Kesalahan Kecil

HOLD ME TIGHT
JK's journal, March 1, 2015.
Seharusnya aku memberi judul KIM JUNGKOOK's journal di awal jurnal ini, tapi entah kenapa aku juga mulai enggan dengan nama itu. Baru dua minggu aku tinggal bersama Taehyung di apartemen tetapku (ya, sekarang aku sudah tidak nomaden lagi, Jeon benar-benar sudah membuangku) tapi urat di pelipisku pasti selalu bereaksi negatif tiap kali mendengar nama pemuda alien itu disebut. Dia lebih menyebalkan daripada keseluruhan keluarga Jeon digabungkan.
Pemuda aneh itu identik dengan aneh, berisik, dan hiperaktif.
Tapi, sisi baiknya, ia cukup tahu diri kalau aku sedang latihan dan berusaha berkonsentrasi membaca partitur.
Dan setelah jurnal ini, aku tak yakin apa aku bisa menjalani hidup selama dua tahun ke depan. Itu bakal jadi dua tahun yang amat sangat panjang.

 

Jungkook memejamkan matanya, berusaha menahan emosi dan mengutuk dalam hati. Ia meletakkan penanya dan menutup buku partiturnya seraya bangkit berdiri dan segera keluar dari kamarnya. Suara berisik yang memecah konsentrasinya itu tadi pasti berasal dari suaminya tersayang.

"Apa yang kau lakukan?" sentak Jungkook begitu mendapati Taehyung jatuh terduduk di bawah rak buku, dengan buku-buku besar koleksi Jungkook menjatuhi tubuhnya. Ia meringis tanpa dosa ke arah suaminya yang berdiri menjulang di atasnya dengan glare yang luar biasa.

"Ehehe…" cengirnya, berusaha bangkit berdiri, membuat buku-buku di atas tubuhnya kembali berjatuhan ke lantai dengan suara keras. Jungkook memejamkan matanya habis kesabaran. Ia sudah sangat ingin sekali mengusir pemuda ini dari apartemennya kalau kontrak yang telah diucapkannya dua minggu lalu tidak menahannya. Selama ini ia berpikir Taehyung-lah yang bakal tidak betah tinggal bersamanya mengingat Jungkook adalah seorang perfeksionis dengan pribadi yang sangat bertolak belakang dengannya. Tapi ternyata ia salah. Taehyung telah mengacaukan aturan-aturan hidupnya dalam sekejap, dan sama sekali tidak merasa bersalah.

"Apa yang kau lakukan?" geram Jungkook kali ini. Kedua tangannya telah terkepal di sisi tubuhnya, berusaha keras untuk tidak meninju suaminya.

Taehyung menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal dan memandang Jungkook takut-takut, masih nyengir kotak salah tingkah. Jungkook mengangkat sebelah alisnya, menunggu penjelasan yang rasional. Tapi…

"Guk!"

Suara tidak familiar itu membuat mata hitam Jungkook melebar.

"Guk!"

Dan sebelum Jungkook sempat berkomentar apapun, seekor anjing siberian husky setinggi paha Taehyung telah muncul entah dari mana, dan menggonggong riang ke arahnya. Anjing itu mengelus-eluskan kepalanya ke paha Taehyung dan Taehyung membungkuk penuh tawa untuk balas mengelus dagu anjing itu dengan tangannya.

"Apa itu?" suara Jungkook telah bergetar saking marahnya.

Taehyung memandang Jungkook tak mengerti. "Ini anjing, kan?" Ia balik bertanya.

Jungkook kembali meng-glare suaminya tersayang. "Aku tahu itu anjing, Alien," bentaknya kesal. "Maksudku, apa yang hewan itu lakukan di rumahku?"

Taeyung tertawa dan memeluk anjingnya dengan sayang. "Kurasa terlalu sepi kalau cuma kita berdua di apartemen sebesar ini, jadi aku dan Jimin memutuskan untuk membeli Kucing."

Jungkook menyipitkan mata memandang anjing berukuran medium dengan bulu yang sangat tebal dan halus berwarna hitam dan putih itu. "Itu bukan kucing bodoh!" katanya makin kesal.

Taehyung tersenyum kotak lagi, "Aku tahu dia anjing, tapi aku memberinya nama Kucing!" Jungkook menghela nafas dengan ke-abnormal-an suaminya ini. Heran dengan pemilihan nama yang entah berasal darimana. "Dia yang menjatuhkan buku-bukuku?"

Taehyung nyengir minta maaf. "Aku tadi ingin menunjukkan Kucing padamu, tapi dia malah lari-lari dan waktu aku mengejarnya, aku menabrak rak bukumu. Hehehe."

"Guk!"

Urat di pelipis Jungkook menegang.

"Ayo, Kucing! Beri salam pada Kookie-Pabo!"

Twitch. Urat di pelipis Jungkook bertambah satu. "Perkenalkan aku dengan nama yang benar, Alien."

"Guk!"

Taehyung mengabaikan kalimat Jungkook. "Lihat ini, Pabo. Matanya persis punyaku ya?"

Mau tidak mau, Jungkook melirik mata anjing yang dipanggil Kucing itu dan menyetujui dalam hati. Mata hazel yang sama persis dengan milik Taehyung. Hanya lebih bulat.

"Guk!" Kucing menggonggong lagi, menjilati pipi Taehyung. Taehyung hanya tertawa geli.

"Ayo, Kucing, jangan ganggu Kookie-pabo. Kita main di halaman saja," ajak Taehyung, bangkit berdiri dan menarik ban leher Kucing, membawa anjing itu ke halaman. Dan entah karena dorongan apa, Jungkook mengikuti Taehyung. Ia berdiri bersandar di ambang pintu melihat suaminya yang sedang sibuk bermain lempar tangkap sambil tertawa-tawa.

Jungkook mengernyit. Ia sama sekali tidak menyukai hewan, apalagi anjing, karena menurutnya binatang itu berisik. Tapi kenapa tadi ia tidak meminta Taehyung menyingkirkan anjing itu? Karena dia tidak tega? Alasan konyol. Ini rumahnya, ia berhak melakukan apapun. Jungkook menggeleng pelan. Yang penting anjing itu sudah aman bermain-main di luar dan dia bisa melanjutkan pekerjaannya menggubah lagu lagi dengan tenang.

Jungkook membalikkan badannya dan masuk lagi ke dalam rumah. Begitu ia mencapai ruang tengah, ia membeku. Matanya membelalak menatap buku-buku yang masih berserakan di lantai. Ia menggertakkan giginya marah dan menggeram, "Alien sialan…"

Dan akhirnya, Jungkook menghabiskan sepanjang hari itu untuk membereskan ruang tengahnya. Partiturnya terlupakan.


Malam harinya, Jungkook duduk diam di sofa dengan secangkir kopi panas di hadapannya dan buku partitur serta pena di tangannya. Ruang tengahnya sudah rapi dan bersih, dan Taehyung serta Kucing sedang bermain dengan bola karet di lantai.

Kekesalannya pada Taehyung menguap setelah ruang tengahnya bersih lagi.

"Dimana anjing itu tidur?" celetuk Jungkook, masih menekuni buku partiturnya. Ia sedang membuat lagu untuk dipresentasikan di ujian praktek dengan Mr. Spark beberapa minggu lagi.

Taehyung mendongak dan memandang Jungkook tak senang. "Dia punya nama, Kookie-pabo."

Jungkook memutar bola matanya. "Baiklah, dimana Kucing tidur?" katanya mengalah walaupun terdengar sangat bodoh. Siapa yang menamai anjing mereka dengan nama Kucing?

"Di kamarku tentu saja!" jawab Taehyung senang, memandang Kucing penuh sayang.

Jungkook menghela napas lega. Ia sudah takut kalau-kalau Taehyung akan menyuruhnya tidur dengan anjing besar itu. Bisa rusak malamnya. Jungkook menghabiskan kopinya dan bangkit berdiri. "Aku mau tidur."

"Ucapkan selamat tidur pada Kookie, Kucing," kata Taehyung.

"Guk!"

Jungkook memandang Taehyung dan Kucing, dan ia tak bisa untuk tidak tersenyum sepanjang perjalanan dari ruang tengah ke kamarnya.


 

JK's journal, September 12, 2015
Ini sudah kelewat batas. Aku baru tujuh bulan hidup dengannya dan aku sudah ingin membunuhnya berkali-kali. Ia sudah membuat tujuh bulan terakhir dalam hidupku ini dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, yang kalau kubuat daftarnya, tidak ada buku manapun yang cukup untuk menampungnya. Tapi ada sepuluh kesalahannya yang takkan kulupakan seumur hidupku.
Pertama, keberisikannya. Aku masih bisa menolerir itu. Aku sudah memasang peredam suara di kamarku, jadi keberisikannya cukup bisa kuatasi dengan mengurung diri di kamar.
Kedua, kejorokannya. Yang ini sudah agak membaik. Ia jorok sekali pada waktu pertama kali dia datang, tapi sekarang setidaknya dia mempersempit area joroknya hanya di kamarnya saja dan tidak menyebarkannya keluar. Walau kadang memang dapur jadi berantakan sekali kalau dia habis membuat ramyeon instan. Aku sampai sekarang tidak mengerti bagaimana dapur bisa menjadi seperti kapal pecah kalau kau hanya membuat ramyeon instan yang hanya membutuhkan air panas dan cup ramyeon-nya.
Ketiga, Kucing. Aku sudah pernah bilang kalau aku tidak menyukai hewan, dan aku cukup sulit beradaptasi dengan yang ini. Pernah suatu kali aku pulang dari kampus dan Taehyung tidak ada di rumah, meninggalkan Kucing sendiri bersamaku. Itu bagaikan mimpi buruk. Anjing besar itu tak hentinya memintaku untuk menemaninya bermain entah-apa yang biasanya dia lakukan bersama Taehyung. Dan ketika aku mencoba menelepon Si Alien Tolol itu, ponselnya tidak aktif. Dan akhirnya aku menyerah. Aku meninggalkan buku partiturku untuk menemani Kucing bermain di halaman. Walaupun sebenarnya yang kulakukan hanya duduk di kursi sambil melemparkan tongkat hitam yang kutemukan di bawah kolong tempat tidur Taehyung. Tapi, ehem, aku menikmatinya. Menemani Kucing memberikan sudut pandang baru buatku. Dan setelah selama setengah tahun melihat ada seekor anjing besar yang menyambut kepulanganku kalau Taehyung sedang tidak ada di rumah mulai membuatku terbiasa dengan keberadaannya.
Tapi kesalahan keempat Si Alien itu benar-benar membuatku marah.

 

Jungkook memainkan pianonya dengan hati-hati pagi itu. Ia ada ujian praktek dengan Mr. Spark siang ini. Bukan berarti dia belum siap, dia hanya ingin menciptakan melodi yang sempurna dan dia sama sekali tidak ingin melakukan kesalahan. Masalahnya lagu yang akan dibawakannya kali ini adalah lagu ciptaannya sendiri, dan dia ingin memberikan kesan pertama yang baik. Kalau Mr. Spark menilainya bagus, itu akan sangat berarti.

Sembari menggerakkan jari-jarinya dengan lincah di atas tuts-tuts pianonya, Jungkook mengamati partiturnya, kembali meneliti tiap detail suara yang dikeluarkannya. Ia sudah memainkan lagu ini berkali-kali dan untungnya ia belum menemukan satu kesalahan pun. Jungkook menyeringai puas dan membalik halaman buku partiturnya, bersiap memasuki bagian klimaks dan antiklimaks lagunya.

Deg.

Jari-jarinya membeku di atas tuts piano. Halaman. Partiturnya. Hilang.

Jungkook menyambar buku partiturnya dan mengamatinya dengan seksama, takut kalau-kalau ia salah menulis di halaman lain. Tapi ketika ia sudah membolak-balik keseluruhan bukunya hingga lima kali dan tidak menemukan sepuluh halaman terakhir yang berisi klimaks dan ending lagunya, emosinya memuncak. Ia mengutuk pelan dan kembali memelototi bukunya seakan dengan begitu sepuluh halaman terakhirnya akan kembali, dan saat itulah ia menyadari ada bekas sobekan di bukunya. Tangan Jungkook bergetar, emosi mengusai dirinya. Ia melirik aroljinya. Tinggal dua jam lagi sebelum ujiannya mulai. Kalau diperhitungkan dengan lama perjalanan yang ditempuhnya dari apartemennya ke kampus, waktunya hanya tinggal satu jam lima belas menit. Tidak cukup untuk menulis ulang semua bagian yang hilang.

Jungkook menggeram marah dan mengurut keningnya frustasi. Siapa yang telah berani mengambil halaman partiturnya? Sepuluh halaman yang merupakan penentuan hidup matinya di hadapan Mr. Spark hari ini?

Jungkook memasukkan buku partiturnya ke dalam tas dan menghambur keluar kamar, mendapati Taehyung yang sedang bermain dengan Kucing di ruang tengah. Ia tidak ada kuliah hari ini.

"Taehyung, kau…" Jungkook tadinya hendak menanyakan pada Taehyung apa ia melihat sobekan partiturnya ketika mata hitamnya menangkap pemandangan mengerikan di ruang tengah. Kucing sedang bermain-main dengan bola-bola kecil yang terbuat dari kertas. Jungkook membelalak dan tanpa mempedulikan seruan Taehyung maupun gonggongan Kucing, ia mengambil salah satu kertas yang sewarna dan setekstur dengan halaman partiturnya, dan membukanya. Pupilnya makin melebar ketika ia menyadari itulah halaman yang hilang.

Jungkook mengalihkan pandangannya ke Taehyung yang balas menatapnya dengan tampang penasaran.

"Darimana kau mendapat ini?" suara Jungkook merendah. Kesabarannya sudah habis.

Taehyung yang tahu kalau Jungkook sedang marah besar tampak sedikit menciut. Ia merengkuh Kucing ke dekatnya. "Eh, entahlah…" jawabnya pelan. Tapi ekspresi Jungkook setelah mendengar jawabannya membuat Taehyung merasa kalau ia harus mengatakan penjelasan lain. "Kertas-kertas itu sudah berserakan waktu aku datang, dan untuk membuat Kucing senang aku membuatnya jadi bola-bola kecil…" Wajah Jungkook tanpa ekspresi, tapi Taehyung tahu dari kedua tangan Jungkook yang terkepal kalau suaminya itu sedang menahan diri untuk tidak mencekiknya.

Jungkook menghela napas, berusaha mengerem emosinya. Sekarang tak ada waktu untuk memberi pelajaran pada Si Alien Tolol ini. Ia harus mengejar waktu untuk ujiannya. Jungkook berjongkok dan mulai mengambil semua sisa-sisa dari partiturnya dan memasukkannya ke dalam tasnya. Dan tanpa sepatah katapun, ia meninggalkan ruangan.

Taehyung masih bergeming di ruang tengah, tangan kanannya mencengkram ban leher Kucing. Anjing hitam itu juga sama sekali tidak mengeluarkan suara, hewan berinsting tajam itu tahu kalau sekarang adalah saat yang genting.

Dan baru pertama kali dalam hidupnya, Taehyung merasa kalau dia adalah orang paling tolol sedunia.


Jungkook mendudukkan diri di belakang setir mobilnya, masih berusaha meredam emosinya dengan mengatur napasnya. Kedua tangannya mencengkram setir erat-erat. Setelah yakin ia takkan secara acak menusuk orang yang lewat di dekat mobilnya untuk sekadar meluapkan emosinya, ia melepaskan tangannya dari setir dan mulai mengeluarkan kertas-kertasnya yang sudah kucel dari dalam tasnya. Dengan kesabaran tingkat tinggi, Jungkook meratakan kertas-kertas itu dan memasukkannya ke dalam buku partiturnya.

"Sialan…" gumamnya. Ia juga merasa tolol kenapa tidak menyalin not-not balok itu di tempat lain. Semoga Mr. Spark bisa menolerirnya untuk melaksanakan ujian dengan partitur yang terlepas dari bukunya dan kucel. Dan semoga Mr. Spark memberinya waktu untuk menyalinnya sebelum diserahkan.

Setelah semuanya tertata dengan rapi, Jungkook kembali memasukkan bukunya ke dalam tas dan menyalakan mesin mobilnya ketika seseorang mengetuk kaca pintu mobilnya. Taehyung.

Jungkook hanya melirik Taehyung yang memasang tampang khawatir dan tidak enak, dan langsung memacu mobilnya, tak peduli Taehyung masih berada dekat dengan bodi mobil dan itu bisa membuatnya terpelanting. Ia benar-benar membenci cowok alien itu. Jungkook melirik spion dalam mobilnya dan mendapati Taehyung masih berdiri di tempatnya semula, memandang mobil Jungkook dengan ekspresi yang tak kelihatan karena terlalu jauh dari jarak pandang Jungkook. Jungkook menginjak pedal gasnya makin dalam, berharap semoga dua tahun cepat usai.


"Kau kelihatannya sedang tidak enak badan, Jungkook," komentar Mr. Spark begitu ia masuk ke ruang ujian dengan tampang masam.

"Saya baik-baik saja, Sir."

Mr. Spark memandang Jungkook tak yakin. "Kau murid terbaik yang aku punya. Aku tak ingin emosimu membuatmu gagal dalam ujianmu."

Ia menarik napas pelan. "Tidak masalah, Sir. Saya baik-baik saja," Ia meyakinkan, mendudukkan diri di belakang grand piano di tengah ruangan yang menghadap Mr. Spark dan menyenderkan buku partiturnya sejajar dengan matanya. "Sir?" panggil Jungkook. Mr. Spark mendongak dari clipboard-nya. "Karena insiden kecil, saya tidak bisa mengumpulkan partitur saya sekarang, jadi saya minta tambahan waktu sampai sore ini untuk menyerahkannya."

Mr. Spark tersenyum pada anak didiknya. "Tidak masalah, tidak masalah. Yang penting kau ujian sekarang. Partitur bisa menunggu."

Jungkook mengangguk dan mulai menekan tuts piano di hadapannya. Semua emosinya bagaikan terserap lenyap. Ia mulai menikmati tiap alunan nadanya dan membiarkan dirinya terbuai ke dalamnya. Yang ada di otaknya sekarang hanya lagu itu. Ia membiarkan emosinya sedikit bermain di beberapa nada, dan itu membuat lagunya sedikit berbeda daripada yang seharusnya, tapi ia menyukai hasilnya. Jari-jari pucatnya bergerak lincah di atas tuts, tanpa melakukan kesalahan sedikitpun. Ia mulai memejamkan matanya, membiarkan feeling-nya mengalir…

Jungkook menekan tuts paling ujung, mengakhiri seluruh lagunya. Ia mengerjap satu kali, menatap kosong ke depan. Tepuk tangan Mr. Spark terdengar seperti berasal dari permukaan air sementara ia berada di dalam air. Ia yakin… ketika ia memejamkan mata tadi… ada nada lain yang diputar di otaknya dan itu adalah… 'biola Taehyung…?'

"… kook? Jungkook?"

Jungkook terhenyak. "Ah, maaf, Sir?"

Mr. Spark tersenyum geli. "Kupikir tadi kau kerasukan Beethoven atau apa. Permainanmu brilian sekali! Aku belum pernah mendengar nada yang terdengar begitu murni seperti tadi. Sangat inspiratif. Musik seperti itulah yang akan mengubah dunia. Dan begitu mendengar nada pertamamu tadi, aku langsung gatal ingin menulis lirik untuk lagumu."

Jungkook mengangguk, tanda berterimakasih atas pujian dosennya itu.

Mr. Spark berdecak. "Kalau digabungkan dengan vokal yang kuat dan sedikit sentuhan biola, akan jadi sempurna. Aku menunggu partiturnya sore ini di kantorku," kata Mr. Spark lagi seraya bangkit dari kursinya. "Ah, dan tentu saja kau lulus ujian dengan nilai sempurna," tambahnya.

Jungkook bangkit dan membungkuk pada Mr. Spark ketika beliau meninggalkan ruangan. Ia menyeringai puas ketika Mr. Spark sudah pergi dan memasukkan buku partiturnya ke dalam tas. 'Tentu saja, bagaimana mungkin halaman yang hilang mengacaukan ujianku?' batinnya sambil keluar dari ruang ujian.

Jungkook memutuskan untuk duduk di rumput di bawah sebuah pohon besar yang cukup rindang untuk menyalin partiturnya. Daun-daun berguguran dari atasnya. Ia mengeluarkan pensil dan buku partitur baru dan mulai menyalin, mengabaikan suara 'cklik cklik' dari kamera para fotografer di sekelilingnya. Ia baru menulis setengah halaman ketika ingatannya melayang ke suara biola Taehyung yang tadi diputar di otaknya ketika ia ujian, dan ujung pensilnya berhenti bergerak.

Jungkook menatap deretan not balok di hadapannya. Sebenarnya bukan pertama kali ini suara biola Taehyung menghantuinya, ia juga membuat lagu ini dengan membayangkan kalau Taehyung mengiringinya. Entah sejak kapan gesekan dawai yang dihasilkan Taehyung begitu mempengaruhinya. Ia menggeleng pelan dan melanjutkan pekerjaannya.

Jungkook sudah kembali terbenam ke dalam rangkaian not baloknya yang rapi dan hendak mulai menulis untuk bagian reff ketika sesuatu yang hangat menyentuh bahu kirinya. Ia menoleh dan mendapati Taehyung sudah membungkuk di sebelahnya, menempelkan satu cup kopi hangat ke bahunya sementara dia sendiri memegang satu. Senyumnya mengembang begitu Jungkook menoleh ke arahnya.

"Apa maumu?" sentak Jungkook. "Jangan ganggu aku. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya."

Tapi bukannya pergi Taehyung malah mendudukkan diri di sebelah Jungkook dan meletakkan dua cup kopinya di atas rumput. Suara 'cklik cklik' kamera terdengar lebih ramai dari sebelumnya.

"Aku sangat menyesal untuk buku partiturmu. Aku minta maaf. Kalau sebelumnya aku tahu yang disobek Kucing itu adalah halaman penting milikmu, aku pasti akan mencegahnya. Maafkan aku," ucap Taehyung, menunduk memandang kakinya. "Itu salahku, jadi kau jangan marah pada Kucing. Marah saja padaku."

Jungkook yang tadinya berniat mengabaikan semua omongan orang di sebelahnya ini langsung mengurungkan niatnya. Walaupun ia sama sekali tidak memandang atau merespon Taehyung, tapi ia mendengarkan.

"Mulai sekarang aku berjanji akan menjauhkan Kucing darimu atau dari barang-barangmu. Aku akan menjaganya dengan baik. Maafkan aku," tambah Taehyung lagi. "Atau mungkin lebih baik aku menitipkannya pada Jimin agar—"

"Sudahlah," potong Jungkook. Ia masih ingat ia sangat marah pada Taehyung dan hewan peliharaannya beberapa saat lalu, tapi sekarang semuanya sirna.

Taehyung memandang Jungkook.

"Kau tak perlu minta maaf. Bukan sepenuhnya salahmu. Aku juga seharusnya membuat salinannya," akhirnya Jungkook menanggapi. Ini sama sekali bukan sifatnya dan Taehyung tahu itu, tapi Taehyung sama sekali tak bisa berkomentar tentang Jungkook yang mendadak lembut dan pemaaf begini karena dia sangat terkejut. Bahkan Jungkook pun merasa sedikit janggal.

"Jadi aku dimaafkan?" Taehyung memastikan, takut kalau kata-kata halus Jungkook barusan merupakan awal dari perintah semacam "bunuh Kucing" atau "kuliti Kucing" atau "terjun saja kau dari atap LACM" dan lain sebagainya.

Jungkook kembali melanjutkan tulisannya. "Ne."

Taehyung nyengir lebar yang tertangkap oleh ekor mata Jungkook. Ia menyodorkan salah satu kopinya ke Jungkook. "Ini, sebagai tanda permintaan maafku."

Jungkook memandang kopi itu selama beberapa saat sebelum akhirnya menerimanya.

"Semoga dua tahun ini cepat selesai!" kata Taehyung, membenturkan cup kopinya ke cup Jungkook pelan.

Dan saat itulah Jungkook menyadari adanya sedikit kontra di otaknya.


Bersambung....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
deuthie
#1
Chapter 14: Author aku udah baca ff ini lama bgt pengen komen tapi harus login, sekarang baru buat akunnya hehe...
aku suka sama ceritanya bagus dan detil banget ngejelasin soal musik huhu tapi kenapa sad ending ya? sedih si jk gitu amat.. cuma aku agak bingung sama pas bagian junghyun-nya ku pikir dia punya maksud terselubung /? sama si taehyung tapi ternyata pas dia balik ke korea gak ada apa2 lagi .-.
yep_permata #2
Chapter 14: Kok sedih akhirnya :((((
yep_permata #3
Chapter 5: yeayyyy semoga kuki hatinya terbuka buat tae segera hihi
veetaminbee #4
Chapter 3: halloo authornimmm ^^
aku baru nemu ff nya jadi aku review di updatean terakhirnya yang ini/?
suka banget ff nya, jalan ceritanya juga, hm apa nanti mereka bakal melanggar kontrak? iya dong yakan xD tapi kalo keluarganya jungkook malah setuju gimana._. penasaran kan, ditunggu kelanjutannyaaa
yep_permata #5
Chapter 3: Next chapt pleasee