Tidur dan 4 kalimat.

Escape

Awan hitam menggebu menyapu langit malam yang awalnya berwarna abu-abu. Cahaya kilat mengagetkan diikuti 3 detik setelahnya bunyi yang cukup mencekam membuat siapa saja yang mendengar dergidik ngeri. Ya. Hujan disertai salju pertama di tahun ini.

Jinri merebahkan tubuhnya di sofa hitam besar milik Sehun. Seusai sesuatu tadi yang mereka alami, Jinri masih dengan tingkah canggungnya tak berani menatap Sehun. Ia malah menatap tv dengan tak serius sesekali memandang kosong ke arah pintu kamar. Sehun masih cuek mengetik dokumen-dokumen yang ia garap dari sekitar 3 jam lalu. Jam memutar jarumnya membuat waktu yang tak terasa di dinding putih tersebut. Tak terasa sudah pukul 11 malam.

"Kau tidur di dalam, di kamarku dulu saja. Nanti aku menyusul." Penekanan pada kata menyusul membuat bulu kuduk Jinri bangun dari tidurnya.

"Kalau kau menyusul, kau akan tidur dimana?" Tanya Jinri dengan sedikit gugup.

"Disebelahmu." Enteng sekali jawabannya.

Jinri membelalakkan matanya, terkejut akan perkataan Oh Sehun.

"Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Jangan baper. Dan jangan lupa besok kita akan ke kuil." Suara itu lagi keluar dari mulutnya.

"Baiklah." Jinri menjawab diselingi langkahan kaki menuju kamar Sehun.

Ia baru sadar ternyata kasur dihadapannya hanya berukuran 1 x 2 meter atau kasur single. Jinri menggigit kuku jarinya yang baru saja tumbuh. Dalam diam ia meraih selimut tebal berwarna hijau dan menutup bagian tubuhnya sampai dada. Ia mencoba menutup mata, tetapi hasilnya nihil.

Awan hitam rupanya tidak berdusta hari ini. Hujan lebat disertai salju yang mulai mencair malam itu menambah rasa gelisah dan takut, terutama terhadap pembencinya. Tolong masukkan Jinri dalam daftar pembenci hujan lebat yang berdampingan dengan suara kilat tersebut. Ia mengantuk tetapi tak bisa tidur, ia mencoba memejamkan kembali matanya untuk ke sekian kali di malam gulita itu.

Ia mengecek jam yang ada di dinding kamar, 00:35. Sehun rupanya masih berkutat pada pekerjaannya. Jinri memutar badannya ke kanan kiri tak beraturan. Mengapa mata indah ini tak kunjung menutup?

Menyerah.

Mungkin setidaknya jika ada teman disampingnya, mata indah maaf- mata sialan ini mau merekat.

Jinri dengan langkah tertatih dan ragu-ragu tak pasti terpaksa keluar dari kamar yang mayoritas berbalut warna hijau pastel dan putih ini. Suara kecil dari terbukanya pintu membuat Sehun mengernyit kearah sumber suara.

"Mengapa tidak tidur?" Lagi lagi dan lagi, ucapannya dingin sambil mengetik di laptop Apple yang membuat Jinri ingin melempar laptop itu sampai rusak.

"A-a-ku tidak bisa tidur. Aku takut." Tidak seperti biasa Jinri yang pantang tidak berani, cuek serta tak acuh malah sekarang luluh dan lemah karena hujan lebat.

Respon yang mengejutkan dan mengagetkan terlihat dari Sehun. Ia diam dan setannya, masih mengetik. Jinri menyerah dan kembali ke kasur, sadar akan tingkah Sehun yang berubah 180' setelah ciuman mereka. Jinri menutup pintu dan segera merebahkan tubuhnya kembali.

Selang 10 detik setelah Jinri menutup pintu kamar itu, Sehun melepas kacamata frame hitam yang tak tahu sejak kapan ia memakainya yang menambah y dirinya malam ini. Sehun menggosokkan tangannya ke arah wajahnya dengan kasar. Rona merah terpampang di wajahnya jelas hasil gosokan tersebut. Sehun dengan mengejutkan lagi ia menshutdown laptopnya seketika, menutupnya dan meletakkan nya di meja dekat sofa. Ia menuju kamar tadi yang Jinri masuki.

Jinri yang di dalamnya memeluk guling dan menenggelamkan wajahnya disana, refleks memandang ke arah Sehun yang memakai kaos putih polos dan celana joger hitam. Sunggingan kecil terlihat dibibir keduanya. Sehun meraih selimut di hadapannya. Wajah lonjongnya memandang Jinri. Tangannya dengan lembut meraih tubuh ramping Jinri. Dekapan bagai tanaman yang merambat di pagar-pagar, tak mau dilepaskan. Jinri kembali melotot ke tak terhitung kali karena tingkah lelaki bertinggi 184cm diseberangnya. Wajah Jinri tenggelam di dada bidang Sehun, bukan guling putih tadi. Sehun memejamkan matanya, diikuti wanita disampingnya.

 

.

 

Hiperbolis lah salju yang turun hari ini. Tak ada litotes yang menggenang. Suhu ekstrim menerjang negara ginseng ini. Yang biasanya sekitar 10 sampai 7' berganti menjadi -2'. Tidur-tiduran, atau bermalasan sambil menyeruput kopi hitam adalah pilihan yang tepat untuk hari ini. Ya walaupun begitu, mungkin hal seperti ini harus di tunda dulu karena hari ini hari Minggu, hari beribadah. Jinri dan Sehun adalah seorang Mahayana, yang akan memuja, yang akan sembahyang.

Setelah menyeruput air putih hangat, Sehun bergantian mandi dengan Jinri. Jinri menggunakan pakaian bekas Ibu Sehun yang sudah di cuci oleh Soojung 2 hari lalu sebelum kepulangannya. Dengan pakaian blouse putih sedikit kebesaran disertai celana panjang hitam formal, Jinri menyisir rambutnya dengan sisir yang ia sengaja letakkan di tasnya. Sedangkan Sehun menggunakan kemeja hitam bergaris putih di lengannya dan celana sutra.

Lelaki itu mengambil persediaan dupa 3 pack yang masing-masing berisi 10 batang. Ia mengambil beberapa bunga, lilin, buah-buahan, daun teh, air putih serta beberapa alat-alat lainnya yang kira-kira cukup untuk memuja hari ini. Mereka juga akan mengunjungi makam para leluhur di kuil. Sehun meraba kantongnya memastikan korek yang sengaja ia taruh di saku tidak ketinggalan.

Jinri yang sudah siap dengan pakaiannya meraih tasnya. Sehun menyunggingkan bibirnya dan keluar apartemen.

Belum ada perkataan maupun kalimat yang di lontarkan hari ini. Tak ada celotehan yang biasanya keluar dari mulut Jinri. Padahal biasanya akan mengomel jika sedang digodai Sehun atau mencari pembicaraan lain. Mereka larut dengan pikiran masing-masing.

Mereka mengendarai mobil sport milik Sehun, dengan Sehun di kemudi dan Jinri di penumpang. Jinri dengan barefacenya, bekas tadi pagi dicuci memandang kota dengan senyum kecilnya. Ia selalu membenci musim dingin. Musim dingin adalah saksi keluarganya terbuang. Yang memaksa ia harus pindah ke Seoul dan dirawat Bibi Sun. Walaupun Bibi Sun sudah kembali ke Busan, tempat tinggalnya, yah tapi tetap saja.

Sejak umur 10 tahun saat kelas 5 Sekolah Dasar, Jinri dengan terpaksa harus pindah ke Ibukota, Seoul. Keluarganya yang kekurangan ekonomi otomatis kekurangan untuk membiayai hidup mereka. Ibu Jinri adalah orang asli Busan, sedangkan ayahnya Daejeon. Saat menginjak Sekolah Menengah Pertama ia kembali pindah ke Daejeon, tuntutan pekerjaan barunya. Hingga ia harus kembali ke Busan, menjadi gelandangan buangan dari ayah darah dagingnya sendiri.

Mengingat masa kelamnya ia kembali tersenyum kecut sekaligus pahit. Mengenaskan. Ya. Sangat. Persetan apa yang membuat masih ada orang yang mau dekat dengannya. Seusai bergelut pada pikirannya sendiri, kuil menampakkan adipuranya. Terlihat tulisan besar dengan hangul yang artinya,

"Temukanlah kebahagiaan disini."

Sehun mencopot seatbelt diikuti dengan Jinri yang masih blank. Wanita  itu sadar ketika tangan Sehun menyentuh pundaknya pelan. Jinri hanya membalas dengan gumaman dan langsung keluar dari mobil.

Banyak jemaat-jemaat yang sudah datang di sana dan menduduki altar untuk melakukan puja serta doa-doa ringan. Biksu yang bermayoritas memakai pakaian emas memasuki altar memimpin mereka berdoa.

 

.

 

Seusai melakukan ritual keagamaan, Sehun dan Jinri berjalan memutari kuil.

"Apa kau yakin kau tak mau berbicara apa-apa hari ini?" Sehun melegakan napas, kalimat pertama pada hari ini.

"Apa kau yakin kau tak mau berbicara apa-apa hari ini?" Dengan senyum tipisnya Jinri bertanya balik ke arah Sehun.

Sehun hanya membalas dengan seringai kecil masih tetap berjalan tanpa menatap wajah wanita disampingnya.

"Eung, aku ingin ke makam pamanku di belakang kuil, apa kau tidak keberatan menungguku?" Ujar Sehun tiba-tiba disertai memegang tengkuknya.

"Baik, aku akan menunggumu." Jawab Jinri mantap.

Mereka akhirnya memutar arah menuju daerah belakang kuil, memenuhi kemauan Sehun.

Ternyata di tangannya masih ada sisa 3 batang dupa sisa dari puja yang ia lakukan. Sepertinya memang sengaja ia sisakan. Batin Jinri, sambil melihat tangan kanan yang putih milik Sehun.

Tak sampai 5 menit, mereka sudah sampai di belakang kuil. Terdapat ruangan kecil yang berdominasi warna emas dan putih mengelilingi dekor ruangan, beberapa patung dan bunga segar menjadi pembuka ruangan tersebut.

Sehun memasuki ruang tersebut, sedangkan Jinri menunggunya di luar. Lelaki itu berjalan menuju sudut ruangan dengan sepatu hitam yang terpasang di kakinya. Ia mengeluarkan dupa yang ia masukkan dalam kresek diiringi dengan menyalakan korek di tangan kirinya. Asap dari dupa seketika  bergeliut liar memenuhi ruangan. Yang seketika sudut ruangan itu lembab menjadi semerbak harum. Walapun dipenuhi halaman depan dipenuhi bunga, tetapi tak dapat mengobati sudut ruangan berbau masam. Ia menancapkan dupa tersebut di makam yang bisa di bilang berbentuk kotak kecil berisi guci yang di dalamnya berisi abu. Disamping guci tersebut, ada foto paman Sehun bersama keluarga kecilnya.

-Jung Kyungsoo-
Beristirahat dengan tenang.
1965-1995

 

.

 

note: 


(mungkin ada kata-kata yg tidak di mengerti.)

Mahayana: Salah satu aliran besar agama Buddha yang mayoritas di Korea Selatan.

Hiperbolis: Lebih/ besar.

Litotes: Kecil.

Dupa: Bentuk fisiknya hampir sama dengan kembang api, tetapi berwarna hitam dan ungu/kemerah-mudaan. Jika di bakar berbau wangi, digunakan untuk ritual puja.

 

AAAAAAA!!!! BAHAGIALAH PARA ARCADIANS HOEE, kai sama krystal beneran dating wkwkwk. tbh saya ngeship mereka dari jaman yang namanya kai-krystal masih gak ada huuuu, nyari ff nya susah, wkwk. malah taun ini mereka photoshoot bareng (taemin semacam 3rd road ya, kasihan) berita dating bareng, diumuminnya pas april fools lagi wkwk.

sebenernya udah kapan itu mau di post tapi gak sempet terus hmmzzz. special sesul chapter, dan mungkin chapter berikutnya konflik sudah akan dimulai. maaf chapter kali ini kebanyakan narasi wkwk. comment subs ya. tq

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 2: Kabur weh mereka akhirnya. Jongin broken english banget bhak:v pas dialog sama vict kok bawaannya jadi ngakak ya? (Aduh. Maafkanaku)

Ff simpel dan panjang lah, lumayan. Aku dah lama nyari epep macam ini wkwkwk. Bikin kepo juga sih, akhir2 chap2 Kaistal malah nyasar ke busan terus ketemu sehun ._.) aku cengo, gabisa nebak2 lagi.
potatoria
#2
Chapter 1: Interaksi jongin sama soojung ucul banget wakakak
Lanjut baca ya~
Youklee #3
Chapter 5: Waaah main cium2 aja sih si jongin ini. Keep writing
dhedho
#4
Chapter 5: Wah makasi ya author buat double updatenya ^^
Jongin udh mulai brni cium" soojung nih hihi.. soojungnya jg udh suka sm jongin ... semoga pas balik ke rmh .. suho ga marah sm jongin.. jgn smpe kalo jongin dipisahin sm soojung >o<

Mereka udh kyak psangan nikah aja tuh hihi.. jongin yg kerja, soojung yg dirumah ^O^

Ditunggu lanjutannya ya author ^^
dhedho
#5
Chapter 3: Hehe akhirnya update baru dr author ^^ skrg jongin sm soojung tmbah dkt nih ^O^ semoga suho appa merestui anaknya sm jongin huhu..
Trs itu ada sesul moment jg.. hehe moga" jinri bisa jd tmn dkt sm soojung , biar mereka berempat hdup bareng aja gpp deh haha \(^O^)/
Ditunggu lanjutannya ya authornim ^^
dhedho
#6
Chapter 2: Akhirnya update jg ^^ thanks buat new updatenya author.. setuju jg kalo judulnya dignti.. pas kok sm isi ceritanya hehe... um kalo sehun mau dipairing sm spa ya.. sulli aja deh hehe jd biar soojung jg pnya tmn dkt cwek hehe
Ditunggu lanjutannya ya author ^^
dhedho
#7
Chapter 1: pertemuan pertama ga galak" bgt si soojung hehe semoga kedepannya lancar aja sm jongin, jd bisa dkt mereka (^.^)
affexions
#8
Chapter 1: update soon please^^
affexions
#9
this is interesting!! please update soon:))
dhedho
#10
Yup, looking forward for this.. (^-^)