Chapter 5
Love, Love, Love (Bahasa Version)"Iya, iya, aku turun."
Luhan berkata kesal menjawab Seunghyun di telepon. Seunghyun adalah sepupu Luhan dari pihak ibunya. Bibinya yang merupakan adik dari ibu Luhan menikah dengan seorang pria berdarah Korea, dan mereka memiliki dua orang anak. Seunghyun bisa sangat mengesalkan kadang-kadang. Sepupunya itu tahu Luhan tidak suka keramaian, kecuali ketika mereka sedang clubbing, dan Seunghyun sudah mengizinkannya untuk tetap di dalam kamar tamu rumah Jiyong tempatnya menginap malam ini. Luhan sedang menonton sebuah acara kompetisi fashion di TV ketika Seunghyun menelepon ponselnya dan memintanya untuk turun. Katanya dia ingin Luhan bertemu dengan konseptor pesta pernikahan mereka, agar Luhan dapat menyesuaikan rancangan kostum pernikahan itu dengan konsep dekorasinya. Luhan berdiri dengan malas, melirik cermin di pojok kamar itu sekilas, memastikan penampilannya layak untuk acara di bawah. Dia tersenyum melihat bayangannya, puas dengan penampilannya. Luhan memotong rambutnya tadi sore. Jika sebelumnya rambutnya berwarna jingga kemerahan, sekarang rambut Luhan berwarna cokelat madu. Dia ingin tampil beda, jadi dia meminta penata rambutnya untuk memotong pendek rambutnya sehingga rambutnya bisa di-spike. Dia tampak oke meskipun hanya menggunakan t-shirt v-neck berpotongan rendah dengan oouter semi-jas hitam dan sepasang celana bahan berwarna biru muda. Dia tampak cukup rapi untuk sebuah pesta pertunangan.
Harus Luhan akui, pestanya sangat meriah. Banyak sekali tamu yang datang, dan Luhan kenal beberapa orang. Luhan dan Seunghyun sangat dekat karena Luhan memang tidak punya sepupu laki-laki lain selain Seunghyun. Dia mengenali beberapa orang teman Hyeyoon, kakak Seunghyun, juga beberapa paman dan bibi Seunghyun dari pihak, tetapi kebanyakan tamu yang hadir malam itu adalah tamu undangan Jiyong. Walaupun Luhan kenal cukup dekat dengan Jiyong karena Seunghyun sudah kenal Jiyong cukup lama, Luhan tidak pernah mengenal satupun teman Jiyong. Dia bahkan tidak mengenal satupun teman Seunghyun setelah SMA.
Luhan sedang berusaha menyeruak di antara sekelompok perempuan—yang dia tahu adalah teman-teman Hyeyoon—yang sedang berusaha flirting dengannya, ketika beberapa orang anak kecil menabraknya. Mereka tidak berhenti untuk melihat bahwa Luhan yang mereka tabrak sekarang jatuh terduduk, dan orang-orang di sekitarnya terlalu sibuk mengobrol untuk menyadari seseorang bertubuh mungil itu ada di lantai di antara mereka. Luhan berusaha berdiri, tetapi langsung kembali terduduk ketika merasakan rasa sakit di bagian tulang ekornya. Sial, pikir Luhan. This is not good. Luhan masih berusaha menahan sakit dan mengangkat tubuhnya ketika sebuah tangan terulur di hadapannya dan sebuah suara bertanya padanya, "Kau tidak apa-apa?"
Nafas Luhan berhenti ketika melihat pemandangan di hadapannya. Luhan tidak pernah sekalipun bereaksi seperti ini sebelumnya ketika melihat seseorang. Ia bekerja dengan model wanita tercantik dan pria tertampan setiap hari, tetapi tidak ada yang pernah berhasil membuatnya merasa seperti ini. Jantungnya berdegup kencang dan Luhan merasa kehangatan merayap dari lehernya menuju pipinya. Luhan tahu wajahnya pasti merona. Pemuda di hadapannya ini sangat.. lebih dari indah. Lebih dari tampan. Dia pasti lebih tinggi dari 180 cm. Tulang rahangnya sangat tegas, bibir unik yang entah kenapa mengingatkannya akan seekor burung—burung yang sangat tampan tentunya—hidung yang bentuknya aneh tapi lucu, tulang pipi yang tinggi, alis yang tebal dan naik di ujungnya (di mana aku pernah lihat alis ini sebelumnya ya? Luhan berusaha mengingat) dan sepasang mata yang tidak bisa dijelaskan keindahannya. Mata terindah yang pernah Luhan lihat seumur hidupnya. Tatapannya tajam dengan aksen smokey, bahkan rambut pirang pucat orang itu tidak bisa mengalahkan keindahan matanya. Luhan terpaku, masih menatap pemuda di hadapannya yang tampak bingung dengan reaksi Luhan, sampai seeorang merusak momen itu dengan berdehem keras.
"Jadi.. kalian sudah bertemu?" Luhan tersadar mendengar suara baritone Seunghyun. Dengan segera dia menguasai dirinya dan menerima uluran tangan si pemuda berambut pirang itu, yang langsung membantunya berdiri. Tidak ada percikan-percikan ketika tangan mereka bersentuhan, padahal Luhan sudah mengantisipasinya, tetapi Luhan menyukai bagaimana tangan pemuda yang besar dan hangat itu terasa pas menggenggam tangan Luhan.
"Uhm.. terimakasih, I guess?" Luhan akhirnya bersuara. Luhan berpura-pura membersihkan bajunya, hanya sebagai alasan agar dia tidak harus melihat kerumunan orang yang sekarang memperhatikan dia dan pemuda yang baru saja menolongnya. Seunghyun mengerti sepupunya ini gugup. Setelah Seunghyun meyakinkan se
Comments