Chapter 15

Love, Love, Love (Bahasa Version)
Please Subscribe to read the full chapter

Yifan menarik nafas panjang, menikmati udara segar Beijing yang begitu dia rindukan. Dia akhirnya kembali ke tanah kelahirannya. Setelah 5 tahun yang begitu panjang, Yifan akhirnya kembali ke daratan Cina. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia mengangkat kopernya dan melanjutkan perjalanannya ke pintu kedatangan.

 

“Paman Yifan!!!” Yifan mendengar suara bocah itu memanggilnya, membuatnya mempercepat langkahnya. Seyumnya melebar ketika dia melihat figur-figur yang menyambutnya di pintu kedatangan.

 

“Yixing!!!!” Yifan melepaskan tasnya untuk mengangkat bocah laki-laki yang berlari ke arahnya ini dan memutarnya di udara. Anak itu menjerit senang, memeluk leher Yifan kuat-kuat sambil tak henti-hentinya tertawa. “Aku sangat merindukan Yixing. Yixing tidak nakal kan selama Paman pergi?” tanya Yifan sambil menggelitik pinggang anak itu.

 

Yixing tertawa keras, memberontak dan berusaha kabur dari jemari jahil pamannya itu. “Aku hebat! Sepatuku ikat sendiri!” serunya dengan perkataannya yang masih berantakan. Yifan mengangguk senang, mencium pipi gembil anak itu dan menggigitnya lembut, cukup untuk membuat Yixing kecil terkikik geli.

 

“Hey, hey hey, apa aku transparan di sini? Kau tidak bisa lihat aku??” seorang wanita dengan rambut pendeknya yang berwarna pirang berkacak pinggang memarahinya. Yifan tertawa melihatnya, lalu maju untuk mencium pipinya dan memeluknya.

 

Wanita ini memeluk balik Yifan dengan erat, berbisik di telinganya, “Aku senang kau memutuskan untuk kembali ke sini.”

 

“Yeah,” Yifan tersenyum, membenamkan wajahnya di leher Fei. Bocah berusia 4 tahun yang terjepit di antara mereka ini tidak mau ketinggalan, dia mengalungkan masing-masing sebelah lengannya di leher ibu dan pamannya ini, memeluk mereka erat. “Aku tidak tahan hidup jauh dari kalian,” Lanjut Yifan.

 

“Jauh dari Luhan maksudmu?” Fei menggoda adiknya, membuat pria tinggi itu melepaskan pelukannya – tanpa melepaskan diri dari rangkulan Yixing – dengan wajah merona.

 

“Jie, tidak lucu,” sahutnya sambil cemberut. Dia berusaha mencari topik lain, melayangkan pandangannya pada kakaknya untuk melihat apakah ada yang bisa dia cela dari kakaknya. Dia tersenyum mendapati betapa sempurnanya kakaknya, sampai Yifan tidak punya bahan untuk mencela kakak kesayangannya ini. Tapi ketika Yifan menyadari rambut Fei yang berubah, pemuda ini tertawa.

 

“Kau memotong rambutmu,” kata Yifan seraya menyisir rambut kakaknya yang sekarang pendek itu dengan jemari panjangnya. Kakak beradik ini hampir setahun tidak bertemu. Terakhir mereka bertemu adalah ketika Fei mengunjungi Yifan di Amerika. Rambutnya masih panjang dan hitam ketika itu. Sebelumnya kakaknya tidak pernah menyukai rambut pendek karena katanya itu membuatnya terlihat seperti laki-laki.

 

“Ya. Dan mengecatnya pirang,” Fei ikut menyisir rambutnya dengan jemarinya. “Kakak iparmu memaksaku melakukannya. Katanya aku akan tampak lebih cantik dengan rambut seperti ini. Tapi kau kan tah—“

 

“Kau memang tampak cantik begitu!” seseorang memotong perkataan Fei, membuat ketiganya (termasuk Yixing) mengalihkan mata mereka untuk melihat pemuda yang baru datang ini.

 

Nafas Yifan tercekat. Luhan. Masih sepeti dulu. Tampan. Elegan. Menawan. Tidak pernah gagal membuat jantung Yifan berdesir setiap melihatnya. Rambutnya tampak lucu sekarang, keriting dan berwarna senada dengan rambut Fei. Tapi tetap tampak bagus di pemuda mungil itu.

 

“Dia sudah cantik sejak dulu, tapi dengan rambut seperti ini bukankah dia tampak lebih cantik lagi?” Luhan berkata lagi, sambil melingkarkan lengannya di pinggang Fei ketika dia sudah di sebelahnya. Yifan memicingkan matanya melihat pemandangan ini.

 

Fei tertawa melihat tatapan adiknya, dia mendorong Luhan sampai lengannya lepas dari pinggang rampingnya. “No public display of affection in front of the babies, sayang. Especially in front of this baby.”

 

“This baby?” Luhan mendekati Yixing di gendongan Yifan, menggelitik pelan perut anak itu sampai dia tertawa geli. “Atau baby yang ini?” katanya menunjuk raksasa yang sedang menggendong Yixing.

 

“Hey!!” Yifan protes ketika Luhan ‘menusuk’ dadanya dengan jari telunjuknya. “Aku bukan bayi!”

 

“Ohya?” Fei bertanya dengan nada jahil.

 

Yixing tertawa melihat perselisihan ibu dan pamannya beradu mulut seperti itu. Pada akhirnya, dia memberontak dari gendongan Yifan dan mengulurkan tangan pada Fei, yang mengerti maksud putranya itu dan mengambilnya dari gendongan Yifan.

 

“Lain kali, sayang, Mama harus mendapat ciuman dari Paman Yifan duluan. Paman Yifan selalu mencium Mama duluan kalau kami bertemu, kau tahu?”

 

Yifan tertawa menghadapi kekonyolan kakaknya. Wanita itu memang tidak pernah mau kalah. Tidak dari Yifan, dan sekarang bahkan tidak dari anaknya.

 

“Mama!” Yixing sedikit merengek, tapi dia memeluk leher ibunya. “Paman Yifan cium Mama duluan selalu. Aku kan baru 4 tahun. Curang!”

 

Yifan kembali tertawa kala kakaknya itu berbalik dan berjalan duluan ke arah parkiran mobil sambil masih bertengkar dengan anaknya. Yifan menghela nafas, mengangkat kembali kopernya, dan seraya tersenyum ia melangkah mendekati pemuda yang berdiri di hadapannya dengan kedua tangannya melipat di dada. “Senang melihatmu lagi, rusa kecilku.”

 

Flashback

 

“Ini tidak akan berhasil, ya?” Fei bertanya pada Luhan dengan suara serak. Keduanya sekarang duduk berdampingan di tempat tidur Yifan, tidak lupa mengunci pintu kamar itu untuk menghindari tatapan bingung orang-orang di luar. Luhan sudah mengganti baju kasualnya dengan setelan jas lengkap bernuansa putih untuk pernikahannya.

 

“Apanya?”

 

“Kita? Pernikahan ini? Kau.. pasti mau membatalkan pernikahan ini kan?”

 

“Tidak. Aku akan tetap menikahimu.”

 

“Luhan..” Fei menyentuh lengan Luhan, sampai akhirnya pemuda itu mengalihkan pandangannya dari lantai dan menatap mata calon istrinya itu. Fei bisa merasa hatinya sakit melihat air mata Luhan. Rasa sakitnya sama dengan yang ia rasakan ketika melihat rasa sakit yang terpancar dari mata adiknya tadi. Kenapa ia seolah-olah menjadi alasan orang-orang ini tersakiti?

 

“Aku.. tidak mau orang tua kita kecewa, Jie. Dan aku.. aku tidak ingin kau sedih.”

 

Mendengar perkataan Luhan barusan, Fei tersenyum . Luhan adalah seorang malaikat. Fei mengerti kenapa adiknya bisa begitu jatuh cinta pada pemuda di sebelahnya ini. Dia merasakan hal yang sama, dia tahu rasanya mencintai seorang Luhan dan dia senang dirinya begitu beruntung memiliki kesempatan untuk menikahi malaikat ini, tapi Fei tahu ini tidak akan berhasil. Fei tahu, kalau pernikahan ini tetap berjalan, dia hanya akan menyakiti Luhan, Yifan dan dirinya sendiri.

 

“Luhan, dengarkan aku,” Fei memutar duduknya sehingga dia menghadap Luhan sekarang. “Aku tahu kau pikir aku tidak ingin melanjutkan pernikahan ini karena aku tidak mau kau sedih. Tapi sungguh, kau jangan GR dulu.”

 

Luhan mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud perkataan Fei barusan.

 

“Aku memang pernah mengatakan aku mencintaimu, Luhan,” Fei memulai penjelasannya. “Ya, aku memang menyukaimu. Aku memang mencintaimu. Tapi.. aku lebih mencintai adikku daripada kamu.”

 

Kening Luhan semakin berkerut.

 

“Yifan.. adalah pangeran berkudaku,” Luhan tiba-tiba tertawa ketika mendengar Fri mengatakan ini. “Aku tahu ini terdengar konyol dan tidak mungkin, tapi ini adalah fakta.”

 

“Tapi aku pikir.. kau adalah malakait penjaganya?”

 

“Ya,” Fei tersenyum. “Aku memang melindungi dia dari para bully di sekolah kami dulu. Aku juga yang membayar sewa apartemen kami, hanya pada beberapa bulan pertama. Aku juga membela dia ketika dia.. mengakui orientasi seksualnya pada orang tua kami. Itu.. pasti itu yang dia ceritakan padamu kan?”

 

Luhan mengangguk. Ya, memang itu yang diceritakan Yifan padanya.

 

“Itu.. adalah cerita masa kecil kami. Seiring dengan tumbuhnya kami, dia.. Yifan seperti membayar apa yang aku sudah aku lakukan untuknya. Padahal aku tidak merasa melakukan apa-apa untuknya. Aku..tidak merasa dia harus membayarnya. Kau tahu dia menurunkan 20 kg berat badannya dalam waktu 40 hari?”

 

“40 hari???? Tidak mungkin!!!!!”

 

“Tidak mungkin kan? Aku juga tidak akan percaya kalau aku tidak melihat langsung prosesnya,” Fei berkata sambil tersenyum. Matanya nanar seperti pikirannya sedang melayang ke kenangan masa kecilnya bersama Yifan. “Dia bilang.. dia melakukannya karena dia tidak mau aku malu punya adik seperti dia. Aku menyayanginya apa adanya, Luhan. Sungguh. Tapi kehidupan memang keras, dan kejam. Ada saja orang yang menghinanya dengan kejam dan kasar, bahkan di depanku. Aku sering menangis melihatnya diperlakukan seperti itu, karena sebagai orang dewasa, aku tentu saja tidak bisa sembarang memukul orang yang menghina adikku. Aku hanya bisa melakukan semampuku untuk membelanya, tapi itu tidak pernah cukup. Jadi dia melakukannya sendiri, untukku. Agar aku tidak menangis. Dia diet mati-matian agar dia bisa membela dirinya sendiri. Agar aku tidak perlu menangis lagi mendengarnya dicaci maki.”

 

Luhan merasa jantungnya ditusuk berjuta jarum kecil yang menyakitkan ketika mendengar cerita ini.

 

“Ketika dia mengaku pada orang tua kami.. tentang orientasi seksualnya, aku memang sempat membelanya. Tapi tanpa perlu aku bela juga sebenarnya dia bisa mempertahankan prinsipnya, sehingga akhirnya orang tua kami luluh. Mereka menerima Yifan apapun orientasinya sekarang. Aku tidak berjuang untuknya. Dia berjuang untuk dirinya sendiri. Dan masalah aparteme

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
alphabetkyu #1
Chapter 15: Happy endiing~~ ? yeiiyy
Akhirnyaaa sempet sedih juga mikir bakal sad ending tp ternyata enggaaa >< krishan bersatu yeiiyy!!!

Maaf authornim...baru komen di chap terakhir hehe soalnya penasaran bgt sama ceritanya .trus jg kalo komen di chapter2 sblmnya suka ga ke load lg ? hehe

Aku suka ceritanyaaa jjang ^^
churaphica #2
Chapter 15: yeayyy... happy ending

buat authornya daebakk.. mian baru comment di akhir, klo tiap chap comment dlu suka ga nyambung ke next chap nya \/ mianhae.. *bow 90°*

ikut nyesek lhoo pas yifan tau luhan - deer itu 1 org dan ternyata calon kakak iparnya.. but endingnya aku sukaaaaaaa akhirnya krishan bersatu..
gomawoyo.. hehe
sendulce #3
Chapter 15: aah pantes ada versi GDTOP nyaa~ soalnya berasa janggal klo dijadiin krishan. tapii sweeet bgt ceritanyaa~
ending yang bahagia untuk merekaa 👏👏👏
kannykim
#4
Chapter 15: Yeah.... happy ending ^^
Suka bgt sama ffnya, krislu so sweett bgt
Bikn krislu ld donk thor. Ak tunggu ya ^^
Fighting!
kannykim
#5
Chapter 1: Maaf baru koment tp aku suka bgt ama krislu dan seneng bgt ada yg bikin ff krislu ^^
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 1: Wow, bagus banget ceritanya. And this is my first time to read exo's fanfic^^
iamgalaxyboy #7
Chapter 15: yeay makasih udah nyelesain cerita nya thor wkwkw awal baca chapter ini nyesek eh akhirnya duh terhura :'v buat cerita lagi yg fanhan yak thor :D
tyfan9490 #8
Chapter 15: Ya ampun happy ending... Love love love
ditunggu karya epepselanjutnya ye :)
happyviruses92 #9
Chapter 15: baru baca ;;; tapi sekalinya baca langsung dihajar sampe tamat sampe nangis2 gara2 kesel sama kris TT-TT
aku merasa bersalah karena baru ngomen eon huhu
tapi keren bgt aku suka cerita teman penanya antimainstream bgt :'D
kalian emang maho sejati~~ hidup fanhan~~~ XD
keren eon~ kutunggu cerita2 lainnya fufufu XDD
chisss #10
Chapter 15: yei akhirnya update juga, bagus bgt aku tdak bisa komentar bnyak, ending yg bahagia