelum ia bisa mencegah dirinya sendiri, ia sudah kembali menyerang Taehyung. Jungkook meraih tengkuk Taehyung dan melumat bibir lembut itu untuk kedua kalinya dalam satu jam. Dan kali ini bukan hanya sekedar sentuhan dari bibir ke bibir. Jungkook memejamkan matanya dan menjilat permukaan bibir Taehyung, mengabaikan dorongan Taehyung di dadanya. Ia malah menekan tengkuk Taehyung makin kuat, membuat Taehyung bergerak memprotes. Jungkook memberikan satu gigitan pelan di bibir bawah Taehyung, membuat pemuda itu membuka mulutnya sedikit, tapi itu cukup bagi Jungkook untuk menyelinap masuk.

Sentuhannya membuat Taehyung berhenti bergerak memprotes. Jungkook mengendurkan tekanannya dan menelusuri punggung Taehyung dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya tetap menahan tengkuk Taehyung. Jungkook menelusuri tiap detail rongga bibir lawannya, membuat Taehyung mencengkram kemejanya. Jungkook menemukan lidah Taehyung, menjilat dan menghisapnya dengan lembut. Jungkook merapatkan tubuhnya ke tubuh Taehyung, tak peduli mereka berdua masih dalam keadaan basah kuyup. Kenapa ia tak menyadari sensasi yang ditimbulkan bibir Taehyung ketika ia menciumnya untuk pertama kali di altar dulu? Padahal begitu memabukkan…

Tapi satu dorongan kuat di dada Jungkook membuatnya menghentikan semua aktivitasnya. Jungkook menjauhkan dirinya dengan tangan masih berada di tengkuk dan pinggang Taehyung, serta nafas terengah. Taehyung menunduk menatap karpet di bawahnya yang basah karena tetesan air dari tubuh mereka berdua.

"Apa kau benar-benar menyukai Ashley?" tanya Jungkook lirih, menatap puncak kepala Taehyung.

Taehyung menggeleng pelan, membuat Jungkook menghembuskan napas lega. "Sudah kuduga kau berbohong," tanggap Jungkook.

Taehyung mendongak, menatap Jungkook lekat-lekat dan menyingkirkan tangan pemuda itu sari tubuhnya. "Tapi perjanjian tetap perjanjian," ia buka mulut. "Aku memang tidak menyukai Ashley, tapi ada aturan no touching dalam hubungan ini. Dan kau sudah menyentuhku, lebih dari yang seharusnya."

Lidah Jungkook terasa kelu. Taehyung mundur dua langkah darinya. Mata itu menatap Jungkook tajam. "Let me go."

Sasuk terdiam selama beberapa saat. Ia tak ingin Taehyung pergi. "Sebegitu inginnyakah kau pergi?" tanya Jungkook.

"Kau yang membuatku harus pergi."

Jungkook menghela napas frustasi. "Peraturan ada untuk dilanggar. Kau tetap di sini, dan selalu begitu kecuali aku menyuruhmu pergi." Ia segera kembali ke sikapnya yang biasa, membuat Taehyung terbelalak kaget. Jungkook menatap Taehyung sinis, mengacak rambutnya dan berlalu meninggalkan Taehyung begitu saja. "Aku mau mengeringkan diri dulu. Kau sebaiknya juga kalau tidak mau sakit."

Begitu mendengar pintu kamar Jungkook terbanting menutup, Taehyung berteriak kesal, "Kookie sialan! Kau pikir kau bisa selamat setelah menciumku seenaknya begitu, hah! Kubunuh kau!" Taehyung menunjuk dengan dramatis ke arah pintu kamar Jungkook, tak tahu Jungkook tersenyum geli dari baliknya mendengar teriakan kekanakkan Taehyung.


PS
Dan inilah kesalahan kedelapannya, sesuatu yang sudah dia sadari lebih dulu. Dia membuatku menyentuhnya lebih daripada yang seharusnya. Dan yang membuatku lebih tidak menyukainya adalah, aku tak bisa menahan diriku sendiri. Aku sudah mengatakan di awal kalau aku harus bertahan karena sesuatu yang lain yang aku tak yakin akan mampu menghadapinya. Hal ini adalah salah satunya. Jeez, kuharap semua ini segera berlalu.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
deuthie
#1
Chapter 14: Author aku udah baca ff ini lama bgt pengen komen tapi harus login, sekarang baru buat akunnya hehe...
aku suka sama ceritanya bagus dan detil banget ngejelasin soal musik huhu tapi kenapa sad ending ya? sedih si jk gitu amat.. cuma aku agak bingung sama pas bagian junghyun-nya ku pikir dia punya maksud terselubung /? sama si taehyung tapi ternyata pas dia balik ke korea gak ada apa2 lagi .-.
yep_permata #2
Chapter 14: Kok sedih akhirnya :((((
yep_permata #3
Chapter 5: yeayyyy semoga kuki hatinya terbuka buat tae segera hihi
veetaminbee #4
Chapter 3: halloo authornimmm ^^
aku baru nemu ff nya jadi aku review di updatean terakhirnya yang ini/?
suka banget ff nya, jalan ceritanya juga, hm apa nanti mereka bakal melanggar kontrak? iya dong yakan xD tapi kalo keluarganya jungkook malah setuju gimana._. penasaran kan, ditunggu kelanjutannyaaa
yep_permata #5
Chapter 3: Next chapt pleasee