Chapter 10
Love, Love, Love (Bahasa Version)10
Malam itu bagaikan blur bagi Yifan. Ia tidak dapat memfokuskan pikirannya pada percakapan yang berlangsung di sekitarnya. Nafsu makannya juga hilang sama sekali meskipun makanan itu dimasak oleh koki ahli. Dia masih tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi. Mrs. Lu mengenalinya sebagai wedding planner acara pernikahan keponakannya dengan Jiyong, dan Luhan mengakui kalau dia sudah mengenal Yifan sebelumnya. Apa yang membuat perasaan Yifan semakin tidak enak adalah ketika dia melihat Fei, kakak perempuannya itu terlihat seperti.. Fei. Seperti dirinya sendiri. Kakaknya yang biasanya pemalu di depan pria selain Yifan atau ayah mereka, tampak sangat menikmati obrolannya dengan Luhan. Dia tampak tersenyum lebar sepanjang percakapannya dengan pemuda itu, senyum termanis yang Yifan pernah lihat dari kakaknya ditujukan untuk seorang pria yang baru dia kenal. Apakah memang kakaknya se-easy going itu tanpa sepengetahuannya? Ataukah sifatnya keluar karena Luhan? Seperti mendengar pertanyaan Yifan, Fei menoleh pada Yifan. Wanita cantik ini meraih tangan adiknya, dan setelah melirik Luhan yang tengah asik berbicara dengan ibu mereka, Fei meremas tangan Yifan seraya mendekat pada adiknya. "Kau tak akan percaya ini, tapi aku rasa, aku jatuh cinta padanya."
Merasa disambar petir di siang bolong, Yifan meninggalkan ruangan itu. Dia tidak menyangka, samasekali tidak pernah menduga kakaknya akan pernah mengatakan itu. Yifan tidak kuat, dia harus pergi dari ruangan itu.
Yifan mengeluarkan sebatang rokok dari kantung kemejanya, bersandar pada railing yang menjaganya agar tidak jatuh dari atap gedung hotel itu. Dia menyalakan rokoknya, lalu menghembuskan asapnya dalam satu nafas panjang. Dikeluarkannya secarik kertas berisi lirik yang Deer kirimkan padanya, membaca lagi tulisan tangannya yang rapi. Yifan bingung. Dia tidak mengerti perasaannya sendiri. Dia pikir dia jatuh cinta pada sahabat pena yang meskipun belum bertemu dengannya, tetapi sudah dapat menggetarkan hati Yifan dalam 6 bulan persahabatan mereka. Tapi kemudian dia bertemu Luhan, yang membuatnya seperti mengulang apa yang pernah dia rasakan untuk Jiyong, dalam bentuk yang lebih kuat. Walaupun perasaannya pada Luhan terasa sedikit lebih.. nyata, Yifan harus mengakui bahwa dia menaruh hati pada sosok yang belum pernah dia temui itu. Kalau memang dia jatuh cinta pada Luhan, kenapa dia merasa seperti ini terhadap Deer? Dia teringat pertanyaan Deer, yang sekarang sedang bergumul mencari jawaban di otaknya. Apakah mungkin kalau aku jatuh cinta pada 2 orang sekaligus? Yifan ingin memantapkan hatinya pada Luhan, pada apa yang menurutnya lebih realistis. Pemuda ceria itu menjadi alasan di balik senyum-senyum Yifan, alasan di balik tawa dan keceriaan Yifan, dan mungkin.. mungkin saja ini cinta. Dan mungkin kali ini cinta itu betulan. Tetapi, tentu saja, seperti biasa, ketika semua sudah hampir sempurna, selalu ada saja yang terjadi kan? Tipikal sekali hidup Yifan. hal-hal seperti, orang yang kau cintai ternyata sudah dijodohkan dengan kakak perempuanmu. Yifan menutup matanya, merasa hatinya nyeri memikirkan semua ini. Dia sedang menghisap kembali rokoknya, ketika mendengar sebuah suara kecil memanggil namanya.
"Lu-Luhan?" dengan buru-buru Yifan memasukkan kertas lirik Deer ke kantungnya. Dia tidak ingin Luhan melihat itu. Pemuda yang lebih tinggi ini tersenyum dan melambai pada Luhan. Luhan yang menganggap itu sebagai ijin Yifan untuknya mendekat kemudian menghampiri Yifan, berdiri di sebelahnya dengan pose yang sama seperti temannya ini. "Apa yang kau lakukan di luar sini?"
"Apa yang kau lakukan di luar sini? Ini sangat dingin!" melihat Luhan menggigil, Yifan menawarkan rokoknya. Dia tidak memakai mantel atau jas untuk disampirkan di bahu Luhan seperti di film-film, jadi satunya kehangatan yang bisa dia tawarkan adalah rokoknya.
"Kau merokok tidak?"
Luhan tertawa seraya menerima rokok tawaran Yifan, dengan fasih menaruhnya di bibir mungilnya. Dia membiarkan Yifan menyalakan rokok itu untuknya, dan mereka berdua menikmati kegiatan mereka menghisap rokok masing-masing dalam kesunyian, menikmati keberadaan masing-masing. Yifan tidak pernah tahu kalau kesunyian bisa menjadi sesuatu yang nyaman dan menyenangkan. Well, mungkin karena terlepas dari kesunyian itu, Luhan ada di sampingnya sekarang.
"Bagaimana tadi?" tetapi Yifan memutuskan untuk memecah keheningan di antara mereka. "Pernikahannya sudah diatur?"
"Pernikahannya sudah diatur sejak ibuku mengatakan padaku dia aka
Comments