Chapter 8

Love, Love, Love (Bahasa Version)
Please Subscribe to read the full chapter

"Kau ada tamu, Luhan Ge."

 

Sekretaris Luhan menyambutnya dengan senyuman lebar di wajahnya. Luhan mengangguk padanya dan berlalu melewati pemuda ceria yang masih saja mengikutinya dan membacakan semua jadwal Luhan untuk hari ini. Butik Luhan—Happily Ever After—terletak dekat dengan Wangfujing, salah satu pusat perbelanjaan paling terkenal di Beijing. Tokonya tidak terlalu besar, tetapi itu sudah sangat cukup untuk Luhan. Bangunan tokonya berlantai tiga; lantai pertama adalah tempatnya menemui klien-klien dan partner-partner bisnisnya, juga ruang konferensi dan rapat, lantai dua berisi semua koleksinya, dan di lantai tiga ada ruangan Luhan dan juga ruangan karyawan-karyawannya. Luhan punya beberapa orang yang membantunya menjalankan Happily Ever After. Ada Chen, sekretarisnya yang ceria, yang baru saja menyambutnya dengan daftar panggilan tidak terjawab yang tiada habisnya juga membacakan jadwalnya setiap hari; ada Jacky dan Amber, kakak beradik sepupu Luhan yang bekerja padanya sebagai asisten designer khusus untuk gaun; ada juga Zhoumi dan Henry, asisten designernya untuk pakaian laki-laki; dan ada Yixing serta Jia, yang bertanggung jawab dalam pelayanan pelanggan. Zhoumi dan Henry, juga kakak beradik Jacky dan Amber, kuliah di jurusan yang sama dengan Luhan di kampus, sementara Chen adalah sahabat Luhan semenjak SMA. Jia adalah senior Luhan di SMA yang juga kebetulan adalah kekasih Chen, dan Yixing adalah tetangga Luhan. Mereka sudah saling mengenal bahkan sebelum mereka belajar cara berjalan atau berbicara. Tao si DJ radio juga merupakan sahabat Luhan sejak SMA, dan seringkali datang ke butik hanya untuk merepotkan Luhan atau flirting dengan Yixing (Luhan yakin ada apa-apa di antara mereka berdua tetapi tidak ada yang mau memberitahunya).

 

Luhan memulai karirnya sebagai asisten salah satu dosennya yang juga merupakan salah satu perancang busana paling terkenal di China. Pemuda ini adalah murid kesayangan dosen tersebut karena dia begitu cerdas dan kreatif. Ketika Luhan bercerita pada dosennya ini bahwa dia ingin membuat label dagangnya sendiri suatu hari nanti, dengan segala cara wanita ini membantunya. Di usia 20 tahun, Luhan sudah siap melebarkan sayapnya dalam bidang fashion. Gedung toko Luhan merupakan gedung milik kenalan dosen Luhan tersebut, dan karena dia tahu Luhan adalah murid kesayangan temannya, dia mau menyewakannya pada Luhan dengan harga rendah. Karyawan-karyawan Luhan, atau yang lebih suka dia sebut sebagai rekan-rekan kerjanya, pada awalnya bekerja untuk Luhan tanpa digaji. Label Luhan dikenal dari mulut ke mulut, dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya. Sekarang Luhan punya hampir 20 pelanggan setiap tahunnya dan terkenal sebagai salah satu perancang busana pernikahan terbaik di Beijing.

 

Luhan berjalan ke lift dan langsung menuju ke ruangannya, membuat Chen cemberut padanya. "Ge, aku baru saja mengatakan padamu kalau kau ada tamu."

 

Luhan menghela nafas seraya menjatuhkan dirinya ke kursinya yang sangat besar. Dia baru saja mengalami malam yang panjang; mendengarkan ocehan ibunya agar segera menikah dan punya kehidupan yang mapan, dengan kakaknya yang tidak membantu samasekali karena sibuk mengurus anaknya. Luhan tidak biasa diperlakukan seperti itu. Luhan sudah terbiasa diurus kakaknya. Bukannya dia sebal dengan keponakannya, tidak. Luhan sangat menyayangi anak itu. Tetapi dia terbiasa menjadi 'anak' kakaknya dan ketika Li akhirnya punya anak sendiri, semuanya berubah. Dan Luhan tidak siap dengan perubahan itu.

 

"Aku tahu, aku dengar. Tapi bisakah kau beri aku waktu sebentar? Aku sangaaaaaat lelah dan aku harus menyiapkan diriku sebelum bertemu dengan..siapapun tamuku."

 

"Okay," jawab Chen santai. Chen duduk di kursi di seberang meja Luhan, memperhatikan bossnya itu. "Kau baik-baik saja, boss?"

 

"Aku rasa," Luhan menjawabnya. Dia ingin menceritakan semuanya pada Chen. Dan Yixing. Hanya saja.. tidak sekarang. "Yixing sudah datang?"

 

"Tidak datang hari ini. Dia libur. Tapi the sisters, Henry dan Mi Ge ada. Dan Jia bilang dia akan sampai beberapa menit lagi."

 

"Kau dan Jia tidak datang bersama?"

 

Chen menggeleng. "Dia ketiduran. Aku rasa kami terlalu keras semalam. Dia—"

 

"CHEN! Too much infooooo!" Luhan berseru dan menutup kedua telinganya dnegan tangannya, membuat Chen tertawa terbahak-bahak melihat reaksinya itu.

 

"Oh ya, ngomong-ngomong, ada surat untukmu—" Luhan langsung tampak tertarik. "—seorang tukang pos.. sudah tua.. mengantarnya. Dia bilang kau biasanya tidak mengecek kotakmu hari Minggu begini. Katanya dia punya kunci kotak posmu."

 

Luhan tidak memperhatikan ucapan Chen selanjutnya. Dia sudah membuka surat yang disodorkan oleh Chen, nyengir seperti orang idiot bahkan sebelum membaca isi suratnya.

 

Dear Bambi the Little Deer, .

Wah wah wah, sayang sekali. Aku pikir kau segitu jatuh cintanya padaku sampai kau mau melakukan apa saja untuk bertemu dengaku. Tetapi tampaknya kita harus menunggu, cinta.

 

Cinta? Luhan mengerjapkan matanya, meyakinkan dirinya dia tidak salah baca. Apa Laxy benar memanggilnya itu? Cinta?

 

Sebagai seorang gentleman, aku akan menunggu. Kau boleh memutuskan kapan dan di mana kita akan bertemu. Aku hanya akan menolek ajakanmu kalau itu bentrok dengan jadwal kerjaku. Selain pekerjaan, walaupun ada gempa bumi terjadi di hari pertemuan kira, aku akan tetap datang untukmu. Hanya saja jangan pekerjaan. Aku tidak akan bisa mengajakmu ke restoran mahal kalau aku dipecat kan?

 

Luhan tertawa membaca pertanyaan itu.

 

Aku harap kau membalas surat ini secepatnya. Aku sangat bersemangat ingin bertemu denganmu.

LAXY GALAXY

 

p.s. kau mengambil kelas musik? Kirimkan aku karyamu. Atau paling tidak beberapa lirik buatanmu. Aku cukup kompeten untuk menilai tulisanmu, LoL

p.s.s. aku mengirimkan fotoku yang lain! Yaaaaaay!

 

Chen hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat Luhan begitu serius membaca surat tersebut. Dia tidak tahu dengan siapa Luhan sering bertukar surat, tetapi yang jelas orang itu membuat Luhan sedikit lebih santai dan tidak selalu tegang setiap hari. Chen memutuskan dia akan membiarkan Luhan sendiri dulu. Pemuda ini berdiri, mengambil iPadnya dari meja.

 

"Kau butuh sesuatu, boss?"

 

Luhan melipat surat yang sedang dia baca dan memasukkannya kembali ke dalam amplop dengan hati-hati, tidak sebelum terkekeh melihat Laxy ternyata mengirimkan foto masa kecilnya, dan menggelengkan kepalanya pada Chen. "Nope. Tapi tolong temani tamu kita sebentar ya, Chen. Katakan padanya aku akan segera turun."

 

Chen mengangguk dan beranjak keluar. Tepat sebelum dia menutup pintu, Chen mendengar Luhan bertanya, "Apa tamu kita punya nama, Chen?"

 

 

"Ne~! Wu Yifan," jawab Chen sambil menutup pintu, mengira-ngira apa benar dia baru saja mendengar the great Luhan menjerit seperti tikus.

 

 

 

 

Luhan memastikan pakaiannya sudah cukup rapi sebelum dia mengetuk pintu ruang konferensi dan membukanya. Matanya langsung membesar melihat pemuda yang berbalik untuk menghadap dirinya begitu dia masuk. Pemuda berambut madu ini harus menahan dirinya agar tidak meloncat menyerang orang di hadapannya itu dan menciumnya. Wu Yifan jelas adalah pria tertampan yang pernah dia lihat seumur hidupnya dan orang pertama yang bisa membuatnya merasa kalau dia memang sebenarnya manusia yang bias merasakan gairah dan perasaan aneh yang bahkan dirinya tidak tahu cara menjelaskannya. Membaca surat dari Laxy membuatnya merasakan perasaan aneh yang sama, tetapi berbeda karena Luhan belum pernah bertemu langsung dengannya.

 

"Yoh," Yifan mengangkat tangannya dan menyapa Luhan. Yifan tampak luar biasa tampan hari itu. Rambutnya sudah tidak terlalu terang, dia mewarnainya sedikit gelap, dan menyisirnya ke belakang dengan belahan yang sempurna di bagian pinggir. Pemuda itu memakai jas yang sangat formal, lengkap dengan dasi kupu-kupunya dan untuk melengkapinya dia memakai kacamata berbingkai tebal yang bertengger sempurna di hidungnya yang juga sempurna. Luhan tersenyum padanya, gugup. Dia menghampiri pemuda yang lebih tinggi darinya ini untuk meyalami tangannya. Yifan menerima uluran tangan Luhan, sedikit ka

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
alphabetkyu #1
Chapter 15: Happy endiing~~ ? yeiiyy
Akhirnyaaa sempet sedih juga mikir bakal sad ending tp ternyata enggaaa >< krishan bersatu yeiiyy!!!

Maaf authornim...baru komen di chap terakhir hehe soalnya penasaran bgt sama ceritanya .trus jg kalo komen di chapter2 sblmnya suka ga ke load lg ? hehe

Aku suka ceritanyaaa jjang ^^
churaphica #2
Chapter 15: yeayyy... happy ending

buat authornya daebakk.. mian baru comment di akhir, klo tiap chap comment dlu suka ga nyambung ke next chap nya \/ mianhae.. *bow 90°*

ikut nyesek lhoo pas yifan tau luhan - deer itu 1 org dan ternyata calon kakak iparnya.. but endingnya aku sukaaaaaaa akhirnya krishan bersatu..
gomawoyo.. hehe
sendulce #3
Chapter 15: aah pantes ada versi GDTOP nyaa~ soalnya berasa janggal klo dijadiin krishan. tapii sweeet bgt ceritanyaa~
ending yang bahagia untuk merekaa 👏👏👏
kannykim
#4
Chapter 15: Yeah.... happy ending ^^
Suka bgt sama ffnya, krislu so sweett bgt
Bikn krislu ld donk thor. Ak tunggu ya ^^
Fighting!
kannykim
#5
Chapter 1: Maaf baru koment tp aku suka bgt ama krislu dan seneng bgt ada yg bikin ff krislu ^^
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 1: Wow, bagus banget ceritanya. And this is my first time to read exo's fanfic^^
iamgalaxyboy #7
Chapter 15: yeay makasih udah nyelesain cerita nya thor wkwkw awal baca chapter ini nyesek eh akhirnya duh terhura :'v buat cerita lagi yg fanhan yak thor :D
tyfan9490 #8
Chapter 15: Ya ampun happy ending... Love love love
ditunggu karya epepselanjutnya ye :)
happyviruses92 #9
Chapter 15: baru baca ;;; tapi sekalinya baca langsung dihajar sampe tamat sampe nangis2 gara2 kesel sama kris TT-TT
aku merasa bersalah karena baru ngomen eon huhu
tapi keren bgt aku suka cerita teman penanya antimainstream bgt :'D
kalian emang maho sejati~~ hidup fanhan~~~ XD
keren eon~ kutunggu cerita2 lainnya fufufu XDD
chisss #10
Chapter 15: yei akhirnya update juga, bagus bgt aku tdak bisa komentar bnyak, ending yg bahagia