Flashback.

Escape

.flashback.

"Nomor antrian, 107 silahkan masuk."

Dengan wajah gugup dan tegang perempuan berawakan tinggi itu memasuki ruang ber ac sambil membawa tas kecil di bahunya. Ia akan di wawancara atas lowongan pekerjaan baru yang siap ia terima kelebihan maupun kekurangannya.

"Pendidikan terakhir anda, SMA?" Ujar salah satu karyawan yang menyeleksi pekerja baru di Casino berukuran besar itu.

"Ya." Jawab Jinri mantap walaupun merasa ada singgungan di perkata yang dilontarkan karyawan berkemeja berwarna kuning yang menanyainya.

"Apa misi-visi anda jika anda di terima di Casino ini?"

"Saya tidak mempunyai visi dan misi tetapi saya berusaha untuk loyal dengan perusahaan tempat saya bekerja." Jinri merapikan kemejanya dan mendesah halus.

Karyawan itu memandangi Jinri sebentar tanda ketidaksukaan akan jawaban Jinri. Ia membolak-balik dokumen wanita tersebut mencari ada yang menarik atau tidak. Ternyata selain visual tidak ada yang menarik darinya.

*Tok tok tok...*

Terdengar suara pintu sedang di ketuk.

"Kopi untuk penyeleksi."

Terdengar suara dari balik pintu sana. Sepertinya seorang pelayan yang akan memberikan minuman.

"Ya silahkan masuk." Ujar karyawan berumur 30 tahunan berkemeja kuning yang menanyai Jinri tadi.

Pelayan itu dengan perlahan menaruh kopi di meja kayu berlapis kaca. Meskipun sudah perlahan menaruhnya masih sedikit ada cairan hitam keluar dari cangkir itu. Lelaki berawakan pendek itu keluar dari ruangan setelah membungkukkan badannya.

"Baik, Nona Choi, anda bisa keluar dari ruangan saya." Karyawan itu berujar dengan ketus sambil menutup berkas Jinri dan menggantinya dengan berkas yang lain.

"Ya, terimakasih." Jawab Jinri pesimis, akibat ucapan bernada mengusir yang di katakan oleh calon atasannya itu.

Mereka berjabat tangan, mata Jinri tidak memandang mata lelaki itu melainkan kopi yang diantarkan pelayan tadi. Ia masih merasa sakit hati akan perlakuan lelaki di hadapannya.

Setelah berjabat tangan, Jinri mengeluarkan sapu tangan dari tasnya lalu mengelap meja yang terkotori oleh tumpahan kopi tadi. Pewawancara itu memandang heran akan sikap Jinri yang disambut ujaran oleh Jinri.

"Agar lebih bersih." Singgungan kecil di keluarkannya dari bibir.

Jinri memasukkan saputangannya kembali ke tas berukuran kecil itu, lalu menunduk 90' tanda pamit untuk pergi.

 

 

.

 

 

"107.... 107....."

Tak terasa sudah 2 hari setelah proses wawancaranya itu. Walapun ia pesimis tapi tidak ada salahnya Jinri mengecek apa namanya berada di daftar karyawan yang di terima di website resmi casino itu.

Dengan mata melotot ia menjumpai angka 107 dari 5 peserta yang di terima. Jinri tersenyum lebar dan mengguling-gulingkan tubuh tingginya di kasur. Ia tak jadi pesimis malah semakin optimis untuk memulai pekerjaan barunya. Tak selang dari 2 jam setelah pengumuman tersebut Tuan Namjoon mengiriminya sebuah pesan.

From: CP Casino.

Selamat Nona Choi, anda telah lulus seleksi karyawan baru kami. Anda sudah dapat memulai pekerjaan anda minggu depan.

To: CP Casino.

Terimakasih informasinya Tuan, saya akan bekerja keras.

Jinri menjawab pesan itu dengan senyum sumringah. Ia meremat handphonenya. Senyum itu menyebabkan matanya terlihat eye smile yang barang siapa melihatnya akan terpana.

 

 

.

 

 

Hari ini mulai lah pekerjaan baru Jinri. Ia menggunakan pakaian biasa karena tau bahwa hari ini ia akan di beri seragam oleh perusahaannya. Ia berjalan kaki menuju pemberhentian bis. Ia akan berhenti di daerah Yeonggu tempat Casino berada. Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, Jinri berhenti di tempat pemberhentiannya. Ia merekatkan syalnya karena udara dingin perlahan mulai menembus pakaiannya. Jinri melangkahkan kakinya menuju lobby dan bertanya pada salah satu pengurus pelanggan yang berada di lobby.

"Nona, saya ingin bertanya, saya adalah karyawan baru disini dan di mana tempat yang harus saya tuju?" Tanya Jinri dengan sopan sambil menatap wanita yang berkisaran 30 tahunan tersebut.

"Anda bisa langsung naik ke lift dan ke lantai 3. Sepertinya anda terlambat 10 menit." Jawab wanita itu sambil mengetik di keyboard komputernya.

Jinri mebelalakkan matanya. Jinri mengucapkan terimakasih dan langsung segera menuju lantai 3. Ia melirik jam tangannya, 8:10. Haduh bagaimana telat di hari pertama? Mau segera di pecat? Jinri meruntuki kebodohannya karena tak mengecek waktu tadi. Dengan hati berdebar tak terasa sudah terdengar bunyi *ting* dari lift menandakkan Jinri sudah di lantai 3. Banyak karyawan bahkan semua karyawan menggunakan pakaian yang berwarna orange, putih dan hitam seperti pamflet yang kemarin ia lihat.

Semua orang memandanginya kecuali salah satu lelaki yang berjas hitam, sepertinya manager di casino ini. Lelaki itu membalikkan badannya dan menghadap ke arah Jinri. Tertulis di nametagnya, 'Mr. Kim Namjoon'

Ternyata orang yang mewawancarainya kemarin adalah Tuan Namjoon yang ia kirimi dan mengirimi pesan beberapa hari lalu. Dengan wajah kesal dan bernapas berat ia memanggil nama Jinri.

"Nona Choi, anda terlambat"

"Maafkan saya tuan. Saya berjanji akan bekerja keras. Maafkan saya." Jinri meminta maaf sambil menutup matanya, takut.

"Saya menerima kamu bukan dari segi pendidikan kamu ataupun latar belakang kamu. Saya memilih kamu karena rasa kepekaan kamu yang tinggi. Kamu adalah orang yang peduli hal kecil, tetapi hal seperti ini saja kamu sudah melanggar. Tolong berikan saya kepastian agar kamu tidak mengulanginya lagi." Ucap Tuan Kim Namjoon atau yang akrab di sapa Tuan Kim tersebut dengan nada ketus tak mau tahu.

Jinri tampak berpikir sebentar sebelum ia menjawab pertanyaan Tuan Kim.

"Saya akan datang 10 menit sebelum jam saya dimulai." Jawab Jinri mantap sambil menatap wajah manager casino tersebut.

"30 menit. Tak ada tawar-menawar."

Seperti menjawab tawaran yang akan dilontarkan Jinri, Tuan Kim sudah memutusnya terlebih dahulu.

"Baik." Jinri tersenyum terpaksa demi agar tidak keluar pekerjaannya di hari pertama. Lain kali ia akan menjaga sikap maupun perkataannya di casino ini.

"Silahkan, Nona Lim antarkan Nona Choi untuk mengganti pakaiannya dengan seragam. 15 menit lagi sepertinya Tuan Oh akan datang, tinggalkan sementara pelanggan dan siapkan diri kalian untuk menghormati Tuan Oh. Ia adalah sponsor utama perusahaan kita." Namjoon berbicara sedikit keras agar anak buahnya mengerti.

"Baik." Jawaban yang singkat dari para dealer yang cukup untuk memuaskan untuk seorang Namjoon.

 

 

.

 

 

Para dealer berjajar lurus membuat sebuah jalan untuk Tuan Oh masuk. Ini perintah dari Tuan Namjoon. Mereka mulai belajar menunduk yang benar jika di hadapkan seorang Direktur seperti Tuan Oh. Mereka meninggalkan pelanggan mereka sementara untuk sekedar membungkuk memberi penghormatan, termasuk Jinri. Nona Lim yang ia kenal tadi ternyata memiliki nama depan Yoona. Dalam kurung waktu 30 menit saja, mereka sudah bercengkrama dan terlihat dekat.

Tiba saatnya Tuan Oh akan masuk, Namjoon memberikan aba-aba para dealernya untuk mulai membungkuk dan mengucapkan salam,

"Selamat Datang Tuan Oh."

Jinri tidak dapat melihat wajah Tuan Oh tetapi hanya dapat melihat sepatu yang dikenakannya. Sepatu bermerk mahal berwarna hitam Hush Puppies.

Jinri mendongakkan kepalanya setelah mereke selesai membungkuk. Tuan Oh terlihat memandangi penjuru casino. Mereka para dealer kembali ke tempat semula. Jinri yang dealer baru terpaksa menjadi dealer untuk permainan baccarat yang cukup mudah terutama di kalangan penjudi. Tuan Oh memandangi satu demi satu permainan dan terlihat tertarik akan permainan yang di stand by oleh Jinri. Tuan Oh membeli beberapa chips sebagai awal permulaan permainan, dari jauh Jinri menangkap wajah yang sangat amat tak asing baginya, Tuan Oh yang daritadi ia bungkukkan badannya adalah Oh Sehun. Lelaki yang membuatnya kesal beberapa waktu ini, dan ia rindukan sifat menyebalkannya. 

Jinri menundukkan kepalanya malu jika saat ini ia harus bertemu dengan lelaki yang memakai syal tebal itu. Ia hanya berdoa semoga Sehun tak lagi tertarik dengan permainan baccarat ini. Sehun sepertinya belum melihat wajah Jinri dan hanya fokus kepada chips yang barusan ia beli. 

  "Banker, 1 
Player, 1." Ucap Jinri dengan sedikit tenang.

Jinri melihat salah satu alis dari pelanggannya itu naik sebelah. Perlahan wajah lelaki bertinggi 184cm menaikkan kepalanya memandang wajah Jinri.

"Choi Jinri?" Ucapnya dengan rilkes tanda kekegetan sekaligus kebingungannya.

JInri hanya dapat menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan mata. Doanya 180' tak terkabul, mungkin Tuhan memberikan alasan lain untuk menolak- bukan, memberikan yang lebih baik. Ia masih tidak menjawab pertanyaan mungkin pernyataan yang jelas-jelas wanita dihadapannya adalah Choi Jinri.

Sehun dengan otomatis menarik lengan Jinri sedikit kasar, bingung mengapa ia bisa kerja di perusahaan yang Sehun sponsori. Ia membawa Jinri ke balkon yang lumayan jauh dari pusat casino. Semetara karyawan-karyawan disana memandang tak percaya dengan apa yang barusan mereka saksikan.

"Mengapa kau bisa bekerja disini? Kau menguntitku?" Ujar Sehun dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Kau gila? Untuk apa aku menguntitmu?" Jawab Jinri tak kalah menantang.

"Jadi untuk apa kau meminta alamat perusahaanku pada Taehyung?"

DEG!

Skakmat. Taehyung kurang ajar, aku sudah menyuruhnya untuk tutup mulut tetapi memang mulut embernya tidak berubah sejak SMA. Jinri hanya dapat membatin, menundukkan kepalanya sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Itu karena, Bibi Sun mengatakan jika kau sering mengunjunginya. Jadi aku penasaran apa yang kau lakukan pada bibiku."

DEG!

Sekarang giliran Sehun yang skakmat. Apakah ia harus jujur mengapa ia melakukan itu?

"Itu karena, aku- ak- aku hanya merasa kasihan padanya karena ia- ia hidup sendirian." Ungkapan Sehun yang terbata-bata menambahkan kecurigaan Jinri.

"Kau yakin?" Jinri menjawab sambil tersenyum miring. 

Sehun gelagapan yang tambah  diperparah angin dingin yang menghembus di sekitar balkon tersebut membuat kondisi Sehuin tidak stabil. Alamat penyakitnya akan kambuh. Ia hanya berdoa semoga ia tidak mimisan lagi. 

Ternyata Tuhan belum lagi mengabulkan doa hambanya. Tuhan hanya menunda bahkan memberikannya hal yang lebih baik.

Tes.. tes.. darah itu mengalir di hidung Sehun. Sehun merasakan tubuhnya seketika melemah dan pusing. Ia mengangkat kepalanya sambil sedikit menekan hidungnya pelan untuk mengurangi pendaharan.

"Sehun......"

Dengan refleks untuk kesekian kalinya di hari itu, ia merobek bagian bawah roknya. Ia gunakan untuk membasuh darah yang keluar di sekitar rahang atas Sehun. 

 

 

.

 

 

Karena hanya satu-satunya orang yang mengerti Sehun, Jinri disuruh atasannya untuk mengantar Sehun pulang. Ia membawa mobil sport itu ke arah apartemen Sehun. JInri sempat sedikit kesal mengapa tidak Sekertaris lelaki ini saja yang mengantarnya. Ternyat jawaban yang terduga datang dari mulut Namjoon, 

"Sekertarisnya sedang tidak masuk, dan demi agar casino ini mendapat respon baik dari perusahaan Tuan Oh."

Jinri sempat mengecek GPS Sehun memastikan rute yang benar. Ia mengikuti arah itu dengan teliti. Selama 20 menit perjalanan ia mengemudikan mobil mahal itu kini ia telah sampai di apartemen Sehun. Ia menemukan Sehun sedang tidur dengan tenang layaknya balita. Dengan tidak tega ia membangunkan yang bisa dibilang  bos perusahaannya itu.

"Tuan Oh. Bangun." Ia pun melototkan matanya, dan membuka sedikit mulutnya kaget, sejak kapan dirinya memanggil Sehun dengan Tuan Oh.

"Sehun!" Orang yang dipanggil menunjukkan tanda kehidupannya, dengen membuka matanya perlahan. 

Sudah cukup dengan peristiwa di casino pertemuannya dengan Jinri, ditambah lagi sekarang mereka berdua berada di mobil kesayangan di parkiran apartemennya. Sehun mengernyitkan dahinya dan melotot.

"Mengapa kau bisa berada di sini?"

"Aku membantumu bodoh!" Jawab Jinri lebih ketus daripada saat di balkon tadi.

Terpaksa, karena udara sudah mulai memasuki mobil Sehun, Sehun dengan wajah blanknya dan Jinri dengan wajah kekesalannya keluar dari mobil dan disambut hangat oleh pasangan, hm, Jongin dan Soojung dengan mata lebih terbelalak lagi daripada Sehun di mobil beberapa menit yang lalu.

 

Skenario terindah untuk hari ini.

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
potatoria
#1
Chapter 2: Kabur weh mereka akhirnya. Jongin broken english banget bhak:v pas dialog sama vict kok bawaannya jadi ngakak ya? (Aduh. Maafkanaku)

Ff simpel dan panjang lah, lumayan. Aku dah lama nyari epep macam ini wkwkwk. Bikin kepo juga sih, akhir2 chap2 Kaistal malah nyasar ke busan terus ketemu sehun ._.) aku cengo, gabisa nebak2 lagi.
potatoria
#2
Chapter 1: Interaksi jongin sama soojung ucul banget wakakak
Lanjut baca ya~
Youklee #3
Chapter 5: Waaah main cium2 aja sih si jongin ini. Keep writing
dhedho
#4
Chapter 5: Wah makasi ya author buat double updatenya ^^
Jongin udh mulai brni cium" soojung nih hihi.. soojungnya jg udh suka sm jongin ... semoga pas balik ke rmh .. suho ga marah sm jongin.. jgn smpe kalo jongin dipisahin sm soojung >o<

Mereka udh kyak psangan nikah aja tuh hihi.. jongin yg kerja, soojung yg dirumah ^O^

Ditunggu lanjutannya ya author ^^
dhedho
#5
Chapter 3: Hehe akhirnya update baru dr author ^^ skrg jongin sm soojung tmbah dkt nih ^O^ semoga suho appa merestui anaknya sm jongin huhu..
Trs itu ada sesul moment jg.. hehe moga" jinri bisa jd tmn dkt sm soojung , biar mereka berempat hdup bareng aja gpp deh haha \(^O^)/
Ditunggu lanjutannya ya authornim ^^
dhedho
#6
Chapter 2: Akhirnya update jg ^^ thanks buat new updatenya author.. setuju jg kalo judulnya dignti.. pas kok sm isi ceritanya hehe... um kalo sehun mau dipairing sm spa ya.. sulli aja deh hehe jd biar soojung jg pnya tmn dkt cwek hehe
Ditunggu lanjutannya ya author ^^
dhedho
#7
Chapter 1: pertemuan pertama ga galak" bgt si soojung hehe semoga kedepannya lancar aja sm jongin, jd bisa dkt mereka (^.^)
affexions
#8
Chapter 1: update soon please^^
affexions
#9
this is interesting!! please update soon:))
dhedho
#10
Yup, looking forward for this.. (^-^)